Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Kebutuhan dan Keinginan

25 Agustus 2022   15:52 Diperbarui: 25 Agustus 2022   15:55 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan harta kalian, tetapi Allah melihat hati dan amal kalian" (HR. Muslim).

Begitu pentingnya peran kalbu (hati) di dalam diri manusia hingga mampu merubah dari yang buruk menjadi baik, dari yang benci menjadi sayang dan lainnya. Apa yang keluar dari hati akan sampai ke hati orang lain dan apa yang keluar dari akal manusia akan sampai ke pikirannya. Hati akan merasakan ketulusan dari kata-kata dan perilaku demikian pula yang keluar dari akal muslihat akan mudah tersampaikan ke pikiran manusia dan cenderung tertolak.

Individu dapat merasai pikiran yang sampai kepadanya, apakah ia dimanipulasi atau tidak karena tidak terasa hingga ke hatinya. Contoh sederhana, seorang istri yang menginginkan uang lebih dari seorang suami tetapi meminta dengan cara yang kurang baik seperti marah-marah dan membentak atau menyindir tentunya keinginan tersebut sulit terjadi karena tidak sampai kepada hati sang suami. Begitu pula sebaliknya keinginan suami yang jarang dituruti istri yang selalu mendapati suami yang sering menghina dan merendahkannya, tentunya istri juga keberatan memenuhi keinginan atau menuruti suaminya.

Pada dasarnya setiap manusia butuh penghargaan dan ingin dianggap oleh siapapun. Kebutuhan akan penghargaan sebagai manusia dan dianggap memiliki hak yang sama dengan yang lainnya, namun Sebagian manusia selalu membedakan dirinya dan orang lain seolah terdapat ketimpangan yang sangat tinggi, sehingga merasa berhak menghinakan orang lain semaunya. 

Contoh, Suami mencari nafkah dan istri merawat juga menata segala kebutuhan keluarga. Tetapi yang sering terjadi adalah ketimpangan di dalam rumah tangga atau bahkan di dalam suatu instansi. Hak tidak diberikan tetapi hanya kewajiban yang cenderung dituntut oleh yang berkuasa, Kerjasama dapat terjadi dimana saja bahkan dalam "negara kecil" sekalipun yaitu rumah tangga.

Dengan kata lain, keinginan yang sesuai dengan harapan tentunya sesuatu yang mampu menyentuh hati siapapun, namun bila berhubungan dengan kebutuhan hanya berhenti pada pikiran dan usaha yang berasal dari akal. Cukup mudah sebenarnya, hanya saja perlu kepekaan hati untuk bisa melihat hal-hal yang dapat menyentuh hati yang tentunya berasal dari hati pula. Rezeki yang lebih besar berasal dari hati orang lain yang tersentuh oleh hati kita.

Dampak Negatif Menggunakan Akal Menuju Hati

Bila seseorang berjualan apapun cenderung menggunakan akal pikiran tentunya hasil bisa memadai bahkan spektakuler, namun tidak semua orang membutuhkan produk yang kita tawarkan misalnya saja kita berjualan produk kecantikan tentunya yang membutuhkan para wanita yang senang dengan perawatan wajah. Jual makanan untuk sarapan dibutuhkan oleh orang yang beraktivitas di pagi hari dan lain-lain. Semua yang terkait dengan kebutuhan pembeli dan yang datang hanya individu yang membutuhkan produk tersebut tentunya.

Kapan manusia menerapkan metode "kasih sayang" kepada klien, bawahan, pembeli, keluarga, sahabat dan lainnya?. Tentunya ketika pertama kali mendatanginya sebelum mengutarakan niat kita kepadanya. Utamakan hatinya terlebih dahulu baru logikanya, apa dampak bila logika dahulu baru menuju hatinya?, lalu apa dampak bila menggunakan akal menuju hatinya?, tentu saja tidak sampai niat kita kepadanya. Semua akan tertolak, namun bila menggunakan logikanya terlebih dulu juga tentunya kemungkinan tertolak karena ia sedang tidak membutuhkannya.

Pernahkah kita dimanfaatkan orang lain?, mengapa ada perasaan dimanfaatkan?. Ini semua terjadi karena ketidakseimbangan pola penerapan antara yang "memanfaatkan dan yang dimanfaatkan". Yang dimanfaatkan merasa hatinya harus disentuh terlebih dahulu baru bisa memberikan keinginan tersebut sedangkan yang memanfaatkan menggunakan akalnya untuk meminta sesuatu kepada kita yang seolah hanya mementingkan diri dan perasaannya sendiri.

Bila keduanya mampu berpikir terbalik antara yang diminta dan yang memberi, maka tidak akan ada lagi perasaan dimanfaatkan atau "mengakali" orang lain. Seseorang yang merasa dimanfaatkan tentunya akan pergi menjauh dan tidak ingin berinteraksi dengan kita berlama-lama karena khawatir dan yang memanfaatkan tentu merasa seperti kehilangan "proyek" pada akhirnya hidup seolah menjadi tidak bersahabat dan semakin sulit, hubungan menjadi rusak dan kurang sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun