Mohon tunggu...
zain udin
zain udin Mohon Tunggu... Administrasi - Salam silaturahmi

saya adalah tipe orang yang introvert, namun ramah terhadap orang lain. memiliki minat pada banyak hal seperti menggambar, menulis, olahraga apapun, jalan-jalan, hal2 yang berbau petualangan, dan masih banyak lagi... sampai saat ini saya masih terus belajar dan berusaha untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang baik dan lebih baik lagi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Penulis Inspirator

18 November 2020   14:54 Diperbarui: 22 November 2020   07:33 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sampai dengan saat ini, yaitu hari Rabu tanggal 18 November 2020, yang bertepatan dengan jam 14.20 WIB, atau malah WIC (Waktu Indonesia Ciputat), baru ada 2 (dua) orang penulis yang cukup membuat saya betah membaca hasil karya-karyanya. 

Siapakah mereka? Mungkin anda kenal salah satunya atau keduanya, atau malah tidak kenal dengan mereka sama sekali. Ya. Mereka adalah Bapak Dahlan Iskan dan Aa' Pidi Baiq. 

Seperti yang telah kita ketahui bersama, nama pertama adalah mantan sesuatu dimasa lalu. Yaitu seorang Menteri BUMN dimasa Bapak SBY yang gagah itu. Tulisannya saya temukan di blog Manufacturing Hope. Yang ternyata juga ada di kolom salah satu surat kabar miliknya, Jawa Pos. 

Entah sekarang. Saya cukup intens mengikuti tulisannya sampai saat ini dan sekarang berubah menjadi DI's Way itu. Kalimat yang ditulis oleh Bapak Dahlan Iskan itu cukup simpel dan mudah dipahami. 

Kalimatnya pendek-pendek tapi mengena. Meskipun terkadang pake kiasan atau dagelan, tapi orang yang membacanya bisa paham. Atau beberapa orang mungkin tidak paham. 

Topik yang dibahas pun beragam. Kadang politik, kadang teknologi, kadang budaya, kadang pengalaman jalan-jalan keliling dunia, kadang membahas personal, dan lain sebagainya. Apalagi di blognya yang bernama disway.id itu disediakan kolom komentar. Tak jarang kolom tersebut sangat ramai oleh celotehan dari yang penting sampai yang tidak penting. 

Ada yang obrolannya nyambung. Ada juga yang sekadar menyapa dengan "Pertamax". Yang jelas dagelannya cukup membuat saya tertawa, kadang juga tidak. Beliau juga punya acara podcast sendiri, yang ditampilkan di Youtube. Dan disitu pun juga ramai oleh celotehan komentator. 

Yang kedua adalah Pidi Baiq. Urang Bandung. Yang terkenal serba bisa itu. Mulai dari bikin lagu sampai jadi dosen. Beliau bisa semua. Pertama kali saya baca tulisannya adalah ketika sedang di rumah paman. Disana saya menemukan buku itu. Buku apa itu judulnya? covernya gambar sketsa dengan banyak coretan? 

Iya. Judulnya Drunken Monster. Kumpulan Kisah Tidak Teladan. Begitu tulisannya di buku itu. Saya kan jadinya penasaran, dengan apa yang terjadi didalamnya. Maksudnya isi bukunya. Akhirnya saya membaca. 

Dan saya pun bingung. Ini buku kok begini tata bahasanya. Semrawut. Tidak menggunakan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar itu. Lho, tapi kok saya jadi suka. Apa karena jalan ceritanya yang menarik? Atau ada pesan-pesan yang tersirat? Isinya banyak ngelawaknya? Atau malah karena bahasanya yang tidak biasa itu? Saya juga tidak tahu. Yang penting, saya suka saja membacanya.

Hampir semua buku Pidi Baiq, saya sudah membacanya. Yang paling menarik adalah serial Drunken yang ada 4 (empat) itu: Drunken Molen, Drunken Marmut, Drunken Mama, dan terakhir Drunken Monster. Asli semuanya lucu-lucu dan bikin ngakak. 

Meskipun ada nilai moral dari setiap bab pada bukunya. Bahkan ada salah satu buku yang saya baca sampai beberapa kali. Dan sebanyak itu pula saya masih tertawa-tiwi. 

Tetapi memang tidak bisa dipungkiri. Selera orang adalah berbeda-beda. Ada yang suka, ada yang tidak. Dan semua kembali kepada sang pembaca. 

Mau membaca buku apa, penulisnya siapa, isinya apa. Itu terserah-serah dia. Dan saya, tidak ingin hanya berhenti sebagai pembaca. Saya juga ingin ikut-ikutan menjadi penulis. Entah menulis apa. Minimal ada jejak digital yang saya tinggalkan dalam bentuk karya tulis. Meskipun pada akhirnya saya tidak peduli. Apakah itu memang layak disebut dengan sebuah karya.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun