Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hindari Anak dari Target Kekerasan Seksual dengan Cara Ini

16 Desember 2021   08:20 Diperbarui: 20 Desember 2021   02:55 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kekerasan pada anak | Sumber: Shutterstock

Maraknya pemberitaan mengenai kekerasan seksual pada anak, kian mengkhawatirkan khususnya bagi para orang tua. 

Predator seksual yang bersembunyi di balik nama baik yang ia ciptakan dengan berbagai metode pengelabuan yang dilakukannya hingga calon korban masuk ke dalam perangkap. 

Miris sekaligus menakutkan melihat kehidupan di zaman sekarang yang tidak lagi mengedepankan moral tetapi mendahulukan hawa nafsu kepada orang-orang yang tidak berdaya.

Terkait tindakan asusila yang dilakukan oleh oknum yang dipercaya oleh masyarakat terutama oleh para orang tua yang menitipkan buah hatinya di salah satu pesantren dan ternyata hasilnya malah mendapatkan hasil yang memilukan hati. 

Tindakan yang tidak pantas dilakukan oleh manusia yang bernurani dan lebih mementingkan hawa nafsu daripada masa depan anak didiknya. 

Hal ini seharusnya menjadi keputusan yang sangat penting bagi para kedua orang tua yang tidak hanya menjadikan tempat tersebut sebagai tempat "pembuangan" untuk anak-anaknya yang dianggap bandel atau tidak penurut.

Pada awalnya menempatkan buah hati di salah satu pesantren dengan bertujuan agar anak lebih memahami ilmu agama dari pada di sekolah umum, namun tidak selamanya keinginan sesuai dengan harapan. 

Tanpa kita sadari kita telah membiarkan anak-anak kita berada pada orang yang kurang tepat, walaupun tidak semuanya pesantren melakukan hal yang tidak baik kepada santri-santrinya. 

Para orang tua tentu merasa lebih aman menempatkan anak-anak mereka berada di sana dan di ajarkan oleh orang yang memahami ilmu agama yang dianggap kompeten di bidangnya, namun apakah secara kejiwaannya juga demikian?

Baru-baru ini ada kasus terjadi di daerah Tangerang Selatan, seorang anak perempuan mendapatkan telpon dari "temannya" lalu pergi dari rumah ketika ibunya sedang melakukan ibadah dan kakaknya sedang di kamar mandi, anak perempuan tersebut tidak pulang-pulang hingga hari ini. 

Menurut cerita ibunya, bahwa anak perempuannya sangat tertutup, bila ditanya selalu diam dan tidak berkenan menceritakan apa dan siapa yang menelponnya. 

Anak tersebut adalah seorang yatim berusia 13 tahun dan tidak diketahui keberadaannya hingga hari ini. Anak yang pergi dari rumah bisa disebabkan oleh beberapa sebab tentunya.

Untuk mengendalikan agar anak-anak tidak mengalami hal seperti ini tentu dibutuhkan tips khusus terutama bagi para orang tua dan para pendidik. 

Apa saja yang bisa dilakukan para orang tua agar anak-anak mudah menerima nasihat? Apa yang harus dilakukan orang tua agar anak tidak mudah "diisi" oleh orang lain? Saran apa yang bisa diberikan agar ia terhindar dari para predator di sekeliling yang tidak diketahuinya? Berikut penjelasannya.

Nasihat yang Mudah Diterima

Setiap manusia memiliki sistem penerimaan dari gaya bicara orang lain padanya, ada yang melalui kedua matanya, telinga dan perasaannya. 

Saya pernah mengulas hal ini pada artikel sebelumnya mengenai tipe gaya bicara (visual, auditori, kinestetik). 

Mengetahui hal ini penting bagi kedua orang tua agar tidak sia-sia menasihati orang-orang terkasih dengan cara mudah agar mereka menangkap informasi yang diberikan. 

Melalui gaya komunikasi yang efektif inilah, para orang tua dapat menjaga anak-anak dari para predator seksual dan jenis-jenis kekerasan lainnya.

Tidak hanya itu, anak-anak yang dihujani oleh kasih sayang dalam arti anak-anak yang terpenuhi tangki kasih sayang dari kedua orang tua akan memudahkan mereka menerima nasihat. 

Pernahkah ayah, bunda membayangkan bila kita dinasihati dengan gaya marah, otoriter dan membentak, apakah kita menyukainya? Demikian pula ananda kita. Mereka akan memberontak dan membuat nasihat menjadi sia-sia.

Pada prinsipnya semua makhluk di dunia ini senang dengan kelembutan terutama dalam hal menasihati. Seperti kutipan hadist berikut:

"Sesungguhnya setiap menasihati itu tergantung niatnya dan sesungguhnya setiap orang hanya mendapatkan apa yang dia niatkan". (HR.Muslim).

Terkadang kita menyampaikan sebuah nasihat dengan teknik dan kemasan masing-masing. Ada yang terkesan menakut-nakuti, ada dengan kekesalan dengan nada yang keras dan kemarahan, ada dengan bernada khawatir, ada yang santai dan tenang, ada yang sambil makan dan minum dan lainnya.

Tentunya dengan niat yang sama yaitu ingin menjaganya namun penyampaiannya yang tidak tepat hingga pada akhirnya pesan tersebut tidak tersimpan di memori mereka. 

Seseorang yang disayangi dan dikasihi dengan tepat, akan mudah menerima nasihat baik dari kedua orang tuanya.

Mereka yang visual cenderung mengingat dengan kedua matanya. Menasihati mereka dengan gambar-gambar yang baik dan logic sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan lebih efektif baginya untuk mengingat nasihat tersebut dari pada dengan suara atau dengan sentuhan pada kepala atau bahunya. 

Menasihati para auditori dengan suara yang lembut, tutur kata yang halus dan tidak menakut-nakutinya tetapi dengan hal yang terjadi saat ini atau yang pernah terjadi sesuai dengan hal yang ingin disampaikan akan lebih mudah mereka terima. 

Kinestetik, memberikan nasihat yang mengenai perasaannya tentunya yang ada hubungannya dengan pesan yang akan disampaikan mengenai bahayanya seks bebas.

Penuhi Bahasa Kasih

Anak-anak yang dipenuhi dengan kasih sayang membuat mereka menjadi mudah mengikuti orang tersebut. 

Dalam hal ini tentunya orang tua yang sangat berperan memberikan kasih dan sayang itu agar anak tidak mudah mengikuti orang lain di luar sana. 

Kita sayang dengan anak-anak, namun terkadang kasih sayang yang tidak sesuai dengan jalurnya, sehingga menempatkan segala metode merupakan "wujud" kasih sayang misalnya dengan memarahi anak, tidak memberikan hak-hak mereka, membiarkan mereka bermain sendiri, memaksa anak dalam banyak hal sehingga ia tidak diberi kesempatan melakukan kesenangannya.

Bahasa kasih meliputi perhatian atau dukungan, pelayanan, pujian, hadiah dan waktu. Perhatian yang selayaknya dan mendukung apa yang diinginkannya membuat ia merasa nyaman dengan orang tuanya dan tentunya dukungan dalam hal yang wajar. 

Memberikan pelayanan yang semestinya sama dengan memberikan haknya sebagai anak dan menanyakan apa saja yang disukainya dalam hal makanan atau apa saja yang bisa ayah bunda berikan padanya hingga anak merasa sangat membutuhkan ayah bunda yang sangat mengerti dia.

Demikian juga dengan memuji anak, ini sangat penting sekali agar anak menjadi lebih percaya diri dan mampu melihat dirinya penting dan berharga sebagai anak dari ayah dan bundanya. 

Hadiah juga demikian, dengan memberikan hal-hal yang menjadi kesukaannya sesuai dengan tipe gaya bicara yang disebutkan di atas. 

Berikan mereka waktu, apakah mereka ingin sendiri atau ingin ditemani dengan mendengarkan apa saja yang menjadi kegelisahannya selama bersosialisasi dengan teman-temannya atau bahkan hal yang tidak disukainya tentang sikap ayah bunda padanya.

Bahasa kasih ini dapat mencegah mereka dari hal yang akan merugikannya seperti kecanduan narkoba, merusak dirinya bergaul dengan orang yang tidak baik, membenci orang tua dan saudaranya, bersikap kasar kepada orang lain, menganiaya dan membully orang lain terhindar dari kejahatan dan lainnya. 

Ia akan mudah menolak pengaruh dari luar karena yang ada di hati dan pikirannya adalah kedua orang tua yang mengasihinya dengan sangat baik. 

Namun bisa terjadi sebaliknya, bila ia diacuhkan dan tidak terlalu dianggap, ia akan merusak dirinya dan mempersilakan dirinya dirusak oleh orang lain karena menurutnya tidak ada yang sayang dan peduli padanya.

Para predator dan pelaku kejahatan lainnya mudah sekali melihat orang-orang yang bisa dijadikan target olehnya. 

Mereka seolah memiliki sensor yang dapat mengenali calon korban dengan melihat bahasa tubuh calon korbannya, anak-anak yang dipenuhi tangki kasih sayangnya ini akan menunjukan sikap yang percaya diri sehingga membuat predator takut menjadikan mereka sebagai target dan tentunya anak tidak mau dijadikan korbannya, ia akan mudah menepis dan memberontak dari kejahatan yang akan dilakukan orang lain padanya.

Anak yang kurang perhatian, pujian, hadiah, waktu dan pelayanan akan mudah diiming-imingi oleh orang lain dengan uang, pujian palsu, permen atau benda-benda berharga, menemaninya ketika ia sendiri dan memberikannya alkohol sebagai teman mereka bercerita hingga terjadi hal yang tidak diinginkan. 

Hal seperti ini yang dikhawatirkan oleh para orang tua, namun semua bermula dari kita para orang tuanya yang berpotensi menyebabkan anak menjadi seperti itu.

Menghindari Para Predator 

Setelah ayah bunda memberikan hal-hal di atas (terisi dari dalam dirinya) maka kita sebagai orang tua akan mudah mengarahkan anak-anak kita kepada apa yang kita inginkan berupa nasihat-nasihat agar ia terhindar dari predator. 

Bagi anak perempuan dengan menutup tubuh dengan baik agar tidak memicu tindakan tidak baik dari para laki-laki di sekitarnya, memberitahukannya akibat dan bahayanya serta batasan-batasan apa yang tidak boleh dilakukannya. Tidak mendekati orang-orang yang tidak dikenal dan berhati-hati dalam pergaulan.

Anjurkan anak-anak perempuan dan laki-laki untuk mengikuti kegiatan bela diri seperti taekwondo, karate, silat dan sejenisnya sebagai tindakan preventif. 

Mengikuti hal seperti ini juga dapat memberikan pesan kepada orang lain bahwa ananda memiliki tameng untuk dirinya sendiri, orang tidak terlalu berani untuk mengganggunya. 

Latihan bela diri ini tidak hanya membentuk diri menjadi pemberani dan percaya diri, tetapi juga dapat melepaskan mereka dari pikiran-pikiran yang berhubungan dengan hormonnya.

Sulit mengharapkan perubahan bagi orang-orang yang memiliki kelainan seksual. Diharapkan kita sendirilah yang menghentikan diri sebagai target korban mereka. 

Kesadaran sepenuhnya dari diri sendiri yang sangat dibutuhkan untuk menjaga diri dari kerusakan dan sikap semena-mena dari orang lain. 

Tidak menyerahkan dan terlalu mempercayai orang lain untuk menjaga anak-anak merupakan cara aman agar anak terhindar dari tindak kekerasan seksual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun