Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Memahami Sebab Terjadinya Law of Invertion, Manfaat dan Dampaknya

11 Juli 2023   14:38 Diperbarui: 13 Juli 2023   20:50 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apa itu law of attraction yang viral di TikTok | AndreyPopov via parapuan.co

Kita sering mendengar kalimat Law of Attraction (LOA) yang sering digunakan untuk menarik keinginan menjadi kenyataan, namun ada juga hukum berkebalikan atau Law of Invertion untuk menangkis kalimat positif menjadi negatif, berkebalikan dari apa yang diharapkan dan selalu bermuatan penyangkalan. 

Law of Invertion atau hukum berkebalikan ini sering kita gunakan ketika ingin mengambil suatu keputusan sebagai pilihan atau kemungkinan bila mengalami kegagalan dan sebagai antisipasi. 

Namun tidak sedikit pula kita menggunakan kalimat yang bernada inversi ini sebagai ketidakyakinan dari apa yang akan kita lakukan dan keputusan yang akan ditentukan.

Bila Law of Attraction (LOA) bermanfaat bagi yang fokus menjalankannya, tentu saja Law of Invertion ini juga memberikan hasil, tetapi sesuatu yang tidak kita inginkan di dalam hati dan pikiran yang berupa ketakutan, dan hal yang tidak menyenangkan bertubi-tubi masuk ke dalam kehidupan kita. 

Mengapa demikian? Apa saja manfaat, sebab dan dampak dari terjadinya hukum berkebalikan ini dan bagaimana agar hal ini tidak terjadi dalam kehidupan manusia? Berikut penjelasannya.

Sebab Terjadi Hukum Berkebalikan (Law of invertion) 

Otak manusia memproses pikiran dengan dua cara yaitu berpikir positif dan negatif secara bersamaan sebagai antisipasi. Contohnya, ketika kita ingin berkendara menuju tempat yang diinginkan, kita tidak hanya memikirkan arah dan tujuan tetapi terkadang banyak hal-hal yang memprovokasi pikiran menjadi sesuatu yang negatif seperti, bila belok ke kanan akan lebih cepat dan kalau belok ke kiri banyak hambatan dan jangan-jangan malah macet, menyusahkan dan lain sebagainya. Pola pikir yang seperti ini sering terjadi ketika ingin mengambil keputusan.

Sumber. anatomy biology brain thought mind/pixabay.
Sumber. anatomy biology brain thought mind/pixabay.

Kita sering sekali melakukan hal ini tanpa sengaja karena rasa khawatir, ingin memberitahu seseorang atau memberikan alasan-alasan mengapa hal tersebut tidak boleh dilakukan. 

Sebenarnya hal ini wajar saja terjadi, karena tidak ada manusia hanya memikirkan hal positif saja tentu ada pula hal negatif yang harus dipikirkannya sebagai alternatif. 

Manusia hanya berusaha selalu berada di pikiran dan perasaan yang positif dengan cara mengendalikan alam sadarnya dari pikiran-pikiran yang tidak perlu bukan berarti ia tidak pernah berpikir negatif.

Manfaat Law of Invertion

Seperti yang saya tulis di atas bahwa berpikir berkebalikan ini adalah sebagai penyeimbang keputusan apakah keputusan akan segera ditentukan ataukah harus ditunda terlebih dahulu dengan melihat dari segala aspek. 

Untuk melindungi seseorang dari jebakan pikiran dan rayuan dari pihak luar yang akan menyulitkannya. Dan sebagai penyaring dalam pengambilan keputusan yang berat dan memudahkan seseorang menyikapi suatu hal.

Hukum berkebalikan ini juga memudahkan seseorang melihat sesuatu dari sisi kerugian yang akan didapatkannya. Setelah mengetahui dampak kerugian yang akan terlihat, maka ia akan berusaha menemukan cara untuk mendapatkan keuntungannya.

Law of invertion juga berhubungan dengan hukum polaritas yang berpasangan atau berseberangan seperti utara dan selatan, siang dan malam, positif dan negatif.

Dampak Hukum Berkebalikan

Hukum polaritas atau hukum berkebalikan ini sering terjebak di dalam ritual seseorang dalam menarik hal-hal yang diinginkan atau Law of Attraction (LOA). 

Individu yang menginginkan perubahan dan keberlimpahan di dalam kehidupannya cenderung menggunakan Teknik LOA dalam praktiknya, namun terkadang apa yang diinginkannya tidak sesuai dengan harapan. Mengapa demikian?

Memori manusia atau amygdala yang bertugas menyimpan memori dan emosi terlalu dipenuhi dengan muatan negatif atau terlalu sering menggunakan teknik berkebalikan ini dengan kata lain ia selalu berpikir, berkata dan berperasaan negatif dalam banyak hal di kehidupannya.

