CIREULEU; KAMPUNG PARAWALI YANG TERLUPAKAN DAN MENGHILANG
Oleh : Zainurrofieq
Cireuleu adalah sebuah kampung di wilayah Tasikmalaya sebelah utara, tepatnya di Kecamatan Ciawi. Di abad ke 18 dan 19 kampung ini terkenal sekali karena merupakan daerah tempat berkumpulnya keturunan Syeikh Abdul Muhyi Pamijahan mengembangkan dakwah Islamiyyah di wilayah tersebut dengan membangun beberapa Pesantren dan kegiatan kemasyarakatan yang berbasis Islam, namun sayangnya peninggalan para ulama bahkan para wali itu tidak dijaga dengan baik / tidak "dimumule", bahkan kini nama kampung itu sudah diganti dengan nama kampung Tanjungsirna Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.
Diketahui dalam sejarah bahwa KH. Abdul Muhyi Pamijahan punya istri Nyimas Ayu Bakta, kemudian lahirlah anaknya bernama Embah Dalem Bojong yang makamnya ada di daerah Kawali), Embah Dalem Bojong punya anak Siti Katibah Mujibah ( ini yang makamnya ada di Suka Pancar, Cireuleu. Suaminya namanya Syeikh Ali Murtado ( keturunan Sunan Gunung jati), kemudian punya anak Siti Zulaikho yang Suaminya Raden Anggaulan (dari kerajaan Sumedang) Punya anak Nyimas siti Banangsiah suaminya Bah Asraf ( dari pakuluran Majalengka). Kemudian punya Anak Eyang ahmad, Bah Nur Jeni , Nur Seni, Mbah Nur Anom dan Nyimas Adiningsih.Â
Eyang Ahmad Cireuleu punya anak yang pertama Mbah Ali Muhammad dari Mbah Ali Muhammad inilah lahirnya Eyang Embok ( selain Eyang Entum, Enon, Muhammad Nawawi, Haji Muhammad Kosasih, dan H Muhammad Soleh).
Di masa lalu, atau pada saat banyak berdirinya kerajaan -- kerajaan di Nusantara, Tasikmalaya yang dulu familiar dengan nama Sukapura merupakan bagian integral dari Kerajaan Sunda Galuh yang kekuasaan wilayahnya mencapai sebagian Jawa Tengah sekarang hingga Sungai Citarum di sebelah Timur.Â
Gunung Galunggung yang menjulang disertai panorama perbukitan lainnya ditaksir penulis sebagai salah satu tempat yang banyak diminati orang di masa lalu untuk hidup, tidak terkecuali dengan banyaknya Ulama atau Ajengan yang sesudah menuntut ilmu, kemudian mensyiarkan agama Islam lewat pendirian pelbagai institusi Islam berupa Pondok Pesantren yang memiliki ciri khas dan keunggulannya masing -- masing.Â
Akar penyebaran Islam yang digalakan oleh Syekh Sunan Gunung Djati dan Kesultanan Cirebon dapat dikatakan sukses menyentuh masyarakat di sekitar Galuh, tidak terkeceuali dengan wilayah Sukapura. Selain itu, peran penting ulama kharismatik seperti Syekh Abdul Muhyi merupakan salah satu ulama besar yang menanamkan ajaran agama Islam yang seyogyanya memiliki hubungan yang begitu besar dengan perkembangan Islam di wilayah Tasikmalaya.
Syekh Haji Abdul Muhyi yang menjadi cikal bakal penyebaran Islam di Jawabarat terutama kawasan Priangan, ( beliau lahir di Mataram sekitar tahun 1650 Masehi atau 1071 Hijriah. Ia dibesarkan keluarganya, orang tuanya di kota Gresik atau Ampel).Â
Pada saat berusia 19 tahun dia pergi ke Aceh atau Kuala untuk berguru kepada Syekh Abdurrauf Singkil bin Abdul Jabar selama 8 tahun yaitu dari tahun 1090-1098 Hijriah atau 1669 -1677 Masehi.Â