Mohon tunggu...
Zainul Muhammad
Zainul Muhammad Mohon Tunggu... Penulis - Tentang Segalanya

Menjadi manusia yang memanusiakan manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Ibu Spirit Kebangkitan Perempuan

22 Desember 2019   12:52 Diperbarui: 22 Desember 2019   12:58 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ibu adalah peringatan untuk menghormati jasa Ibu, dalam sejarah peringatan Mother Day (Internasional) bermula pada tahun 1909 pada saat Anna Jarvis mengadakan peringatan atas kepergian ibunya di West Virginia. Di Indonesia Hari Ibu diperingati pada tanggal 22 Desember, berbeda dengan di beberapa negara lain yang memperingatinya pada minggu kedua bulan Mei, seperti di Malaysia,Singapura, Amerika, dan beberapa negara lainnya. Sementara di daerah Timur Tengah International Women's Day diperingati pada setiap tanggal 8 maret.

Sejarah Hari Ibu di Indonesia yaitu berawal dari kongres perempuan pertama pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta yang dihadiri oleh 30 organisasi. Kongres ini membahas perjuangan mengenai hak perempuan, terutama dalam bidang pendidikan dan hak dalam keluarga. Kemudian pada tanggal 16 Desember 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden No.316 tahun 1959 menetapkannya sebagai Hari Nasional.

Pada era sekarang peringatan Hari Ibu telah mengalami degradasi. Momentum ini hanyalah diperingati sebagai hari berterima kasih kepada Ibu atas jasanya melahirkan, merawat, dan membesarkan seseorang, dalam memperingatinya fakta pada saat ini para generasi muda hanyalah dengan ramai-ramai mengupload foto di media sosial mereka bersama dengan Ibu. Tentu peringatan ini sangatlah sempit pemaknaanya. Peringatan Hari Ibu dalam sejarahnya merupakan hari dimana para perempuan bangkit untuk menuntut hak-hak perempuan. Sejarah mengenai ini harus benar-benar dipahami dan dikaji ulang oleh generasi millenial ini agar tidak terjadi kemerosotan makna dari peringatan Hari Ibu ini.

Melihat Kilas Balik Sejarah

Secara sekilas pergerakan perempuan dapat dilihat pra-kemerdekaan yaitu pada saat penjajahan, baik periode Belanda maupun periode Jepang. Membaca kembali sejarah perempuan pada dua periode itu akan memberi pemahaman berkelanjutan mengenai munculnya Hari Ibu.

Periode penjajahan Belanda gerakan perempuan fokus kepada perlawanan dalam pembebasan bangsa Indonesia dari belenggu kolonialisme. Perlawanan ini lebih bersifat fisik, yaitu mereka secara langsung terlibat dalam beberapa perang melawan Kolonial pada saat itu. Hal ini terbukti dengan adanya pahlawan-pahlawan perempuan seperti Cut Nyak Dien, dan beberapa pahlawan perempuan lainnya.

Kemudian pola perjuangan perempuan berputar arah pada masa penjajahan Jepang. Pergerakan perempuan diwarnai dengan ide-ide feminis dengan pola perjuangan mengenai hak persamaan antara laki-laki dan perempuan, baik di ranah sosial, pendidikan, politik, dan sebagainya. Periode inilah yang kemudian melahirkan gagasan-gagasan kesetaraan gender yang menjadi kilas balik sejarah munculnya kongres perempuan.

Hari Ibu Spirit Kebangkitan Perempuan

Perjuangan perempuan pra-kemerdekaan dan pasca-kemerdekaan tentu berbeda. Dari sejarah kita dapat mengetahui bahwa perjuangan perempuan memiliki spirit kesetaraan atau emansipatif. Namun, pada era sekarang realita yang ada pada perempuan terkhusus  Ibu adalah terjebak dalam dominasi struktur, yaitu perempuan dianggap telah selesai perjuangannya ketika sudah melaksanakan tugas rumah tangga dengan baik

Peringatah Hari Ibu seharusnya menjadi hari spirit kebangkitan perempuan sebagaimana sejarahnya. Sudah saatnya sebagai generasi muda kita kembali membaca sejarah untuk meluruskan makna yang terkandung dalam Hari Ibu, yaitu spirit kebangkitan perempuan. Momentum Hari Ibu bukanlah ajang pamer foto di media sosial. Namun, momentum ini adalah saat yang harus dijadikan sebagai spirit perjuangan kesetaraan gender dalam kehidupan. Hak laki-laki dan perempuan haruslah sama tanpa adanya ketimpangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun