Oleh : Zainurrofieq
Dilantiknya Sandiaga Uno menjadi salah satu Menteri di kabinet Jokowo Ma'ruf Amin Pada Hari Rabu (23/12/20) kemaren banyak dikomentari masyarakat, pasalnya Sandi  adalah "rival" Jokowi-Ma'ruf ketika pilpres 2019 kemarin, sama dengan Prabowo yang sejak awal pelantikan kabinet sudah lebih dahulu bergabung menjadi Menteri Pertahanan kabinet ini.
Bersyukur ketika Sandi dilantik, saya tengah berdiskusi dengan TGB Muhammad Zainul Majdi di Sekolah Syafana Kawasan BSD. Â
TGB yang sempat menumpahkan pengaruh dan kekuatan nalar agama dan politiknya mendukung Jokowi-Ma'ruf di pilpres 2019 kemaren, bahkan sempat berekses ditanggapi nyinyir oleh beberapa tokoh agama Islam, dan seperti biasanya, TGB hanya menimpalinya dengan senyuman khasnya saja.
Dalam diskusi terbatas  khusus para alumni Al Azhar itu, saya mengungkapkan bangga dan Bahagia karena dilantiknya Sandi (dan Prabowo sebelumnya), menjadi bukti bahwa hasil Ijtihad Politik TGB yang meskipun saat itu dihardik, dinyinyiri dan bahkan disumph-sumpahi tidak baik, ternyata kini semakin jelas jawabannya kalo Ijtihad itu terasa lebih tepat. Â
Rekonsiliasi dan Ruang Dakwah Wasathiyyah
Prestasi pemerintah saat ini yang belum tentu dapat dilakukan tim lain adalah berhasilnya melakukan proses rekonsiliasi dengan rival dan berhasil mengajak bersatu dalam satu narasi pembangunan yang lebih damai dan progresif.
Jokowi-Ma'ruf telah berhasil membuat sebuah fenomena langka dimana para rival nya di ajak Bersatu dan bersam-sama membangun. Dan ini adalah Injaz (prestasi besar). Walaupun tentu memang masih banyak agenda lanjutan yang harus segera dilanjutkan sebagai proses rekonsiliasi nasional.
"Semoga masuknya Sandi di kabinet ini menjadi tangga rekonsiliasi besar" ungkap TGB dalam diskusi singkat di sore hari itu. TGB kemudian menambahkan bahwa langkah lanjutan kita sebagai Alumni Al Azhar yang mengusung pergerakan Wasathiyyah (moderasi) Islam adalah mencari ruang dakwah Wasathiyyah dalam wacana keummatan.
TGB sempat bernostalgia bahwa salah satu alasannya menentukan pilihan kepada Jokowi-Ma'ruf adalah akan lebih mampunya menyediakan ruang dakwah Wasathiyyah di Indonesia.
Koridor pergerakan kita adalah penguatan dakwah Wasathiyyah ala Al Azhar (Ta'ziz Wasathiyyah ala manhaji Al Azhar Asy-syarif), dimanapun dan menjadi apapun.