Mohon tunggu...
Widodo Tri Saputro
Widodo Tri Saputro Mohon Tunggu... pegawai negeri -

hamba Allah yang sedang memperbaiki diri gemar menyanyi dah sedikit olah raga yang digemari (basket, volley, bulu tangkis, tenis lapangan, renang, dan yang paling favourit naik gunung) sangat ingin menjadi seorang hafidz quran (mohon doanya) dan ingin bermanfaat bagi orang lain.... menyukai alam bebas dan gunung

Selanjutnya

Tutup

Politik

SURAT TERBUKA UNTUK MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG SUARA HATI KORBAN KE(TIDAK)ADILAN UJIAN

18 Juni 2015   17:15 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:43 35941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 Pak Anies yang santun...

 Akhirnya, saya meresponsnya dan mengajukan permohonan koreksi ulang secara prosedural. Banyak pihak yang sangat membantu, dari Kepala SD sampai pihak UPT. Pihak Dinas Pendidikan, Kebudayaann, Pemuda dan Olahraga Kabupaten  Purworejo merespons juga secara cepat. Pengajuan usulan koreksi ulang disampaikan pada tanggal 15 Juni melalui Kepala SD N 2 Sucenjutengah dan UPT dengan nomor surat 421.2/053/2015.  Saya apresiasi tinggi kinerja mereka. Mereka luar biasa responsif sehingga tanggal 16 Juni 2015, surat permohonan koreksi ulang dari Dindikbudpora Purworejo dengan nomor 423.7/1793/2015 dikirim via faksimile ke Ketua Panitia US SD/MI  Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah pukul 08.52 WIB. Hebatnya, dan lagi-lagi saya salut, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah juga langsung merespons dengan cepat. Hasilnya, ada perubahan seketika. Diketahui tanggal 17 Juni 2015, keluar lagi DKHU Perubahan dan nilai anak saya berubah menjadi 57,5 dari semula 37,5. Awalnya,  saya sudah mau menerima hasil ini, ya sudahlah tidak apa-apa 57,5 tanpa saya dapatkan penjelasan mengapa tiba-tiba berubah cepat menjadi 57,5. Pak Anies, ini mungkin nilai maksimal yang memang menjadi hak anak saya. Meskipun nilai di atas pun masih sangat janggal. Logikanya, jika lembar jawab dikoreksi dua orang, setahu saya,  batas toleransi perbedaan nilai pada digit 10-20 atau 1-2. Misalnya, korektor I memberi nilai 80, korektor II memberi nilai 60, atau korektor I memberi nilai 8 dan korektor  II memberi nilai 6,  itu masih diperbolehkan. Namun, jika perbedaan lebih dari itu, tentu merupakan hal aneh dan aturan yang saya ketahui harus dikoreksi lagi.

 

 

Pak Anies yang terhormat

Ketika anak saya mendengar kabar ini, nilai IPA adalah 57,5,  dia kembali syock, dia tampak belum percaya.  Istri saya pun masih tampak belum bisa menerima. Saya yakinkan untuk menerima saja, tetapi ternyata mereka memang belum bisa menerima. Akhirnya saya ambil langkah sebagai upaya perbandingan. Kebetulan saya termasuk tentor bimbingan belajar. Saya memanggil guru privat dan guru-guru les terbaik dari berbagai bimbingan belajar untuk mengecek jawaban anak saya di lembar soal. Hasilnya beragam dikisaran angka 85,0-92,5 atau berdasarkan prediksi mereka anak saya hanya salah 3-6 soal dari 40 soal. Mereka mengatakan, “Pak Nardi harus ambil langkah lagi! Harus Pak! Sudah banyak kejadian kan? Bayangkan kalau kejadian ini menimpa orang yang bukan Pak Nardi.”  Perkataan mereka semula saya anggap sebagai bagian provokasi. Namun ketika anak saya juga mengatakan  hal yang senada,  “ Bapak, Bintang mau sekolah di mana saja (cita-cita anak saya sekolah di SMP N 4 Purworejo), tapi Bintang juga harus tahu, nilai Bintang yang sebenarnya berapa? Bapak harus berjuang lagi, memperjuangkan Bintang, Bapak jangan menyerah! Bintang ingin tahu nilai Bintang yang sebenarnya berapa? Bintang masih ragu”   Terus terang Pak Anies, air mata saya netes ketika yang minta itu adalah anak saya.

            Saya ambil langkah lagi, 18 Juni, saya atas saran tim guru les yang saya kumpulkan, dan dorongan kuat anak saya,  saya ambil langkah, yaitu mengajukan permohonan kepada dinas untuk diizinkan melihat lembar jawaban anak saya apakah ada perbedaan dengan jawaban yang di lembar soal. Permohonan secara prosedural lagi, surat-menyurat lagi. Siapa tahu yang keliru adalah anak saya. Keliru memberi tanda silang misalnya. Akan tetapi, sebelum permohonan saya ajukan ke dinas, ada saran dari beberapa pihak agar langkah ini jangan dilakukan. Kemungkinan besar, dinas tidak akan mengizinkan perihal melihat lembar jawab tersebut. Sebuah hal yang membuat langkah saya terhenti. Muncul pertanyaan, mengapa tidak diizinkan? Bukankah itu hal mendasar yang dapat menjadi titik terang masalah ini.  Lalu, saya menulis ini, pagi ini, awal Ramadan 1436 H.  Pertanyaan lain muncul, selama ini,  yang salah prediksi guru les atau guru kelas? Atau memang kunci jawaban ujian yang selama ini misteri, tidak pernah tahu kunci aslinya, akan terus menjadi palu hakim paling dahsyat?   Saya harus bagaimana? Mengajukan koreksi ulang lagi? Berangkat bolak-balik Semarang lagi? Merepotkan banyak pihak lagi terutama bagian kurikulum Dindikbudpora lagi? Kasihan mereka. Saya sering merasa tidak enak hati jika merepotkan banyak pihak. Saya kasihan juga dengan pegawai dinas dan pihak-pihak yang ‘harus’ terkait dengan masalah saya ini.

 

Pak Anies

            Berdasarkan hal yang saya ketahui, kejadian ini tidak hanya sekali. Sering terjadi untuk SMP. Saya sering melihat begitu sedihnya mereka ketika nilai yang mereka dapatkan adalah nilai misteri. Proses yang mereka tempuh sampai nilai harapan atau mendekati harapan mereka keluar sering memakan waktu berbulan-bulan, hingga mereka dirugikan tidak dapat melanjutkan ke sekolah impian.  Saya berharap, kejadian yang menimpa anak saya adalah kejadian terakhir. Jikalau masih ada kejadian seperti ini lagi, saya sangat berharap agar penyelesaian masalahnya dapat lebih transparan dan memuaskan. Saya salut, karena di ujian sekolah SD se-Provinsi Jawa Tengah ini, ada saran agar tiap sekolah ikut memprediksi hasil ujian. Saya menilai ini adalah upaya yang sangat positif untuk membangun terus integritas proses dan hasil ujian. Saya juga sangat salut, dalam rentang waktu satu hari, nilai anak saya juga bisa berubah demikian cepat. Namun, dari perubahan yang sangat cepat ini malah menjadi bukti bahwa nilai anak saya yang sebelumnya, 37, 5, memang salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun