Pergantian pemimpin gubernur DKI pada pada tanggal 19 April  sebentar lagi bakal jadi puncak dari pesta demokrasi  di Jakarta. Dibandingkan yang sudah-sudah, Pilgub DKI tahun ini sepertinya jadi yang paling heboh dan sengit karena pada putaran dua hanya ada dua kandidat yang fenomenal,, sehingga banyak orang yang bilang kalau Pilkada DKI terasa pilpres. Selain itu, karena partisipasi pendukung dari keduanya sama-sama banyak dan kuat.
Namun sayangnya, kampanye hitam dan kampanye negatif terhadap masing-masing calon juga sangat marak — bisa dilihat mulai dari sosial media sampai portal-portal berita nasional. Berbagai fakta-fakta di balik kampanye hitam tersebut membuat ketegangann dan resah banyak orang.
Munculnya spanduk-spanduk yang terpasang di beberapa masjid, dengan berisi penolakan menshalatkan jenazah bagi pendudukung Ahok. Selanjutnya berita terbaru yang tersebar di media sosial, gambar surat himbauan dengan kop surat Pimpinan Cabang Dewan Masjid Indonesia Kecamatan Jagakarsa. Surat bernomor 055/DMI-JGKS/SH/III/2017, itu berisi himbauan untuk menolak bantuan dari Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Dan yang juga tak kalah heboh, masih bermunculan spanduk-spanduk yang menyudutkan pasangan Anies-Sandi, terlebih lagi Panwaslu Jakarta Barat menemukan sebuah rumah yang menjadi tempat penyimpanan brosur kampanye hitam salah satu pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Dan yang sempat kaget karena ditemukannya 900 ribu selebaran kampanye hitam terhadap Anies-Sandi.
Ini sangat jelas, bahwa fakta-fakta tersebut adalah bagian kampanye terselubung (black campaign), yang memang sengaja dan direncanakan oleh kelompok-kelompok yang ingin menjatuhkan pasangan Anies-Sandi, untuk mempengaruhi suara pemilih Anies-Sandi yang ada di Jakarta.
Semakin dekatnya Pilkada serangan semakin masif dan jika ini dibiarkan akan  mengancam keutuhan persaudaraan. Sehingga munculnya spanduk dan berita-berita hoax di sosial media yang selalau menyerempet kepada isu SARA, akan menguntungkan tim Ahok-Djarot.
Karena masyarakat akan beranggapan bahwa Anies-Sandi pasangan yang tidak toleran, karena selalu meyebar spanduk-spanduk yang mengandung SARA, sehingga jika kita Anies-Sandi terpilih jadi gubernur DKI akan mengancam kerukunan warga Jakarta.
Padahal semua anggapan itu salah, karena sejatinya pasangan Anies-Sandi adalah pasangan yang di dukung dari berbagai golongan, sehingga sangan jelas kalau Anies-Sandi adalah sosok yang toleran dan bisa berangkul berbagai perbedaan yang ada di jakarta, agar tercipta Jakarta yang aman, tenang, damai dan sejaktera.
Sekarang pilihan ada di tangan warga Jakarta. Apakah akan percaya terhadap rumor berita yang tidak jelas sumbernya dan membangun opini yang menyesatkan bagi masyarakat seperti Ahok-Djarot ataukah calon gubernur yang secara program juga jelas baik dan lebih efektif, dan terlebih lagi juga banyak diterima berbagai golongan seperti Anies-Sandi.
STOP KAMPANYE HITAM..!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H