Apa yang akan terjadi ketika orientasi telah berubah? Tentunya ia mulai merasakan keegoisan dalam menjalani sebuah hubungan dan pada akhirnya keributan mulai terjadi, banyak hal yang dirasakan karena telah melibatkan hati tidak pada tempatnya lagi. Rasa ingin menguasai dan tidak realistis mulai mendera hatinya, akhirnya sakit hati dan kecewa.
Ada tujuan menikah karena melihat bentuk fisik yang terlihat ganteng atau cantik, lalu ketika menikah hal itu tidak lagi terjaga, lantas pasangan mulai melihat orang lain yang lebih ganteng atau cantik maka perhatiannya mulai berpindah.Â
Ada yang karena materi, ketika menikah ternyata orangnya tidak terlalu royal dan menimbulkan kejengkelan di hati pasangan tersebut hingga pada akhirnya mulai membuat perlawanan dengan cara menipunya dan membicarakan di belakangnya dan lain sebagainya.
Hubungan Menjadi Hambar dan Mudah Kecewa
Hambar tentu tidak ada rasa, mengapa demikian? Bukankah di awal menjalin hubungan rasa itu sangat kuat hingga berani membangun suatu ikatan yang kuat yaitu pernikahan?
Pada awalnya demikian karena pikiran dipenuhi oleh ekspektasi. Pada kenyataannya tidak sesuai dan mulai mengalami kekecewaan yang bertubi-tubi, membalas perselingkuhan dengan hal yang sama dan merusak dirinya sendiri hingga mengalami hubungan toxic (toxic relationship), individu tersebut mulai menjalani hubungan tersebut dengan rasa yang terpaksa dengan dalih berbagai macam.
Rasa menghargai mulai berkurang, selalu terlihat kekurangannya dan tidak lagi bisa melihat kelebihan-kelebihan yang dimiliki pasangan tersebut karena hati telah diisi oleh kebencian dan kekecewaan namun masih berharap diberi perhatian oleh pasangannya. Sedangkan kasih ini diciptakan atau diberikan terlebih dahulu baru kita bisa mendapatkannya.Â
Diibaratkan tumbuhan, sejak biji yang dirawat, dijaga dari hama dan melindunginya dari terkena sinar matahari yang menyengat, menyiraminya dengan hati-hati dan benar-benar dijaga hingga ia tumbuh dan berbuah.
Hati manusia sangat peka dan halus namun tidak dijaga dan dirawat dengan baik, maka hati itu akan mudah tergores dan luka. Hal ini yang cenderung diabaikan oleh setiap individu, bahwa dalam suatu hubungan apapun, hatilah yang harus dijaga dengan baik agar tidak tergores dan kehilangan kepercayaan.
Pada realitanya hati ini yang justru dicabik-cabik oleh keduanya hingga hati menjadi kapalan dan mengeras tidak lagi bisa merasakan apapun kepada pasangannya.
Di sinilah hubungan toxic semakin kronis karena tidak ada keinginan untuk mengobati dan memperbaikinya.Â