Bisa juga dikarenakan seringnya berada dilingkungan toxic yang sulit berkata baik, membaca kalimat-kalimat yang merusak mental, mendengarkan kata-kata yang menjatuhkan semangat dan membuat seseorang jauh dari kebahagiaan. Itu mengapa penting sekali memilih teman bicara atau bergaul, tontonan yang baik, bacaan yang menambah ilmu dan hal baik lainnya karena sifat manusia itu menyerap energi dan terserap, merubah frekuensi otak dan juga menurunkan hormon bahagia di dalam diri. 

Memang kita tidak bisa menghindari informasi terkini atau memiliki lingkungan yang semuanya orang-orang baik saja, tetapi mungkin bisa disiasati waktu, kapan kita menonton atau membaca berita yang kurang menyenangkan, tentunya pada saat otak yang sibuk yaitu siang hari.

Mengapa pada siang hari? Kita mengetahui bersama bahwa siang hari adalah saat manusia melakukan aktivitas dan berada pada gelombang otak yang cukup sibuk sehingga informasi tidak mudah tersimpan alias terlepas begitu saja dari pikiran dan mudah melupakan informasi tersebut. 

Hindari menonton berita yang menakutkan, membaca informasi negatif, mendengarkan sesuatu yang kurang nyaman ketika gelombang otak sedang rileks atau gelombang alpha-theta, informasi mudah terserap ke dalam memori dan bisa menimbulkan kecemasan dan trauma. Memori mengenai hal negatif tersebut mulai meracuni pikiran, perasaan dan kata-kata, lalu menciptakan kebiasaan.

Kebiasaan berkata dan berpikir yang tidak baik seolah kita telah memasang chip atau memori di dalam neuron untuk terus diaktifkan dan menarik hal yang sama terus-menerus masuk ke dalam kehidupan. 

Dampak hukum berkebalikan terjadi dalam kehidupan dan itu sebabnya pula mengapa LOA tidak berhasil, karena adanya memori negatif yang tersimpan. Alhasil justru yang terjadi adalah hal yang tidak kita inginkan. 

Bahasa alam semesta ini adalah energi maka secara beruntun kita telah mengirimkan pesan yang sama kepada alam semesta dan pesan tersebut dijawab sesuai keinginan, yaitu apa yang tersimpan di dalam pikiran bawah sadar tersebut mendatangi kehidupan kita.

Bagaimana Agar Tidak Terjadi Law of Invertion dalam kehidupan? 

Kalimat yang bersifat negatif di dalam pikiran dan perasaan seseorang akan memberikan dampak yang tidak baik pada kehidupannya dan menghilangkan keyakinannya terhadap banyak hal baik yang sebenarnya bisa saja terjadi di dalam kehidupannya. 

Saya yakin sekali tidak ada yang menginginkan hal yang tidak diinginkan terjadi, tetapi faktanya bahwa hal ini sering dialami oleh kita semua dan seolah membatalkan hukum tarik menarik (LOA). 

Padahal sebenarnya tidak demikian, ini hanya faktor kebiasaan saja, tidak rumit tapi perlu kesadaran yang tinggi untuk bisa merubah kata-kata menjadi lebih baik dalam keseharian kita, baik yang terucap maupun di dalam hati.

Lalu bagaimana supaya hukum berkebalikan ini tidak terjadi di dalam kehidupan kita?

Seperti yang saya katakan di atas bahwa kita harus membiasakan merubah kalimat menjadi lebih positif, walaupun kecenderungan berpikir untuk memutuskan sesuatu dibarengi dengan pikiran negatif, menangkan sisi positifnya supaya terbiasa dengan pola pikir yang positif. 

Saat kita sering berada pada pikiran, perasaan, ucapan yang positif maka vibrasi yang kita sampaikan ke alam semesta juga positif dan menarik yang positif masuk ke dalam kehidupan.

Selain itu kita harus melepaskan pikiran negatif tersebut dengan mencoba melihat banyak hal dari sudut pandang yang lain. Bila kita hanya berada pada satu sudut pandang saja, kecenderungan akan membuat cemas dan merubah hal positif seketika menjadi lebih negatif dari sebelumnya, pada akhirnya terpenjara dalam pikiran negatif dalam waktu yang relatif lama. 

Kalimat negatif yang terucap di dalam hati dan pikiran melemahkan energi positif dan seperti yang saya katakan di atas bahwa apa yang dipikirkan memberikan pesan pada semesta bahwa kita tidak sedang baik-baik saja, maka hal serupa akan datang bertubi-tubi.

Selesaikan dulu persoalan batin kita, lalu tanamkan kalimat-kalimat yang baik seolah menanamkan chip yang berisi data yang baik ke dalam memori dengan afirmasi setiap pagi hari dan menjelang tidur. 

Memiliki keyakinan dari apa yang dikatakan tersebut terjadi seperti LOA bukan sebaliknya. Karena ketika kita tidak yakin apa yang kita inginkan terjadi maka tentunya hal itu yang akan terjadi atau ketakutan kita yang justru terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun