Toxic people adalah orang yang menyebarkan berita yang sifatnya meracuni dan berasal dari pemikiran yang negatif dan bersifat mematikan nama baik seseorang.Â
Perilaku toxic ini sangat membahayakan dan membunuh karakter seseorang hingga tidak berdaya. Dengan berbagai trik dan sistem agar racunnya dapat memasuki teman bicara dan menghancurkan sasarannya.
Toxic people ini banyak beredar di masyarakat dan selalu berada di kerumunan massa maupun orang perorang. Pada dasarnya toxic people ini adalah orang-orang yang tidak mudah merasakan kebahagiaan, merasa diri lebih baik dari orang lain dan cenderung meremehkan kemampuan orang lain.Â
Sulit untuk meminta maaf bila bersalah dan merasa bahagia ketika sudah berhasil membuat orang lain terkucil dari lingkungannya.
Ciri toxic people ini adalah: iri, dengki, penghasut, tidak senang melihat orang lain bahagia, senang memfitnah dan menyebarkan fitnah terhadap orang yang tidak bersalah, narsis, tidak dapat merasakan kebahagiaan, membenci dan pendendam.Â
Perilaku beracun ini mampu membuat orang baik menjadi tidak baik karena telah teracuni oleh perkataan yang tidak akurat dan tanpa bukti. Toxic people akan merasa sangat bangga telah berhasil menghancurkan hidup seseorang dari nama baiknya.
Perilaku toxic ini sangat merugikan dan menyebabkan insecure bagi orang lain. Perasaan insecure ini membuat orang lain tidak menemukan lagi kebahagiaan hidupnya dan putus asa hingga membuat orang lain menutup diri dari kehidupan sosialnya. Membuat sasaran menjadi kehilangan motivasi diri hingga mengakhiri hidupnya.
Menurut ilmu neuroscience, perilaku toxic ini dampak dari innerchild, dimana rasa sakit dimasa lalu membuat mereka cenderung membalaskan perasaan mereka kepada orang lain yang tidak berdosa.
Kenangan yang terserap oleh kedua mata dan telinganya tersimpan diotak limbic dan terus tercetus ketika melihat orang lain bahagia, dipuja dan memiliki ketenangan. Memunculkan memori yang tidak enak dan bersifat negatif, mengakibatkan tegangnya bagian otak limbic mereka.
Tegangnya otak tersebut membuat segala informasi negatif bermunculan dari memori dan cenderung mengulas hal tersebut terus menerus. Aktivitas otak toxic people akan terus menerus seperti itu, efeknya mereka tidak mengerti bagaimana seharusnya bersikap yang baik dan apa saja manfaat kebaikan.Â
Mereka hanya tahu isi kepalanya yang terus berputar mengatakan hal yang sama kepada siapapun yang ditemuinya.
Dari pikiran negatif dan terserap sejak kecil tersebut bahkan lebih dulu meracuni diri mereka hingga berjalan ke hati atau perasaan dan membuat rusak hidup mereka lebih dulu.Â
Ketika diri sudah tercemari oleh racun pikirannya sendiri, otak sudah tidak dapat menampung racun tersebut maka tubuh mengeluarkan hal yang sama dari diri mereka kepada orang lain. Menularkan penyakit hati tersebut kepada orang lain melalui hasut dan gestur tubuh.
Semua perkataannya hanya yang bersifat hal negatif tentang apapun dan siapapun. Dengan menampilkan kebaikan dirinya dan mendorong orang lain untuk percaya kepada isi kepalanya saja. Meyakini dirinya melebihi apapun, apa yang harus dilakukan bila kita mengalami hal seperti ini?.
Berniat Untuk Berubah
Sebenarnya berniat saja sudah merupakan kebaikan. Berniat berubah ini merupakan tahap pertama dalam proses perbaikan diri. Bila niat sudah ada otak akan menganalisa cara-cara apa yang akan dilakukan. Setelahnya organ tubuh akan bergerak melakukan pencarian.
Mengenali Diri dan Berdamai Dengan Masa Lalu
Mengenali diri sangat perlu agar kita bisa melihat kedalam diri, akui bahwa kita pernah mengalami kekecewaan yang dalam pada situasi tertentu di masa lalu. Kekecewaan yang selalu dipendam akan sering muncul sehingga melampiaskan hal yang sama kepada orang lain.Â
Semakin dipendam semakin kuat otak memunculkan kejadian tersebut ketika tercetus pada moment yang sama.
Contonya, melihat orang lain dipuji, otak akan memunculkan kejadian yang menyedihkan pada saat tertentu dan menimbulkan rasa iri, dengki dan menimbulkan hasut kepada hati sehingga tubuh melakukan aksi untuk menjatuhkan orang tersebut agar pujian tersebut terhenti.
Apa yang sudah terjadi adalah bagian dari perjalanan hidup yang sudah terlewati. Yang terpenting adalah hari ini dan esok hari. Berdamai dengan masa lalu merupakan cara agar otak dan hati menjadi damai.
Banyak Membaca Buku Agama dan Motivasi
Membaca buku-buku agama dan motivasi dapat menguatkan inner seseorang. Sebagai penguat jiwa yang sedang sakit dan sedang butuh pertolongan. Obat jiwa adalah kata-kata penguat yang bersifat positif.
Kalimat motivasi dan pengetahuan agama yang kuat dapat memberi pemahaman dan sebagai rem bagi kita dalam setiap situasi. Menghindari diri dari hal yang tidak perlu, ilmu pengetahuanlah sebagai pemandunya.Â
Dengan catatan kita berniat untuk berubah, maka otak akan mengalami pelunakan dan membuat informasi positif dari yang dibaca dan yang didengarkan tersebut terserap dan tersimpan pada memori limbic sehingga merubah perilaku.
Meyakini Bahwa Setiap Orang Memiliki Peran Dalam Hidupnya
Hidup ini adalah bagaimana kita menjalani peran namun jangan terlalu menjiwainya. Ketika peran terlalu dijiwai maka akan timbul penyakit kejiwaan pada diri kita.Â
Setiap orang memiliki peran masing-masing, ada yang kurang beruntung dengan fisiknya, ada yang kurang beruntung dengan ekonominya, dll. Memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Temui Ahlinya
Bila kita tidak mampu mengeluarkan semua keburukan dan memori masa lalu, cari bantuan para pengobat mental dan jiwa seperti psikolog atau hypnoterapis. Metode ini dapat mengeluarkan semua luka batin dengan mudah. Jiwa akan kembali sehat dan membawa kebaikan kepada  banyak orang.
Metode ini ampuh membenahi memori bawah sadar yang tersimpan lama akibat emosi negatif. Kebencian, kemarahan, ketakutan, merasa kalah, dsb merupakan bagian dari insecure yang terendap lama di memori bawah sadar sehingga dapat menimbulkan karakter toxic bagi dirinya dan orang lain. Saat memori itu dikeluarkan dari limbic sistem manusia, synapse pada otak mengalami penurunan dari ketegangan yang di alami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H