Sudah 1 tahun lebih dunia dirundung duka dengan adanya covid-19. Wabah yang melanda seluruh negara ini sangat meresahkan masyarakat dunia. Terutama mereka yang memiliki penyakit bawaan.
Pada dasarnya virus ini sama dengan virus lainnya hanya saja virus ini bercokol di saluran pernafasan dan paru-paru. Mirip dengan pneumonia dan penularannya melalui liur dari orang yang sudah terinfeksi. Seperti dproplet dan tangan atau pakaian yang terpercik liur penderita.
Dua orang sahabat saya bercerita kepada saya bahwa mereka terkena virus ini yang satu gejala 80% dan yang satu positif. Tentulah mereka merasa risau dan bergejolak dihati kenapa mereka terkena padahal yang 80% hanya kehilangan penciuman, tidak mengalami gejala lainnya, sebelumnya dia memang terkena flu dan mengalami kelelahan psikis karena problem rumah tangga. Sahabat satu lagi mungkin karena aktifitas yang padat sehingga mengalami kelelahan fisik.
Pertanyaan mereka tentu sama, mengapa bisa kena?, bagaimana penyembuhannya?, dan kapan sembuhnya?. Sementara sahabat saya yang satu lagi merasa dapat hukuman secara sosial. Dikucilkan, anaknya dijauhi para tetangga, orang jadi takut membeli sembako dirumahnya, dan menghakimi secara tidak langsung seakan-akan berpotensi sebagai pembawa virus kepada daerah tersebut.
Pada hari ke 7, sahabat saya yang masih gejala tersebut dinyatakan positif covid. Disini terjadi hal yang menyakitkan bagi penderita covid, yang seharusnya dapat semangat dan dukungan untuk kembali sehat, tapi warga memperlakukannya seperti seorang penjahat yang akan membunuh banyak orang. Benar-benar tidak prikemanusiaan.
Sedangkan sahabat saya yang satu lagi yang positif covid akhirnya sembuh dari covid. Apa yang terjadi?, yah sahabat saya yang satu ini dilingkupi orang sekeliling yang mendukung kesehatannya, dikirimi makanan, diberi perhatian, sama sekali tidak diperlakukan seperti penjahat oleh orang sekitarnya. Orang sekitar memberinya semangat seperti akan menjalani perlombaan yang akan dimenangkan.
Terdapat dua perbedaan dari cara menyikapi pasien gejala dan penderita covid, terjadi keadaan yang terbalik. Sakit apapun manusia bila ia dihujat dan dicerca maka daya tahan tubuhnya akan semakin menurun karena perasaan sedih dan khawatirnya menjadi tinggi. Perasaan insecure membuat daya tahan tubuh manusia menurun.
Bagaiman mengantisipasi bila sudah terkena covid? Atau untuk menjaga agar tidak terkena covid?. Tentu kita semua sudah tahu secara protokol kesehatan, mencuci tangan sesering mungkin, menggunakan masker, jaga jarak, makan makanan yang bergizi, vaksinasi. Namun ada yang terlewatkan untuk penjagaan imunitas dari dalam diri sendiri.
Jauhi Insecure
Perasaan insecure ini menimbulkan rasa takut, sedih dan marah. Rasa ini diakibatkan dari akses mata dan telinga. Mendengar dan melihat sesuatu hal yang memicu rasa marah, sedih dan khawatir kedalam diri kita. Terkesan membiarkan lingkungan sekitar meracuni kesehatan kita melalui pikiran.
Pikiran-pikiran itu dapat mengganggu imunitas tubuh. Rasa lelah psikis akan lanjut kepada kelelahan fisik dan akan mempengaruhi keseimbangan berpikir dan mental seseorang. Kita menjadi sulit tidur, makan tidak teratur, segalanya jadi serba tidak enak bila tubuh dikuasai oleh pikiran.
Imunitas tubuh sangat penting sebagai pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh dari pengaruh biologis luar dengan mengenali dan membunuh pathogen. Sistem ini akan mengidentifikasi infeksi, bakteri, virus hingga parasit. Memusnahkan mereka dari sel dan jaringan organisme yang sehat agar tetap berfungsi dengan baik.
Ciptakan Kebahagiaan
Kebahagiaan ada didalam diri manusia. Melakukan hal yang menyenangkan seperti, bermusik, menulis, bercocok tanam, beribadah, berolahraga, mendengar musik relaksasi, dll. Ciptakan kebahagian melalui hobi yang tidak membosankan.
Melakukan hal yang disenangi dapat memancing hormon bahagia untuk terproduksi dari kelenjar pituitary, terhindar dari pikiran negatif yang dapat memancing hormon kortisol yang berlebih dari kelenjar adrenal yaitu hormon stress. Selain bahagia juga tentunya mendapat manfaat lainnya, tubuh akan lebih sehat dan produktif.
Ketika hati sudah bahagia maka ucapan kita juga mengandung unsur yang tenang, tidak menimbulkan insecure bagi orang lain dan diri sendiri. Kita akan mampu memotivasi diri dan menyebarkan kebahagian kepada orang sekitar kita. Apa yang diisi kedalam diri keluarnyapun akan seperti itu dari diri kita.
Banyak Tersenyum dan Tertawa
Lagi-lagi senyum dan tertawa apa hubungannya dengan covid?, Yah ada. Tugas kita melindungi tubuh kita dari penyakit salah satunya dengan banyak tersenyum dan tertawa, untuk menghindari kelenjar adrenal berlebihan bekerja menghasilkan hormon stress dari dalam tubuh. Melakukan hal yang sebaliknya akan melindungi dari efek negatif.
Bercanda dengan sahabat atau saudara yang senang tertawa kita akan ketularan bahagia, menonton acara yang mengundang tawa, membaca juga demikian.
Sering kita lihat diluar negeri para dokter memainkan musik dan menggunakan pakaian yang lucu-lucu, mengapa?. Agar para pasien merasa bahagia dan dipedulikan, sehingga meningkatkan daya tahan tubuh dan sembuh dengan sendirinya, virus hanya dapat dikalahkan oleh antibody kita sendiri.
Saling Mendukung
Pikiran dan perasaan adalah motor dari seorang manusia. Bila motor ini rusak maka tidak dapat dijalankan dengan baik. Saat motor telah tersendat dan rusak butuh didorong agar mesinnya menjadi terpancing untuk bergerak. Begitu pula manusia.
Beri dukungan dan semangat kepada mereka yang terdeteksi mengidap virus tersebut, bukan dihakimi seperti seorang penjahat. Yang mereka butuhkan adalah dukungan secara moril untuk meningkatkan semangat hidup lebih lama. Dekati dengan cara manusiawi dan disayangi, diperdulikan dan dihibur hatinya.
Semangat hidup fluktuatif, ada saatnya meningkat dan merosot. Ketika merosot virus mudah mendekat. Menghakimi dan menuding hanya akan membuat orang yang sehat menjadi sakit, apalagi yang sedang sakit menjadi sekarat.
Sinkronisasi
Antara hati dan pikiran harus sinkron. Ketika keduanya sudah sinkron maka vitamin dan makanan yang dikonsumsi akan merespon hal yang sama yaitu penyerapan gizi akan lebih baik. Metabolisme menjadi lancar dan tubuh akan lebih sehat.
Keseimbangan secara keseluruhan dari seorang manusia utuh yaitu pikiran dan perasaan akan membawa tubuhnya menjadi stabil. Kestabilan ini yang membuat tubuh menjadi sehat lahir dan batin. Bila batin sakit, tubuh akan mengikutinya, begitu pula sebaliknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H