Mohon tunggu...
Aulia zihara shofi
Aulia zihara shofi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Financial

Penyelewengan Dana Pensiun BUMN

26 Mei 2024   12:09 Diperbarui: 26 Mei 2024   12:15 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Permasalahan: korupsi dana pensiun BUMN telah diungkap oleh menteri keuangan Erick Thohir yang memberikan data tentang penyalahgunaan dana pensiun. BUMN telah menjadi masalah di kejaksaan agung, dalam laporannya terdapat 4 dan 2 telah mempunyai tanda-tanda untuk melakukan korupsi dan ditotal oleh para audit kerugian tersebut telah mencapai kisaran 300 miliar. Tetapi hal ini tidak selesai di permasalahan ini saja bisa saja akan terjadi korupsi lebih besar lagi.

Korupsi kebanyakan dilakukan oleh para pejabat atau pegawai badan usaha milik negara karena mereka melakukan penyelewengan dana pensiun tidak melihat pegawai BUMN sebelumnya yang telah bertahun-tahun bekerja yang mengalami perampasan keuangan yang seharusnya mereka terima di hari tua. Mereka melakukan hal ini untuk kesejahteraan keluarga atau kesenangan mereka sendiri tanpa memikirkan kesejahteraan rakyat, sebenarnya kasus koruptor ini tidak hanya terjadi di dana pensiun tetapi bercabang di bagian-bagian keuangan lainnya. 

Di zaman sekarang banyak para pejabat-pejabat yang sulit untuk dipercayai mereka hanya mementingkan ego masing-masing, dan di Indonesia belum konsisten dalam mengawasi para koruptor atau penyelewengan dana apalagi hukuman yang diberikan kurang mengancam bagi para koruptor karena hukuman di Indonesia bisa disuap dengan uang, kemudian para koruptor bisa saja mengulangi hal yang sama. Hal ini bisa dilihat dalam syariat Islam bahwa orang pintar dan bermanfaat di Indonesia itu banyak tapi orang yang ilmunya barokah itu sedikit, padahal barokah itu perlu karena barokah dalam artian bertambah baik, dan bermanfaat juga tercukupi karena agama Islam perlu dalam hal ini karena agar tidak mengambil hak yang memang bukan miliknya apalagi milik kebersamaan untuk mensejahterakan rakyat . 

korupsi terjadi bisa saja dampak adanya globalisasi yang semakin canggihnya teknologi dan memicu adanya kehidupan yang serba hedonisasi sehingga keinginan mereka untuk memberi kebutuhan-kebutuhan tersier itu semakin meningkat, padahal para pejabat tersebut belum mampu untuk membeli kebutuhan tersier dan mereka dengan adanya kesempatan tersebut mereka menyalahgunakan kepercayaan itu, akibatnya tidak hanya di pihak satu sektor saja tapi perlu cabang sampai ke keuangan negara selain itu juga pelanggaran hak asasi manusia karena uang  digunakan untuk mensejahterakan rakyat , dan di Indonesia masih memiliki tanggungan hutang dengan luar negeri apalagi nilai mata uang rupiah semakin menurun di mata uang Dollar, dan juga pembangunan ekonomi yang macet karena adanya koruptor sehingga seperti pembangunan infrastruktur, pembangunan jalan jadi terkena hambatan, kemudian politik menjadi tidak stabil karena para pejabat negara lebih mementingkan dirinya sendiri hal ini memicu peluang terjadinya gejolak atau ancaman dari luar jika para pejabat tetap seperti ini. karena sebuah negara dilihat dari kepemerintahannya. Oleh karena itu para pengawas seperti OJK atau pengawas badan keuangan dan para pemerintahan lebih ketat dalam mengawasi penyelewengan dana, hal ini lebih sering dilakukan oleh para pejabat negara ataupun daerah karena peluang untuk melakukan hal tersebut sangat mudah dan bisa berkedok untuk rakyat. 

Di Indonesia ini sangat banyak ditemui kasus korupsi, kadang masyarakat takut untuk memilih pemimpin karena takut jika kehidupan mereka tidak stabil seperti perekonomian, kesehatan, pendidikan, ataupun kesejahteraan lainnya. Karena para pemimpin zaman sekarang sangat sulit dipercaya dan jarang sekali yang jujur, dan sebelum mereka mengambil mandat untuk menjadi pemimpin, mereka para pejabat sangat gencar untuk mendekati hati rakyat, agar rakyat mau memilih mereka untuk menjadi pemimpin. Dan di situlah permainan mereka dimulai ketika sudah ditetapkan untuk menjadi pejabat atau pemimpin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun