Banyak pula anggapan bahwa ketidakmampuan diukur dari jenis kelamin dan anggapan ini membuat para perempuan menjadi selalu tergeser dan tidak pernah mendapat tempat yang sama secara profesi yang digeluti para pria. Banyak contoh dari negara lain bahwa wanita dapat melakukan pekerjaan yang sama seperti pria tanpa mempertimbangkan unsur jenis kelaminnya. yang terjadi di negara ini adalah karena stigma yang telah mendarah daging yaitu "wanita ujung-ujungnya hanya mengurus anak dan masak".
Sering terdengar kalimat ini "tidak usah sekolah tinggi-tinggi, ujungnya hanya kedapur juga", kalimat ini membuat batas bagi kaum perempuan untuk mengembangkan sayapnya. Padahal para pria di masa sekarang ini banyak berprofesi sebagai koki. Artinya memasak bukanlah hal yang dikhususkan untuk para wanita saja.
Secara sudut pandang individu, wanita karir adalah wanita yang mementingkan diri sendiri dan tidak mau repot dengan urusan rumah tangga, dll. Selentingan seperti ini hanya didapat dari asumsi negatif saja tanpa bisa melihat sebab akibat. Setiap profesi memiliki alasan tertentu yang hanya diketahui oleh orang yang bersangkutan dan tentunya dalam rangka mencukupi perekonomian atau malah sekedar untuk menyalurkan panggilan hati.
Penghasilan tentunya untuk keluarga, dirinya, anak-anaknya dan sebagai penolong suami yang sedang mengalami persoalan ekonomi. Bila didukung dengan sikap yang positif tentu mereka akan menjadi lebih positif dan mampu mengutamakan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu. Membagi waktu yang layak antara karir dan keluarga merupakan cara cerdas bagi para wanita yang berkarir.
Wanita yang Bekerja di RumahÂ
Wanita yang bekerja di rumah secara psikologis anak dan suami, akan merasa aman karena ada ibunya didalam rumah tersebut. Semua urusan rumah menjadi beres dan aman terkendali. Namun ketika kebutuhan hidup semakin melonjak pada akhirnya istri harus mengambil alih dan berperan ganda untuk menambah pendapatan, mencukupi kebutuhan rumah tangganya.
Tidak selamanya stempel bahwa hanya sebagai ibu rumah tangga adalah yang terbaik. Pada realitanya banyak para wanita bekerja baik itu di luar rumah maupun di dalam rumah. Tuntutan hidup secara tidak langsung telah mengubah stigma para perempuan yang hanya bertugas menjaga anak dan memasak saja.
Para ibu rumah tangga memiliki peran sebagai istri, ibu dan pendukung nafkah dalam rumah tangganya juga termasuk mengolah keuangan. Pekerjaan mulia seorang perempuan perlu diapresiasi karena peka terhadap tugas dan kewajiban bahkan terkadang tidak terlalu menuntut hak sebagai perempuan seutuhnya.
Bekerja diluar ataupun dalam rumah dengan membuka usaha sendiri, keduanya tetap beraktifitas dan bekerja. Keduanya pula tentu teralihkan dari tugas pokok yaitu mengurus rumah pada tepat waktu, dll. Berbagi tugas merupakan solusi terutama dimasa pandemi seperti ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H