Kalian pernah mendengar istilah introvert dan ekstrovert ? istilah-istilah tersebut adalah istilah yang digunakan orang zaman sekarang untuk mengenali jati diri mereka masing-masing. Seberapa pentingkah mengenal jati diri ? apa pengaruh terhadap kehidupan kita dan kehidupan orang lain ? pembahasan kali ini akan berfokus pada pengenalan jati diri. Apakah aku termasuk introvert, atau ekstrovert ? menurut KBBI (kamus besar bahasa indonesia) introvert termasuk orang yang cenderung bersikap (berbuat, bertindak) menurut pikiran sendiri tanpa menghiraukan orang lain. Sedangkan ekstrovert termasuk orang yang minatnya ditujukan seluruhnya kepada yang ada di luar dirinya dan tidak ditujukan kepada yang ada dalam pikiran dan perasaannya sendiri (bersikap terbuka). Tulisan ini akan memberikan gambaran secara spesifik kehidupan seorang introvert melalui sudut pandang penulis.
Apakah sudah tergambar sejauh ini ? lantas apa fungsi kita mengetahui hal tersebut ? kebanyakan orang sering acuh pada hal-hal remeh seperti demikian. Pada hakikatnya manusia diciptakan untuk bersosial dan berkumpul. Orang ekstrovert adalah orang yang sangat diuntungkan dalam hal ini. Sedangkan orang introvert lebih menyukai kesendirian, kebebasan terhadap dirinya sendiri, tak menyukai keramaian dan lebih menyukai waktu disaat dia sendiri. Mungkin kebanyakan orang akan mengatakan “bergaul lah, hidupmu ga asik kalo gitu terus” ada juga yang mengatakan “hidup kek gitu mah mana bisa bahagia”. Sebelum pembahasan ini jauh, apakah kita berhak mengatur kehidupan orang lain ? apakah kita berhak menjadikan orang lain seperti hidup kita ? apakah kita boleh memaksa orang lain mengikuti hati kita ?
Hal yang terpenting yang harus kita lakukan adalah muhasabah diri, sejauh mana kebaikan yang sudah kuberikan kepada orang lain. Mengapa kita asyik mengomentari kehidupan orang lain sehingga hidup kita berantakan ? mengapa kita harus melangkah sejauh itu dengan mengurus kehidupan orang lain ? Maka disinilah sikap introvert pada manusia itu diperlukan.
Terkadang kita harus masa bodoh dengan orang lain baik dari pencapaianya, penghasilannya dan kebahagiannya. Manusia mempunyai kadar kebahagiaan masing-masing yang tak dapat disamakan dengan tolak ukur kebersamaan. Introvert dalam hal ini juga berperan besar dalam mengatasi hal-hal yang berlawanan dengan sifat iri dan dengki. Tidak bisa di pungkiri introvert memang temannya sedikit, atau bahkan tidak mempunyai teman. Bagi introvert hal tersebut adalah kebebasan, dan bagi sudut pandang ekstrovert mereka memandang sebagai kesendirian.
Menurut jurnal yang ditulis oleh Gentha Nugraha, Zuhriah pada jurnalnya adalah “Seorang Introvert sangat betah menghabiskan waktu sendirian dikarenakan mereka tidak memiliki energi yang banyak dalam melakukan kegiatan sosial. Energi mereka akan cepat terkuras ketika berada di lingkungan yang berisikan banyak orang.
Dengan memiliki waktu untuk menyendiri, energi mereka akan terisi kembali. Hal ini tidak dirasakan oleh seorang ekstrovert, mereka justru merasa senang dan menerima energi jika berinteraksi dan berada di lingkungan yang berisikan banyak orang.” Kenyamanan yang dihasilkan oleh orang introvert adalah kebebasan dia melakukan apapun yang dia sukai, cenderung jauh dengan teman sebaya, dan dijauhi oleh orang sekitar. Tapi dari sekian banyaknya hal-hal yang dianggap negatif oleh sebagian orang, introvert jauh lebih baik dari esktrovert ketika bercengkerama dengan orang-orang yang sudah ia anggap sebagai orang spesial di kehidupanya.
Orang introvert ketika berada dalam suatu ruangan yang berisi dengan banyaknya orang yang bercengkerama di dalamya, bercanda ria dan tertawa bersama, introvert adalah minoritas utama yang di merasa dirinya dipalingkan dari orang lain. Berbeda halnya ketika introvert memiliki 1 teman saja yang dia anggap istimewa, maka orang tersebut akan menjadi titik pusat perhatian utama ketika bercengkerama bersama, terlepas dari introvert memiliki sifat-sifat yang mungkin jauh dari kebiasaan orang kebanyakan, introvert hanya mempunyai beberapa teman yang dia anggap istimewa, maka tidak heran orang introvert minim memiliki permasalahan sosial terhadap orang lain.
Terdapat suatu literatur yang memberikan gambaran karakteristik introvert yang berasal dari jurnal yang ditulis oleh Erika Krisanti pada tulisanya sebagai berikut, “Menurut Laney & Laney Introvert memiliki kecenderungan : Mereka berpikir sebelum bertindak atau berbicara. Mereka melakukan kontak mata ketika mendengarkan, sedikit ketika berbicara. Ketika berbicara mereka memiliki suara lembut, terlihat tenang, sering terhenti, terdengar ragu, dan mencari kata-kata. Mereka menikmati kesendirian dan merasa “kering” setelah terlalu lama bersosialisasi. Mereka lebih memilih berbicara satu lawan satu kepada party patter (obrolan kosong). Mereka memiliki satu atau dua teman baik.”
Dapat dipastikan bahwasanya semakin dewasa seseorang, ia akan mengalami sedikit perubahan sikap dan jati diri yang mereka miliki, semakin dewasa kebanyakan orang akan merasa diriya berubah dari kebiasaan yang dia lakukan, seperti halnya ia dapat bermain bersama teman-temannya di rental PS (playstation), namun saat dewasa ia dapat membeli playstation yang termahal degan spek yang tinggi, namun ia tak dapat membeli kenangan bersama teman-temannya, biasanya ia berjalan bersama teman-temannya mengerjakan tugas bersama, namun tidak untuk hari ini yang dikerjakan dengan mandiri.
Semua hal itu tak luput dari faktor intern dan ekstern kita yang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang, namun persoalannya adalah yang menentukan kehidupan kalian adalah kalian sendiri, bukan orang lain, bukan komentar dari orang lan bahkan bukan bualan dari orang lain. Namun, nikmatilah kehidupanmu sendiri, berkumpul lah dengan orang-orang yang menyenangkan dan membuat kalian berkembang, tulisan ini tidak bermaksud mengarahkan kalian kepada kehiduan yang introvert, akan tetapi penulis memberikan gambaran bahwasanya kehidupan introvert pada usia yang hampir mendekati quarterlife itu bagaimana dan seperti apa dalam mengenal jati diri masing-masing. Terimakasih sudah membaca tulisan ini, penulis memohon maaf apabila terdapat salah tulisan dan maksud yang terdapat pada tulisan ini. Sebagai penutup penulis akan mengutip salah satu quotes dari albert einstein “The value of a man should be seen in what he gives and not in what he is able to receive” Terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H