Seorang pemikir terkadang merasa tersiksa terhadap pikirannya sendiri, terutama bila belum menemukan solusi. Namun pemikir ini berasal dari watak seseorang. Watak berpusat dari pembuluh saraf dan otak manusia.
Sahabat saya sering bercerita tentang orang sekitarnya yang kurang empati kepadanya dan cenderung menyakitinya melalui gestur dan kalimat-kalimat di media sosial. Saya bertanya kepadanya apakah dia membalas perbuatan yang ambigu itu, lalu dia menjawab "iya". Mengapa dibalas? Karena itu sesuatu hal yang tidak jelas mengarah kepada siapa, namun seperti itu bila kita terus memikirkannya dan mendatangkan insecure dan efeknya jadi kecil hati.
Banyak manusia disekitar kita atau mungkin kita sendiri yang mengalaminya, berpikir dan memproses pikiran sesuai dengan watak dan kecerdasan secara intelektual maupun emosional. Pada saat seorang manusia mendapat persoalan, semua yang ada ini akan ikut serta, apakah itu akan menyelesaikan persoalan ataukah malah memperlebar persoalan. Watak seseorang akan terlihat dengan jelas.
Pemikir tidaklah selamanya buruk, namun bila diarahkan dan menitikberatkan hanya kepada hal negatif maka, sama saja kita sedang merusak diri kita sendiri. Berpikir yang berlebihan karena ada sebab dan tentu berakibat, apa saja yang dapat dilakukan ketika kita dilanda over thinking.
Akibat overthinking dan kiatnya
Akibat dari berpikir yang berlebihan, pikiran akan lelah, membenci, marah, sedih, takut dan perasaan insecure lainnya berdatangan. Dampaknya psikis akan sakit dan fisikpun akan mengikuti. Walaupun overthinking tidak selamanya buruk namun bila terus menerus dipikirkan tentang hal yang sama dapat menciptkan memori pada otak dan menghasilkan emosi negatif.
Bila kita berpikir yang berlebihan kepada hal yang tidak terlalu penting misalnya dengan pertanyaan "kenapa dia begitu?", maka otak akan mengulas kejadian dari A-Z, otak tidak akan mengeluarkan solusi. Ketika otak ditanya seperti " aku harus gimana?", maka otak akan berusaha mencarikan solusi untuk kita. Saat otak mengeluarkan jawaban, catat saja untuk memudahkan kita mengingat kembali dan proses berpikir akan berhenti dan beralih kepada pikiran yang lain.
Sama halnya sebuah komputer ketika bahan yang kita buat dan ketik pada layar sebelum disimpan layar akan terus terbuka dan tidak ada ujungnya karena proses belum selesai. Ketika kita mulai menyimpan data (dengan mencatat dari jawaban otak tadi) maka layar sudah siap untuk ditutup dan beralih kepada bahan yang lain. Otak manusia sama dengan komputer. Berisi 100 Milyar neuron atau pembuluh saraf , 1 neuron setara dengan 1 unit komputer.
Bila kita terus mengikuti pikiran maka akan timbul dampak negatif, tersimpan pada sistem limbic manusia dan mengakibatkan trauma. Saat peristiwa yang sama terjadi pikiran akan ketarik kepada kejadian, membuat pemikir semakin berpikir dan merasa rungsing. Alangkah baiknya bila pemikiran diarahkan kepada hal yang bermanfaat akan menghasilkan banyak hal bahkan menghasilkan pendapatan
Mengenali Watak Sendiri
Kenali diri dan watak kita sendiri, apakah kita seseorang yang berwatak melankolis atau kolerik. Terdapat kesamaan dan perbedaan pula pada kedua watak ini, namun keduanya sama-sama pemikir. Hanya saja melankolik lebih dominan dalam soal berpikir, menganalisa dan mudah sekali tersinggung.