Seperti biasa timnas sepak bola Indonesia selalu jadi bahan panas obrolan para warga +62 dari yang muda sampai tua, di dalam atmosfir pembicaraannya selalu terkandung pro dan kontra akan pembahasan performa dari permainan punggawa merah putih.
Piala Dunia U2-0 dianggap hajatan yang super power di mata beberapa penikmat sepak bola bangsa, maka dari itu atensi yang intensif sangat terlihat dilakukan oleh mereka.
Piala dunia bukan lagi hal yang main-main dan tentu banyak yang menyadari bahwa butuh tim yang kokoh untuk dapat menghadapi raksasa muda negara-negara dunia.
Beberapa warganet akhir-akhir ini mulai cemas akan kondisi timnas dan mulai phobia atas kekalahan yang akhirnya menumbuhkan pertanyaan, “apakah metode atau cara STY sudah tepat untuk mempersiapkan timnas muda ke piala dunia?”
Jika banyak yang bertanya demikian, penulis berpandangan bahwa coach Shin Tae Yong mungkin baru mencapai 20-30% progres dari master plan pelatihan yang direncanakannya.
Dari pandangan penulis, coach STY menggunakan periodisasi sepak bola yang diciptakan oleh Bompa. Periodisasi sepak bola sendiri mempunyai makna pembagian sutu masa waktu latihan ke dalam beberapa masa waktu latihan yang lebih singkat secara metodik dan sistematik. Periodiasi yang diciptakan Bompa sendiri diciptakan khusus untuk berfokus didalam fase general, fase persiapan sepesifik, kompetisi, dan transisi.
Kelebihan periodisasi Bompa sendiri terletak pada keintensifan atau penekanan pada masa persiapan dengan membagi 2 masa, yaitu periode general dan spesifik, tetapi jelas bahwa periodisasi yang diciptakan Bompa hanya digunakan untuk tim yang mempunyai waktu persiapan yang lama.
Dari falsafah Bompa sendiri menciptakan metode melatih yang terisolir, yaitu fokus pada satu hal saja bukan sepertti metode holistik yang saling berkaitan antar setiap aspek sepak bola.
Dari karakteristik di atas bisa kita lihat ada di dalam diri Shin Tae Yong dalam membagun fondasi timnas, mengapa?
Karena jelas dari beberapa data internal disebutkan bahwa level fisik para pemain masih di bawah 10 tingkat rata-rata level fisik pemain untuk piala dunia dan ini jelas PR yang berat bagi seorang pelatih dengan kondisi sumber daya yang seperti ini apabila terlalu memaksakan untuk berlatih taktik dan fisik secara bersamaan. Jadi akan lebih baik jika memang benar-benar kondisi fisik diperbaiki dan dimatangkan terlebih dahulu oleh coach STY.