Generasi Alpha adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 2011-2024, generasi yang lahir sesudah generasi Zers (gen z). Sebagian besar anggota generasi alpha adalah anak milenial (gen y) dengan rentang kelahiran tahun 1990-2000an. Generasi Alpha ini dinamai setelah huruf pertama dalam alphabet yunani.
Para sosiolog membagi generasi manusia modern dalam beberapa era generasi, yaitu: generasi perang, generasi perang klasik, generasi perang dunia I, generasi perang dunia II, generasi pasca perang dunia II, generasi era depresi, generasi baby boomer, generasi x, generasi y, generasi z, generasi Alpha. Badan statistik kanada menghitung generasi z lahir pada tahun 1995-2011. Generasi Alpha ini merupakan kelanjutan masa perkembangan dari generasi z.
Pada rentang kelahiran tersebut anak-anak generasi z hidup di generasi Alpha (masa saat ini), usia mereka saat ini adalah 10 tahun-26 tahun. Masa dimana mereka masih berada pada karakteristik generasi sebelumnya yaitu generasi z. Generasi z disebutkan sebagai generasi digital atau generasi internet, tentunya mahir dan gandrung dengan teknologi  serta aplikasi computer dan secara otomatis mempengaruhi kepribadian mereka.
Pada tahun 2012 seorang jurnalis Bruce Horovitz mengenalkan istilah gen z, Generasi z ini sangat mahir menggunakan teknologi pada rentang usia yang masih muda dan sangat berbakat, faktor kebiasaan ini membuat mereka seolah tidak bisa hidup tanpa teknologi. Generasi ini terkenal lebih mandiri, cenderung lebih toleran dengan perbedaan kultur, individual dan mandiri.
Generasi z ini selalu berinteraksi dengan dunia digital dan teknologi, segala informasi yang berada pada teknologi tersebut terserap kuat ke dalam pikirannya. Mereka selalu terpancing untuk membukanya dan mencoba hal-hal baru yang ada pada teknologi tersebut. Sehingga berdampak negatif bila digunakan di luar kontrol orang tua atau berlebihan yang dapat mengakibatkan dampak bagi kesehatan fisik maupun psikisnya, namun dapat diarahkan pada hal yang positif khususnya bagi kaum zers yang sudah remaja dan dewasa.
Goldman Sach menemukan dalam studinya bahwa hampir setengah dari gen Zers ini mampu terhubung secara online selama 10 jam bahkan lebih dalam sehari dan bersifat adiktif. Studi lain menemukan bahwa seperlima dari gen Z mengalami gejala negatif saat dijauhkan dari perangkat digital atau smartphonenya. Generasi ini cenderung larut dengan dirinya sendiri bersama perangkat tersebut hingga lupa waktu dan mengabaikan banyak hal penting dalam hidupnya.
Dampak ketergantungan Gen Zers (gen z) Terhadap perangkat Teknologi
Pada era pandemi seperti ini, teknologi sangat berfungsi dalam peroses kegiatan dan membuat para kaum zers ini semakin lekat dengan perangkat tersebut. Hingga terdapat efek negatif secara psikis menyertai seperti, kecanduan, sulit dinasehati, abai dengan banyak hal, enggan bersosialisasi dengan sesamanya (individual), pemarah (tidak sabar dengan proses), bagi anak dan remaja. Dampak ini sangat mempengaruhi pola pikir dan cara mengekspresikan diri secara positif.
Terkadang dapat membuat orang disekitarnya menjadi apatis dan menyerah pada akhirnya terus mengikuti kehendak anak. Membiarkan mereka larut dengan kegiatan tersebut membuat mereka candu dan tidak mampu berhenti. Otak akan terus memerintah agar tubuh terus melakukan aktifitas tersebut tanpa kendali, pada saat dihentikan mereka akan marah dan membuat perlawanan bahkan terjadi efek "ketagihan" dengan ekpresi pada tubuhnya.
Anak pada usia antara 0-13 tahun masih berada pada gelombang alpha (otak kanan) yang kuat, fungsi otak bagian kiri belum dikatakan maksimal. Pada saat anak fokus menggunakan lebih dari 10 menit mereka akan larut di dalam teknologi tersebut dan menyimpannya ke dalam memori sehingga baik warna, bentuk, suara dan gerakan yang ada pada ponsel tersebut selalu teringat oleh mereka, bagi yang telah remaja dan dewasa baik sekali bila diarahkan kemampuan otak kanannya kepada hal yang menguntungkannya.