Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Penyebab Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

11 Juni 2024   11:39 Diperbarui: 11 Juni 2024   11:46 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang bersalah dalam hal ini? tentu saja kita sendiri, kita yang memiliki trauma tetapi kita bertahan pada hal yang tidak menyenangkan tersebut dan menularkan "penyakit" itu kepada orang lain dengan memberikan data yang buruk masuk ke dalam amygdalanya. Amygdala mempengaruhi fungsi kognitif itu berhubungan dengan perilaku, mengingat, berpikir dan belajar dengan fungsi fisiologis tubuh seperti penciuman, pernafasan, detak jantung dan sentuhan. Akhirnya penyakit mental dan fisik mulai berdatangan pada yang dihujat dan yang menghujat. Kerugian-kerugian lainnya datang silih berganti dan menjadi terpuruk secara fisik dan mental.

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Semakin Marak

Anak laki-laki dan anak Perempuan yang dihujani dengan kasih sayang, dipuji pada porsinya, diberitahu kesalahannya ketika ia salah, ditunjukan jalan ketika ia kebingungan, dibelai ketika ia kelelahan dengan bullyan. Diberi nasihat ketika sedang berduaan dengannya, dijaga ketika ia mengalami kesulitan di luar rumah adalah cara menghindari seorang anak melakukan kekerasan kepada orang lain. Kekerasan terjadi karena ada contoh dari sekitarnya dan data yang terbentuk dari apa yang diserap oleh panca inderanya.

Sering terjadi sebaliknya, kita para orang tua terkadang cenderung melepaskan emosi kepada anak secara brutal dan bahkan habis-habisan hingga memukulnya dan membuat seolah pukulan adalah efek jera. Tahukah bahwa pukulan kita pada anak itulah yang membuat ia melakukan kekerasan kepada orang lain, kepada istrinya kelak, kepada suaminya, pada anak-anaknya. Ia tidak berani melawan kita ketika ia kecil tetapi data yang ia serap ketika ia kecil yang membuat ia menjadi sadis kepada orang lain.

Apa yang Bisa Dilakukan Dalam Hal ini?

Pendidikan akhlak berawal dari dalam keluarga dari usia 1 hingga usia dewasanya. Di tahun ini anak-anak lebih mudah diarahkan ke jalan yang baik dan orang tua memberikan data yang baik kepada anak-anaknya. Anak-anak laki-laki yang disayang oleh ibunya akan tumbuh menyayangi istrinya dibandingkan dengan anak yang sering dicela dan dipukul oleh ibu dan ayahnya.

Anak laki-laki yang sering mendapat kekerasan dari ayahnya akan tumbuh menjadi anak yang sadis dan senang membully orang lain. Ia sulit berempati kepada orang lain karena kekerasan yang ia terima sejak dini membuatnya merasa bahwa tidak ada ampun buat siapapun yang menyakitinya. Ketika ia diberikan kepercayaan, diapresiasi apa yang ia buat dan diberikan hadiah sesuai dengan prestasinya, didukung hal baik yang akan ia lakukan maka setelah dewasa ia akan memperlakukan anaknya dan orang lain dengan sama.

Demikian pula anak Perempuan yang disayang oleh ibunya. Sering diberi pelukan dan ciuman kasih sayang, diberikan haknya sebagai anak, didengarkan ketika ia bercerita dan berkeluh kesah, dipercaya melakukan banyak hal yang bermanfaat, didukung apa yang ia mau dan melarangnya pada saat yang tepat maka ia akan tumbuh menjadi sosok anak yang percaya diri dan memiliki kasih sayang kepada anaknya kelak. Ia akan tumbuh menjadi sosok Perempuan yang penuh dengan tanggung jawab dan percaya diri untuk menjaga keluarganya.  

Ketika anak Perempuan tumbuh dengan kekerasan di sekitarnya, sering dipukul, dicela, disudutkan, ia akan menjadi anak yang sering mencela, memukul dan iri pada orang lain. Kemudian hari anak tersebut akan menyiksa anak-anaknya, karena berisikan memori kekerasan di memori otaknya. Sulit baginya untuk memperlakukan anaknya dengan baik karena ketika ia kecil sering diperlakukan tidak baik oleh orang sekitarnya.

Bila anak perempuan tidak diberikan kasih sayang oleh ayahnya, ia akan tumbuh menjadi anak yang keras dan menggantikan sosok ayahnya di dalam dirinya sendiri. Ia menjadi sosok yang tegas, keras, bahkan terkadang ia menunjukan seolah ia tidak membutuhkan sosok laki-laki di dalam hidupnya, melepas anak-anaknya mandiri tanpa ibunya. Beda ketika seorang anak Perempuan berlimpah kasih sayang dari sang ayah akan tumbuh menjadi perempuan yang penurut, percaya diri, ceria, melindungi anak-anaknya dan lain sebagainya.

Ketika anak-anak diperlihatkan kekerasan dalam rumah tangga atau keributan ibu dan ayah, suatu saat ia akan meniru bahwa istri harus melawan suami dan suami harus memukul dan berkata kasar kepada istri. Tentunya kita tidak ingin hal itu terjadi padanya ketika berumah tangga nanti. Kita mungkin bertanya mengapa kita mengalami kekerasan dalam rumah tangga?, karena kita melakukan hal yang sama, mungkin seorang istri melawan suami karena pernah melihat ibunya melawan ayahnya dan seorang suami melakukan kekerasan itu padanya karena pada masa kecilnya melihat ayahnya memperlakukan ibunya seperti itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun