Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Menjauh dari Wali Allah (Menitipkan Orangtua ke Panti Jompo)?

5 November 2021   08:34 Diperbarui: 5 November 2021   08:48 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber. Shutterstock/Grandson holds touches hand

Terkait berita mengenai seorang ibu yang dititipkan di panti jompo oleh keluarganya, membuat hati saya menangis dan sedikit terheran karena mereka tidak benar-benar memahami keberadaan seorang ibu di dalam kehidupannya dan akhiratnya kelak. 

Saya mengatakan ini karena saya tidak memiliki ibu lagi ketika saya berusia 15 tahun, hingga saat ini saya tidak ingin jauh dari makam ibu saya dan saya akan tetap menjaganya, saya mencari sosok ibu di dalam keluarga saya sebagai pengganti ibu walaupun tidak ada yang dapat menggantikan seorang ibu yang sesungguhnya.

Saya berusaha memahami mereka yang menitipkan ibunya di panti jompo mungkin mereka memiliki alasan tertentu seperti agar ibunya dapat teman sebaya di dalam panti dan tidak kesepian karena anak-anaknya bekerja di luar rumah. 

Mungkin saja anak-anak kurang sabar menghadapi ibu atau ayahnya yang telah menurun kesadarannya atau sebab yang lainnya. 

Seandainya mereka mengetahui keberkahan yang di bawa oleh seorang ibu untuk anak-anaknya, saya rasa mereka tidak akan mau menitipkan ibunya di tempat lain tetapi benar-benar menjaganya dengan penuh kasih sayang.

Bagi sebagian orang ini hal biasa dan dengan didominasi oleh pikiran yang praktis. 

Panti jompo merupakan solusi bersama agar orang tua ada yang merawat, memiliki teman dan anak-anaknya dapat melakukan aktivitas seperti biasa tanpa merasa khawatir dan lainnya. 

Kepraktisan pola pikir ini justru menjauhkan kita dari segala kemudahan dan membuatnya kesulitan di sisi yang lain, manusia berlomba-lomba mencari hal-hal yang diinginkan di luar dirinya dengan berbagai cara namun justru ia menggeser wali Allah dari dalam rumahnya.

Mengapa kita jauhi keberkahan hidup yang dikejar dengan segala upaya di tempat lain. 

Mengapa kita menghilangkan kemudahan dalam kehidupan kita sendiri?. Apakah kesulitan tersebut?, mengapa penting sekali merawat ibu dengan tangan sendiri, siapa yang dapat memberikan perawatan terbaik kepada orang tua kita dan yakinkah kita bahwa orang tua kita akan diperlakukan dengan baik seperti kita memperlakukannya dan bagaimana agar kita bisa bersabar merawat mereka?.

Wali Allah 

Wali dalam Bahasa arab adalah seseorang yang dipercaya atau pelindung. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah telah berfirman: Barangsiapa yang memusuhi waliKu maka sesungguhnya Aku telah menyatakan perang kepadanya dan tidaklah seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya dan senantiasa seorang hambaKu  mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan Sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya jadilah Aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, dan sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan sebagai tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepadaKu pasti akan Aku beri dan jika ia memohon perlindungan kepadaKu akan Aku lindungi.”

Orang tua merupakan penyebab seorang manusia sampai ke dunia ini dan dengan penuh kasih dan sayang merawat serta menyayangi anaknya tanpa merasakan lelah sedikitpun. Ibu sebagai pelindung dan sangat terpercaya dalam merawat dan ayah rela berkorban mencari nafkah demi istri dan anak-anaknya. 

Bersedia melakukan hal-hal yang di luar batas kekuatan fisiknya demi membahagiakan anak-anaknya hinga dewasa dan menikah dengan pilihan hatinya, setelah dewasa dan menikah kita malah menitipkan mereka di tempat lain hanya karena tidak ingin lelah dan repot, sungguh disayangkan.

Mengapa kita jauhi orang yang paling rela berkorban demi kita, yang paling sayang dan tidak pernah merasa rugi kepada kita? sedangkan kita berasal dari mitokondria ibu kita. 

Mitokondria memiliki fungsi utama memproduksi energi, mengubah energi kimia yang terkandung dalam makanan ke dalam bentuk energi yang lain. Energi seorang anak berasal dari seorang ibu, bila ibunya bahagia maka anaknya akan bahagia begitu pula sebaliknya, bila ibunya bersedih maka anaknya akan bersedih dan memiliki kekuatan tiga kali lipat lebih besar dari ibunya.

sumber. ekosistem.co.id
sumber. ekosistem.co.id

Energi tidak dapat punah walaupun orangnya telah tiada, energi tetap abadi, apalagi bila orangnya masih hidup tentunya kekuatan itu akan lebih besar bila sering dibentuk dan diperkuat. 

Wali Allah (ibu) ini merupakan sumber energi utama bagi seorang anak di dunia ini. 

Mendekat padanya saja sudah membuatnya bahagia apalagi mendengarkan segala keinginannya dan mengikuti mereka dengan sepenuh hati maka energi bahagia kita akan sangat terasa tiga kali lipatnya ketika ibu kita merasa bersyukur memiliki seorang anak yang dapat membalas budi dan kasih sayangnya. Doa ibu kepada anak lebih cepat sampai karena mitokondria kita berasal dari ibu.

