Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Apakah Mendengki Termasuk Kejiwaan?

30 Oktober 2021   14:00 Diperbarui: 31 Oktober 2021   08:51 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
findyourgoodspace.com

Suatu ketika saya ditanya oleh seorang sahabat yang selalu dihina dan dikucilkan dengan kalimat-kalimat merendahkan. Kalimat yang memang tidak pantas dikatakan oleh orang yang sehat secara jiwa (akal dan pikiran).

Sahabat saya merasa sangat terganggu dengan ucapan-ucapan mereka dan lebih memilih diam daripada berselisih dengan mereka yang dianggapnya tidak penting untuk dipikirkan.

Di sisi lain sahabat saya merasa kehidupan pribadinya sangat terusik dengan hal yang tidak perlu seperti ucapan mereka yang semakin merajalela. Saya katakan kepadanya bahwa "ketika seseorang selalu memiliki sesuatu yang negatif tentangmu untuk dikatakan baik secara lisan maupun tulisan, sebenarnya mereka cemburu kepadamu".

"Kehidupan orang yang mendengki tidak akan pernah tenang karena ia terus-menerus menyiksa dirinya sendiri dengan membenci dan mendengki dengan kehidupan orang lain yang lebih baik dan lebih sukses darinya".

Mendengki adalah perbuatan yang sangat sia-sia dan tidak membawa perubahan apa-apa kepada yang didengkikan. Mendengki membawa perubahan yang sangat signifikan kepada dirinya sendiri yaitu kehidupan yang semakin merosot dan semakin tidak mampu menjalani banyak hal, mengapa demikian?

Sebenarnya mengapa para pendengki itu terus tumbuh dan menyebar? Apa yang terjadi dengan psikis mereka? Bagaimana menyikapi kehidupan orang lain yang lebih baik dari kita agar kita tidak diserang sifat dengki? Berikut penjelasannya:

Mendengki Merusak Diri

Para pendengki tidak menyadari mengapa mereka selalu menjalani kehidupan yang stagnan dan tidak mudah terkabul di setiap doanya.

Menurut skala David.R.Hawkins bahwa setiap manusia memiliki level kesadaran yang cenderung naik dan turun. Ketika ia mendengki maka energi positif yang dimilikinya sangat turun drastis hingga mencapai titik terendah yaitu di bawah dari level 200Hz. 

Para pendengki ini telah mengalami suasana hati yang bercampur-campur mulai dari sifat menyalahkan orang lain, sedih, takut, marah, gelisah, bangga terhadap kejahatannya yang telah mampu mengumpulkan massa untuk menjatuhkan orang lain.

Pendengki ini mengalami kesulitan untuk naik pada level kesadaran positif karena membiasakan diri dengan perilaku negatif setiap harinya sehingga menjadi habit dan hiburan bagi mereka. Hiburan yang sangat mengerikan menurut saya, karena orang-orang seperti ini telah mengalami sakit pada mental (mental illness) dan pikirannya.

Pendengki juga merasa sangat terhibur ketika melihat orang lain menderita karena perbuatannya, bagaimana doa kita bisa terkabul sementara kita selalu menghakimi kebahagiaan orang lain dan tentunya berada pada level yang jauh dari harapan untuk menarik rezeki.

Banyak yang tidak menyadarinya sehingga menganggap bergibah adalah hal yang biasa dan untuk menghidupkan serta menambah pertemanan. 

Mereka pun tidak menyadari apa yang mengintai kehidupan mereka ketika mereka membenci orang yang tidak memiliki kesalahan kepadanya yaitu kehancuran hingga pada titik dasar kehidupannya. Mengapa demikian?

Energi yang terendah menyeret seseorang kepada level kehidupan yang paling bawah hingga pada level 20 Hz dan sungguh perbuatan yang sia-sia.

findyourgoodspace.com
findyourgoodspace.com

Mendengki sama halnya dengan membunuh diri sendiri secara perlahan. Gelisah dengan takdir dan nasib orang lain yang sebenarnya berkah dari pola positif yang mereka ciptakan sendiri.

Namun, orang-orang yang negatif selalu menampik dan melihat kekurangan orang lain sebagai hiburan baginya layaknya seekor mata lalat yang senang dengan aroma yang bau namun tidak mampu menjadi seekor lebah yang selalu mencari bunga dan mencium hal yang baik di diri orang lain.

Mereka juga tidak menyadari kehidupan mereka tergerogoti oleh perilakunya sendiri dengan mulai merosotnya ekonomi dan hal lainnya. Tetapi, apa sebabnya?

Seperti yang tertulis di atas bahwa rezeki akan mengalir ketika kita ada di level emosi positif yaitu energi positif (zona ikhlas) atau love, unsur kasih sayang yang ada di dalam hatinyalah yang mampu meningkatkan rejekinya. 

Rejeki adalah hal yang baik dan akan mendekati orang-orang yang mengeluarkan getaran yang baik ke alam semesta ini. Baik akan mendekati baik demikian pula sebaliknya, yang tidak baik akan berkumpul dan bertemu dengan yang seenergi dengannya, kesulitan akan selalu mendekati orang yang selalu gemuruh hatinya melihat kebahagiaan dan kelebihan orang lain.

Kebahagiaan adalah pilihan, bukan takdir sehingga kita tidak harus membenci orang yang memiliki kehidupan yang lebih baik dari kita.

Ketika kita memanjatkan doa dalam keadaan hati yang mendengki sudah barang tentu doa akan tertolak, karena Allah SWT hanya menerima yang baik-baik, bukan sebaliknya.

Apakah kita masih ingin melanjutkan kesulitan tersebut untuk waktu yang lebih lama lagi?

Psikis Sang Pendengki 

Saya sangat prihatin kepada mereka yang terus merusak dirinya dengan kedengkian ini, di mana sesengguhnya ia dapat memperbaiki kehidupannya yang mungkin bisa lebih baik daripada yang didengkikannya. Mereka hanya selalu menjalani kehidupan yang sama karena selalu berada dipikiran dan perasaan yang sama yaitu mendengki dan iri. Mereka selalu menjatuhkan dirinya ke dalam kesulitan yang selalu mereka ciptakan sendiri.

Apakah kedengkian merupakan kelainan jiwa?

Kedengkian (al-hasd wal hiqd) masuk kepada penyakit hati (psychoses) yaitu kelainan kepribadian yang ditandai oleh mental dalam (profound mental) dan gangguan emosional yang mengubah individu normal menjadi tidak terarah secara perilaku dan tutur kata. Dalam konteks psychoses kedengkian merupakan indikasi penyakit kejiwaan.

Menurut para psikolog, iri dengki merupakan reaksi yang timbul akibat obsesi terhadap sesuatu tetapi tidak mampu memiliki, menjalaninya dan mendapatkannya. Bukan saja "perkataan menerangkan siapa Anda" tetapi termasuk dalam golongan kejiwaan.

Bayi lahir dalam keadaan yang suci bersih dan mulai terkotori ketika ia dewasa dan tidak memiliki mental yang kuat terhadap hantaman kehidupan dan tidak memiliki ilmu pengetahuan untuk dapat meredam kejiwaannya sendiri. Iri dengki ini tidak melukai orang yang didengki tetapi sangat menyiksa para pendengki itu sendiri.

Bagaimana menyikap Diri Agar Tidak Mendengki 

Kedengkian adalah paket tempelan yang terjadi seiring dengan waktu dan dapat dilepaskan dengan mudah, asal kita mampu merubah pola pikir dan perasaan terhadap orang lain dan diri sendiri.

Pola pikir yang sehat akan memberikan perasaan yang nyaman dan tentram, ketentraman tersebut tentunya yang ingin kita miliki, maka berdamai dengan diri sendiri adalah jalan paling ampuh untuk tidak mendengki kepada siapapun. "Aah.., siapa bilang mudah untuk tidak mendengki", tentunya banyak yang berkelit tentang ini dengan berbagai dalih.

Kembali kepada niat hati dan perbaikan diri dan kehidupan, bila kita ingin perubahan yang signifikan kepada hasil yang baik maka tentunya harus ada upaya untuk melakukannya. Setiap manusia memiliki jalan cerita hidup masing-masing, ada yang anaknya 10 ada yang 2 atau bahkan tidak memiliki anak (takdir mutlak).

Ada pula yang memiliki gedung dimana-mana dan dilain sisi ada yang tidak punya rumah (nasib). Takdir tidak dapat dirubah namun nasib bisa berubah, pertanyaan saya apakah kita yang tidak memiliki kaki senang bila ada orang yang mengatakan kalau kita tidak memiliki kaki? Tentu saja tidak.

Berempatilah kepada orang lain karena dengan bisa menempatkan situasi orang lain di diri kita tentu kita akan lebih mudah merasakan hal yang sama dengan orang tersebut. Apakah kita mau dibilang miskin walaupun faktanya kehidupan kita memang biasa saja? Tentu saja tidak.

Kita dan dia sama-sama memiliki lidah dan bisa digunakan untuk hal yang sama namun kita dan dia akan terlihat berbeda ketika kita bisa mengendalikan lidah kita untuk tidak menghujat dan menzalimi orang lain dengan lidah, tangan, jari atau kedua mata kita kepada orang lain.

Kebencian, iri dengki dapat mendatangkan fitnah kepada orang yang dibenci. Kembali lagi bahwa yang dibenci tidak akan mendapatkan kerugian apapun di dalam kehidupannya tetapi yang sang berimbas adalah sang pembenci itu sendiri.

"Barang siapa yang menyalakan api fitnah, maka dia sendiri yang akan menjadi bahan bakarnya" (Ali bin Abi Thalib).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun