Mohon tunggu...
Muhammad Zaini
Muhammad Zaini Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa STEI SEBI Depok (2018-sekarang)

Kalimantan Selatan, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Nilai Tukar Rupiah, Kebijakan Moneter, dan Berutang

26 Juli 2020   23:08 Diperbarui: 27 Juli 2020   02:17 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Semasa pandemi, nilai tukar rupiah pernah melemah terhadap dolar Amerika Serikat sampai menembus Rp. 16.470/US$ pada Kamis, 2 April 2020. (ekonomi.okezone.com)

Dalam hal ini, Bank Indonesia, lembaga keuangan yang memang berperan penting dalam memelihara nilai tukar rupiah tersebut, memiliki 3 pilar penting utama dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Yaitu:

Pertama, menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
Kedua, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
Ketiga, stabilitas sistem keuangan.

Berdasarkan keterangan di atas, menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter merupakan salah satu pilar utama Bank Indonesia yang memiliki tujuan mencapai dan memelihara nilai rupiah. Lalu, apa yang dimaksud dengan kebijakan moneter?

Kebijakan moneter adalah kebijakan yang berhubungan dengan uang dan keuangan. Sedangkan inti dari kebijakan moneter adalah untuk menjaga nilai dari mata uang (rupiah). Yang mencetak mata uang adalah pemerintah, akan tetapi nilai dari mata uang itu ditentukan oleh pasar.

Dan mengetahui konsep dasar moneter bagi pemerintah, sangatlah penting. Agar pemerintah bisa menjalankan tugas dan amanahnya dengan baik - Menurut Pak Rachmat Rizqy Kurniawan, SEI., MM, (Dosen Ekonomi Makro Islam STEI SEBI).

Berutang ke luar negeri merupakan salah satu kebijakan moneter pemerintah di negeri ini.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menerangkan, bahwa bisa saja sebuah negara tidak berutang, karena ini tergantung dari kebijakan setiap negara. Namun jika tidak berutang misalnya artinya ada penundaan persoalan infrastruktur hingga masalah pendidikan.

"Ya.. nanti negara kita banyak penduduknya 260 juta tapi kita nggak berpendidikan, kurang gizi, miskin," jelasnya. (CNBC Indonesia)

Hampir semua negara di dunia melakukan kebijakan berutang sebagai kebijakan moneter di negaranya. Bahkan, negara Amerika Serikat yang terkenal dengan kemajuannya pun juga berutang.

Tapi, apakah betul utang luar negeri adalah alternatif terbaik dalam mengatasi permasalahan ekonomi yang sedang terjadi? Bagaimanakah islam memandang tentang berutang ini?

Memang, berutang bisa menjadi alternatif dalam mengatasi masalah ekonomi yang terjadi di negeri ini. Tapi berutang bukanlah alternatif terbaik.

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam pernah bersabda, yang artinya:

"Berhati-hatilah kamu dalam berhutang, sesungguhnya hutang itu mendatangkan kerisauan di malam hari dan mendatangkan kehinaan di siang hari.” (HR. Al- Baihaqi)

Dalam hadits di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa berutang dapat menimbulkan kerisauan dan juga kehinaan. Dengan kata lain, negara yang berutang kepada negara lain bisa saja akan membuat negara yang berutang itu mengalami kerisauan dan juga kehinaan.

Alangkah lebih baiknya, jika potensi kekayaan di negeri ini bisa dimanfaatkan dan dioptimalkan dengan sebaik-baiknya. Kita harus yakin, mengatasi masalah tidak harus dengan menambah masalah (berutang).


Ditulis oleh Muhammad Zaini, mahasiswa semester 4 Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun