Oleh : Zainurrofieq
Menarik ketika berdiskusi dakwah mulai dinarasikan ke isyu "perang" di kasus wabah COVID-19. Memacu adrenalin dan berburu data-data termutakhir yang tak kalah menariknya. Namun untung dalam diskusi keummatan, TGB (Ketua Ikatan Alumni Al Azhar Indonesia) selalu hadir mewakili ruh pergerakan Al Azhar yang menarasikan Wasathiyyah.
Ketika Presiden Amerika Donald Trump di kritik keras oleh masyarakat AS tentang keterlambatan penanganan Wabah COVID-19 ini, Mike Pompeo Menlu As langsung berargumen dengan menyalahkan Tiongkok/China karena sengaja tidak mau memberikan informasi COVID-19 sedini mungkin.
Hua Chunying jubir Tiongkok langsung membalasnya dengan kalimat :"Berhentilah berbohong dengan menggunakan mulut seperti itu". Bagi yang melek COVID-19, memang laboratorium Shanghai telah membuka data-data itu per 3 Januari 2020 dan memang tanggal 5 Januari kemudian di"hancurkan" lagi.
Profil dan deskrisi lengkap tentang COVID-19 ada di data itu, siapapun dan dari Negara manapun bisa mengakses data itu, kode-kode virus tersebut bisa diketahui dan bisa jadi penelitian lanjutan bagi siapa saja yang mau mengembangkannya, terbukti Korea Selatan langsung mengakses data itu dan langsung Action membuat tools pencegahan dari hasil bacaan data itu.
Pertentangan terlihat semakin "mendidih" ketika Wuhan menolak tim Medis AS untuk melenggang disana bersama Tim Medis Prancis dan Negara-Negara Eropa lain, walaupun sebenarnya saat itu AS sudah memiliki sampel penderita yang mulai landing di Seatle.
Gonjang ganjing AS-China tidak hanya disitu, ditarik ke pernyataan menegangkan tweetan Jubir Tiongkok mengatakan bahwa COVID-19 sengaja dibawa ke Wuhan oleh militer AS pada acara Pekan Olah Raga Dunia Oktober 2019 silam (Lihat DI'sway judul : Tuduhan Konspirasi).
Bahkan kini Tim Banks, Anggota DPR AS menyatakan kesimpulan bahwa "Tiongkok Harus bertanggung jawab atas merebaknya wabah COVID-19 di AS" (membayar kerugian).
Nampaknya perkembangan wabah corona COVID-19 kedepan tidak akan sepi dari gonjang-ganjing "peperangan" ini. Dan gagallah kita ketika hanya bisa "menonton" dagelan ini. Tidak hanya muara pertentangan As-China ini saja yang bisa menjadi VIRUS pergerakan dalam menyikapi merebaknya wabah corona COVID-19 ini, namun juga teori konspirasi seperti ini membuat kita kehilangan focus. Energy kita habis dihisap spekulasi, dan juga kehilangan prioritas.
Kita sibuk mengunyah teori-teori konspirasi yang selalu jadi racun bagi tubuh dan jiwa kita. Apalagi sudah kita lihat banyak kajian bahwa konspirasisme mulai sering dipakai untuk mendorong suatu agenda politik dan ideologis. Tanpa sadar kita menjadi instrument dan pion dalam proxywar.
Narasi seperti ini yang saya lihat selalu konsisten dipelihara TGB Muhammad Zainul Majdi sebagai pegiat dakwah Islamiyyah dalam mengawal Nusantara.