Mohon tunggu...
Zain Za
Zain Za Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa UIN RADEN MASSAID

suka bermusik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rendahnya Literasi dalam Pendidikan Indonesia: Akar Masalah dan Upaya Perbaikan

18 Oktober 2024   15:42 Diperbarui: 18 Oktober 2024   15:48 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia menjadi salah satu negara dengan minat baca terendah dari banyaknya negara. Hal ini tentu saja sangat disayangkan. Melihat dari beragamnya budaya, bahasa, dan tradisi yang berkembang di Indonesia, yang seharusnya menjadi faktor penting agar bisa meningkatkan literatur di bidang sejarah dan pengembangan kebudayaan. Minimnya minat baca masyarakat Indonesia menjadi masalah serius yang mendesak untuk diperhatikan. Karena hal tersebut sangat bertentangan dengan adanya program menuju Indonesia emas di tahun 2045 yang banyak digaungkan oleh para petinggi negara. Sedangkan masih banyak sekali hal yang perlu diperbaiki untuk bisa mencapai tujuan tersebut, salah satunya yakni mengatasi merosotnya budaya literasi dengan menawarkan program-program interaktif yang dapat diterima dan diakses dengan mudah oleh semua kalangan masyarakat. Hasil dari penelitian di lingkungan sekitar mengenai kemampuan masyarakat dalam memahami materi pelajaran, perkembangan pendidikan dan memproses perkembangan teknologi informasi masih rendah.                                                                                                                                                                                                                                                     

Data terbaru tentang literasi masyarakat di Indonesia pada tahun 2024 menurut UNESCO berada ditingkat ke dua dari bawah di dunia. Sedangkan menurut hasil survei PISA (programme for international student assement) atau bisa di artikan dengan program penilaian internasional yang mengevaluasi kemampuan siswa dalam bidang membaca, matematika dan sains tahun 2019 menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia menempati peringkat ke-62 dari 70 negara. Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) tahun 2016 mengatakan bahwa kemampuan literasi di Indonesia tergolong rendah. Hal ini berarti dari 1000 orang hanya 1 orang yang rajin membaca. Sedangkat survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 menunjukkan bahwa hanya sekitar 10% penduduk Indonesia yang rajin membaca buku. Angka ini menunjukkan tingkat minat literasi yang rendah dikalangan masyarakat.

Faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya literasi masyarakat di Indonesia salah satunya adalah kualitas pendidikan yang mengalami kesenjangan besar, contohnya pendidikan di daerah pedalaman akan sangat berbeda dengan pendidikan di daerah perkotaan. Kesenjangan ini berdampak pada kualitas literasi mereka, dimana pada daerah yang kurang berkembang umumnya memiliki kualitas pendidikan yang lebih rendah, sedangkan pendidikan di perkotaan atau yang lebih terjamin kualitas sarana dan prasarananya malah cenderung mengabaikan. Hal tersebut dikarenakan meningkatnya kapasitas akses digital yang semakin maju.

Faktor lain yang menyebabkan minimnya literasi di Indonesia adalah kurangnya perhatian dalam pengembangan keterampilan berpikir kritis dan analitis. Di sini para generasi muda yang masih belajar di tuntut untuk mengahafal informasi tanpa benar- benar memahami makna yang tercantum di dalamnya. Dan kenyataannya dalam kehidupan sehari- hari, mereka lebih ditekankan pada materi saja tanpa perlu faham tentang yang terkandung di dalamnya, ini menyebabkan tidak ada inisiatif aksi yang di terapkan. Padahal literasi bukan hanya tentang membaca dan menulis, tetapi juga kemampuan menganalisis informasi, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan yang tepat berdasarkan informasi yang ada. Faktor Yang terakhir adalah budaya membaca itu sendiri. Budaya membaca di Indonesia yang kurang mendukung juga mempengaruhi minat literasi. Jika membaca buku tidak dianggap sebagai aktivitas yang penting atau prestisius, minat literasi akan menurun.

Literasi sangat berperan penting dalam mendukung individu, berpartisipasi dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Tingkat minat literasi yang tinggi akan memberikan masyarakat kemampuan untuk berkontribusi secara lebih aktif dan berdaya saing dalam berbagai aspek kehidupan. Dari sisi ekonomi, literasi berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Masyarakat yang literat lebih mungkin memiliki peluang kerja yang lebih baik, dapat berwirausaha, dan berpartisipasi dalam ekonomi kreatif dan inovasi. Maka alangkah baiknya membuat upaya perbaikan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi mirisnya literasi masyarakat di Indonesia bisa dilakukan dengan cara reformasi sistem pendidikan yang komprehensif. Pemerintah perlu meningkatkan akses terhadap bahan bacaan berkualitas di seluruh daerah, serta mendorong pengembangan perpustakaan dan program literasi yang terjangkau bagi masyarakat luas.

Bukan hanya pelajar saja yang di tugaskan untuk mengubah minat baca, tapi tenaga pengajar juga sangat berperan penting dalam menciptakan perubahan, yaitu dengan menggunakan metode pengajaran yang lebih interaktif dan menekankan pentingnya literasi kritis. Seperti contoh, sebelum memulai pembelajaran alangkah baiknya membaca materi yang akan di pelajari, setelah itu diberi tugas untuk mencari informasi di buku bacaan. Selain itu peran keluarga dan masyarakat juga sangat penting dalam membangun budaya membaca, contoh kecil dalam sebuah keluarga, luangkan waktu setidaknya ketika hari libur untuk membuat forum membaca atau diskusi mengenai buku-buku bacaan ringan yang dapat meningkatkan minat baca anak.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun