"Agama yang telah terbukti memajukan pengikutnya baru dua, yaitu Kristen dengan Protestan nya yang telah menginspirasi kaum kapital barat yang tergerakan dari Jerman dengan Kaum Kalpanis nya, dan kedua agama Budha dengan Sinto nya yang telah membangun asia dekat Korea, China dan sebagian Thailand". "Dari penelitian ini semoga Islam pun berkesempatan untuk membuktikannya". Dua rentetan kalimat itu yang seolah sepakat dari para promotor penguji dan Guru besar kami dalam Sidang Promosi Doktoral saya kemaren di Prodi SAA Pasca UIN SGD Bandung.
Judul Disertasi saya Korelasi Tarekat dan Entrepreneurship, studi kasus Ponpes Tarekat Idrisiyyah Pagendingan yang saya ajukan itu telah menyisakan agenda besar diantaranya : Mampukah menjawab interpretasi ummat yang telah terlanjur banyak bergulir dalam tatanan Masyarakat Islam, pemahaman yang telah mengecilkan peran atau spirit duniawi yang dilibas dengan langsung pada tatanan Akhirat yang tidak Profan ? Artinya ada ketertinggalan fenomena kemajuan duniawi yang tergerus dengan keyakinan pintas akhiratnya, alias dunianya terlalu cepat dihabisi oleh akhiratnya.
Agama dan (bisnis) duniawi merupakan dua institusi yang berbeda, meskipun keduanya dapat saling berhubungan. Keterikatan antar lembaga agama dengan ekonomi telah dikaji sejumlah ilmuwan sosial. Salah satu ilmuwan penting, Max Weber, juga mengkajinya dalam The Protestant Ethic and Spirit of Capitalism (1904-1905). Tesis utama karya itu menyatakan bahwa ada hubungan yang saling mendukung (elective affiliation) antara kemajuan kapitalisme dengan semangat Protestan (Sekte Calvin) Kapitalisme merupakan sistem perkonomian yang menekankan kepada peran kapital (modal) dengan segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam aktifitas untuk menghasilkan barang lainnya.
Max Weber memang telah menghawatirkan Spirit kalpanisnya menjadi "Iron Cage" karena akhirnya menjadi terlalu "dudunya", terbukti dengan pergerakan kapitalisnya.
Namun saya yakin, ada formula yag bisa diusung dalam usaha dan pergerakan kita, yaitu formula Idrisiyyah yang memiliki spirit Zuhudnya yang dipopulerkan Syeikh Abdul Qodir Al Jailani dan terutama dilaksanakan oleh para mursyidnya dengan istilah Zuhud yang "Menguasai dunia dengan Mengeluarkannya dari Hati",
 Â
Konsep penguasaan dunia dengan professional dan menempatkan hati/jiwa sebagai filter spiritualnya yang tetap menjaga ketersambungan dengan sang penguasa diri dan alam yang maha segala.Â
Optimalisasi kemajuan diri dalam zaman yang seimbang, diantaranya dengan pendekatan penjiwaan konsep filantropi dan juga proses penataan kejiwaan seperti syiar ingat mati dan pemahaman kesetaraan antar sesama. Sehingga istilah Penjara Besi (Iron Cage) tidak membatasi pengabdian dunia pada standard materialistic semata. Tapi dunia yang bisa menjadi tanaman untuk bekal akhiratnya
 Â
Ini dibangun oleh pemahaman bahwa agama mendorong kebahagiaan dunia, seyogyanya sebagai fasilitas untuk dunia menuju akhirat.
Teologi ini disosialisasikan oleh Mursyid Tarekat dengan memberdayakan Jamaah dan Jam'iyyah dalam mengolah dua potensi tersebut, yaitu sikap keagamaan dan pemanfaatan dunia. Realitas keberhasilan ini adalah untuk menangkal teori Barat yang selama ini memandang bahwa motivasi duniawi adalah karena modal kapital semata. Tetapi, di tangan para Mursyid dan jamaah Tasawuf ternyata bukan hanya aspek materi semata, melainkan berupa modal material spiritual teologis.Â
Di tangan kaum sufi, kegiatan enterpreneurship ini memberikan kesejahteraan dan nilai dakwah bahwa sufisme modern bisa merespon tantangan zaman seperti aspek ekonomi, sosial dan budaya.Â
Kritik pada kerangka pemikiran Max Weber serta Agama dan Ekonomi-nya yang belum selesai dibuktikan, meliputi Etika Protestan, Semangat Kaum Calvinis, Teori Iron Cage berhasil dibuktikan melalui temuan bahwa bisnis dan kegiatan enterpreneurship kaum sufi tidaklah seperti apa yang diteoritisasikan Weber mengenai hal duniawi.Â
Dengan kata lain, tidak semua yang berawal dari semangat keagamaan selalu berevolusi menjadi kelompok kapitalisme yang duniawi. Hal itu dapat dibuktikan dengan semangat Tarekat yang kegiatan usahanya maju, tetapi bertujuan untuk menopang kepentingan pendidikan dan dakwah Islam, yaitu Islam For All Mankind.
Inilah yang menurut saya bisa diistilahkan dengan pemahaman Spiritual yang Progresif.Â
Masjid Al Jabar, 17 Ramadlan 2024
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI