Wahai netizen budiman, saya tahu kalian tidak terima, marah, kecewa, bahkan patah hati begitu tahu Iqbaal Ramadhan dipilih menjadi Minke untuk film Bumi Manusia. Saya pembaca karya-karya Pramoedya Ananta Toer dan sangat memahami gejolak perasaan kalian begitu tahu Bumi Manusia yang kalian agungkan mengalami ekranisasi.Â
Pro dan kontra adalah keniscayaan dalam setiap ekranisasi, terlebih ini bukan sembarang karya. Ini adalah karya terbaik sumbangsih Eyang Pram untuk Indonesia dan dunia. Saya sangat memahami hal itu. Satu hal yang menjadi perhatian saya di tengah kegaduhan terkait ekranisasi Bumi Manusia adalah ketidakadilan netizen budiman terhadap Iqbaal Ramadhan.Â
Dia diremehkan dan dihujat habis-habisan bahkan sebelum film tayang. "Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan." Wahai netizen budiman, petuah Jean Marais ini sangat sulit dipraktekkan, bukan?
Wahai netizen budiman, saya ingin tahu alasan-alasan apa yang membuat kalian meremehkan Iqbaal. Apakah karena sebelumnya dia berperan sebagai Dilan yang suka melempar rayuan? Jika itu alasannya, tolong baca baik-baik pernyataan saya ini; Iqbaal Ramadhan bukan Dilan, dia hanya berperan sebagai karakter Dilan. Apakah di dunia nyata dia serupa Dilan panglima tempur si jago gombal? Tidak saya rasa. Orang kerap lupa bahwa dunia nyata dan dunia peran itu tidak sama. Lalu netizen lain menimpali "Dia populer makanya dipilih menjadi Minke."Â
Memangnya salah kalau dia populer? Â Mari coba berpikir positif wahai netizen. Dipilihnya Iqbaal yang populer ini, bukankah membuka mata generasi milenial untuk kembali mencintai karya sastra Indonesia? Berapa banyak milenial yang tergugah untuk mengenal Eyang Pram dan segala pemikirannya melalui dipilihnya Iqbaal menjadi Minke?Â
Jika senior-senior semua sering bersungut-sungut mengeluhkan milenial yang literasi sastranya rendah, saya rasa kalian harusnya bersyukur Iqbaal jadi pemantik untuk hal ini.Â
Saya masih ingat dulu Nicholas Saputra adalah pemantik saya untuk mengenal Soe Hok Gie dan segala pergolakan pemikirannya. Jika bukan karena Nicholas Saputra, mana mungkin saya tahu siapa itu Soe Hok Gie dan apa yang terjadi di masa Orde Baru. Bukan tidak mungkin Iqbaal adalah pemantik generasi milenial untuk mau membaca lagi untuk mengenal sejarah bangsanya sendiri sebagaimana Nicholas Saputra mengantarkan saya mengenal Gie.Â
Wahai netizen budiman, jika kalian menanyakan apakah Iqbaal bisa memahami Bumi Manusia, saya akan beri sedikit informasi. Dua tahun lalu, Iqbaal sudah membaca Bumi Manusia karena itu salah satu buku bacaan wajib sekolahnya di Amerika. Saya tidak yakin sekolah-sekolah di Indonesia sekarang ini mewajibkan hal yang sama. Wahai senior, paling tidak Iqbaal selangkah lebih maju mau membaca dibandingkan teman-teman segenerasinya.Â
Perkara dia memahami atau tidak semangat yang dituangkan Eyang Pram dalam bukunya, saya yakin dia sangat paham. Dia anak cerdas dan berada di lingkungan yang mendukungnya untuk terus berkembang dengan pemikiran-pemikiran global.Â
Iqbaal adalah satu-satunya siswa Indonesia di angkatannya yang bersekolah di United World College USA, salah satu sekolah terbaik di dunia. Dia meninggalkan ketenaran yang telah ia raih sejak kecil, hidup jauh dari hiruk pikuk panggung hiburan untuk belajar bersama orang dari berbagai penjuru dunia di negeri asing. Dalam hal ini, saya melihat semangat Minke pada diri Iqbaal. Netizen budiman, Iqbaal tidak serendah yang kalian pikirkan.
Banyak netizen yang menilai Iqbaal hanya sebagai artis populer tanpa sumbangsih apapun buat Indonesia. Saya akan beri sedikit informasi lagi. Iqbaal adalah brand ambassador Ruangguru, sebuah perusahaan teknologi terbesar dan terlengkap di  Indonesia yang berfokus pada layanan berbasis pendidikan. Ruangguru banyak memberi kontribusi di dunia pendidikan Indonesia, dan Iqbaal terlibat di dalamnya. Netizen budiman, Iqbaal tidak seremeh yang kalian bayangkan.Â