Ilmu tanam tuai atau hukum sebab akibat, sudah banyak dipraktikan sejak dulu hingga sekarang. Dalam islam juga terdapat ayat dan hadist yang menjelaskan bagaimana hebatnya ilmu ini bila dipraktikan ke dalam kehidupan. "Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)"Â (QS. Ar-Rahman ayat 60).
Kita tentu pernah melihat, ada orang yang selalu mendapatkan kebaikan dalam kehidupannya, ada juga yang selalu didatangi musibah, ada pula yang bila ia berucap dan berkeinginan selalu menjadi kenyataan.Â
Tidak sedikit pula yang sejak kecil hingga usia tua selalu mendapatkan kesenangan dan sebaliknya. individu yang selalu mendapatkan kemudahan dan kesenangan adalah individu yang mudah sekali merasa bersyukur dan bahagia.
Apa saja yang dilakukan oleh orang-orang yang selalu mendapat kesenangan dan mudah sekali untuk melewati kesulitan di dalam kehidupannya? Bagaimana ia mempertahankan kebahagiaan tersebut?
Siapa saja yang bisa melakukannya dan bagaimana mengatasi kejenuhan dalam proses pembersihan diri menuju kemudahan dalam praktik tanam tuai dan apa hubungannya bahagia dengan karma? Berikut penjelasannya.
Mudahnya Melewati Kesulitan Dalam Hidup
Sandungan dalam hidup terkadang membuat kita mudah panik dan tidak mampu melihat ke dalam diri, alhasil kita mulai menyalahkan apa yang ada di sekitar kita dan justru melakukan kejahatan karena merasa tidak berguna untuk melakukan kebaikan.Â
Ketika kita menyalahkan orang lain, disitu mulai terjadi sistem tanam tuai dan keburukan yang dipetik tidak kunjung usai. Mengapa demikian?
Saat kita menyalahkan orang lain dan ditunjukan melalui kata-kata, gestur, dan mimik muka membuat orang lain tidak berkenan dan tersinggung. Secara tidak langsung kita telah menanam hal yang tidak baik untuk masa depan kita kelak.Â
Ketika kita salah mempersepsikan persoalan yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, tetapi kita tidak mampu melihat siapa penyebab utamanya maka orang yang kita salahkan mulai memusuhi kita.Â