Merawat Ibu dengan Tangan Sendiri

Sebagai seorang manusia dan perempuan tentu juga mengalami proses kehamilan, melahirkan dan sama halnya dengan apa yang ibu kita alami. Hal ini tentunya membuat kita sadar akan hak seorang ibu dan kewajiban seorang anak, tidak hanya perempuan, tetapi para pria juga wajib menyadari bahwa ia adalah seorang anak yang berasal dari ibunya dan perlu menyadari bahwa orang tua bukanlah barang usang yang harus digeser ke tempat lain ketika telah tidak mampu melakukan apapun. 

Saya banyak melihat hal ini di daerah tertentu yang menjadikan seolah hal ini adalah tradisi dan enggan merawat orang tuanya yang telah jompo.

Seorang teman bercerita bahwa hidupnya sangat sulit dan menjual apapun tidak terlalu lancar dan sering disakiti pasangannya, lalu saya bertanya padanya mengenai ibu dan ayahnya. Ia mengatakan semua baik-baik saja dan apakah kamu sering membahagiakan ibumu?, kalau dengan uang belum bisa, hanya telpon saja itupun kalau bermimpi ibu dan ayahnya saja. 

Saya katakan padanya, seringlah bergurau dan membuat ibumu tertawa bahagia, dia bertanya kenapa begitu?, saya katakan padanya bila ia ingin bahagia bahagiakan ibunya, bila ia ingin rezeki, beri ibunya rezeki darinya walaupun saat itu kehidupannya sulit, bila ia ingin diperlancar urusan maka lancarkan semua urusan ibunya.

Apa yang terjadi pada teman saya tersebut?, lambat laun kehidupannya semakin meningkat, bahagia, mapan dan tenang. 

Sekarang ibunya telah tiada dan ia tetap berbuat baik kepada kerabat ibu dan ayahnya, memberikan apa yang ia bisa kepada mereka hingga sekarang teman tersebut lebih bahagia lagi karena membahagiakan orang banyak melalui kedua orang tuanya terlebih dahulu (terjadi hukum sebab akibat yang baik). 

Begitu mudahnya mendapatkan kebahagiaan hanya dengan menyayangi kedua orang tua layaknya kita ingin dibahagiakan, saya yakin kitapun tidak ingin dititipkan anak-anak kita di panti jompo ketika kita telah sangat tua nanti dan ingin dibahagiakan oleh anak-anak kita.

Bagaimana Agar Bersabar Merawat Orang Tua 

Bagi yang bekerja di luar rumah tentu tidak mudah mengatur waktu untuk merawat orang tua yang telah jompo apalagi telah menurun kesadarannya. Kita tetap membutuhkan bantuan seorang perawat lansia di rumah dan masih terpantau oleh orang di rumah. Namun bagi yang tidak bekerja di luar rumah tentu ia yang akan merawat ibu atau mertuanya tersebut dengan sepenuh hati.

Bisa melakukannya karena memahami prosesnya bahwa memang tidak mudah dengan segala keinginan orang yang telah lansia namun bila kita menyadari seperti itulah mereka merawat kita ketika kecil apakah kita masih bisa marah kepada orang tua kita ketika mereka memiliki banyak keinginan?

Bisa karena sadar dan memahami. Lakukan saja tanpa berpikir dan bahagiakan saja tanpa pamrih, sama seperti saat mereka menganggap kita adalah sosok mungil yang lucu dan menghibur hati mereka ketika itu.

Persoalan yang sering terjadi bukan dari anak kandung tetapi pada menantu pada umumnya. Para menantu merasa bahwa mereka bukan ibu dan ayah kandungnya sehingga membuat batas dan tidak rela membuang waktu untuk ibunya orang lain. Persoalannya, suaminya bukan orang lain dan suaminya berasal dari ibunya, bagaimana bisa kita memisahkan antara ibu dan anak?. Itu yang dibilang mau anaknya tidak mau ibunya hehee..

Mari kita berandai sejenak, kalau kita sebagai ibu dari anak-anak kita dan kita telah lansia digeser oleh menantu kita sendiri ke tempat lain, betapa marahnya kita, bersedih atau bahkan kita pisahkan anak kita dari istrinya. Seumpama anak kita dikuasi oleh istrinya atau suaminya dan melupakan kita, ibu yang telah melahirkannya, apa yang terjadi dengan perasaan kita?, itu mengapa energi orang-orang yang membiarkan ibunya sendirian tanpa mereka, tidak terlalu kuat menarik keberkahan, kemudahan dan kebahagiaan di dalam kehidupannya.

Kebahagiaan seorang ibu yang dimaksud adalah bukan memberikannya uang, namun membuat mereka tersenyum bahagia karena perilaku kita kepadanya. Sampai kapanpun seorang anak tetap bayi baginya dan bersikap lucu seperti anak-anak di masa dulu mampu membuat mereka tersenyum bahagia dan mengeluarkan doa terbaiknya kepada anak-anaknya. 

Bahagia tidak hanya uang tetapi sentuhan hati yang tak terbayar dengan apapun yang mampu menggetarkan alam semesta ini datang bertubi-tubi kepada kita, bahagiakan ibu maka kitapun akan bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun