Mohon tunggu...
Zainal Tahir
Zainal Tahir Mohon Tunggu... Freelancer - Politisi

Dulu penulis cerita, kini penulis status yang suka jalan-jalan sambil dagang-dagang. https://www.youtube.com/channel/UCnMLELzSfbk1T7bzX2LHnqA https://www.facebook.com/zainaltahir22 https://zainaltahir.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/zainaltahir/ https://twitter.com/zainaltahir22 https://plus.google.com/u/1/100507531411930192452

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Belaian Dingin St. Petersburg

26 November 2019   16:14 Diperbarui: 27 November 2019   05:01 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berlatar Blue Mosque di St Petersburg, masjid yang dibangun Proklamator Republik Indonesia, Sukarno. (dokpri)

Hanya 3 hari 2 malam saya berada di St Petersburg, Rusia. Rasanya terlalu kurang waktunya. Tak mungkin bisa mendatangi semua obyek yang menarik di kota itu.

Tiba di St Petrsburg sekitar pukul sembilan pagi waktu setempat. Di atas Sapsan hangat, tapi begitu turun dingin dan bersalju. Bersama istri saya merasa menikmati belaian dingin St Petersburg, sebuah tempat yang tak pernah kepikiran untuk saya kunjungi. Namun kenyataannya  kami bisa menjejakkan kaki di tanahnya yang beku bersalju, di penghujung November 2011 silam.

Suasana masih gelap musim dingin. Yang pertama saya cari adalah makanan umum, dan tentu saja halal. Maka pilihan jatuh pada Mc Donals. Chicken nuget dan kentang, saya pikir tak perlu lagi khawatir soal halal haram. Hanya ini yang masuk akal.

Tepat hari ini pada delapan tahun lalu saya berada di St Petersburg, Rusia. Di awal musim dingin di kota itu bertepatan hari ulang tahun isteri saya yang ke-36. Saya menghadiahinya sebuah kecupan di keningnya, di depan Hermitage yang lapang.

Di halaman Hermitage yang dingin dan beku. (dokpri)
Di halaman Hermitage yang dingin dan beku. (dokpri)
Musim dingin di St Petersburg gelap dan bersalju, namun saya bisa merasakan keindahan unik di sini. Ada nuansa yang berbeda bagi kota selama musim dingin. St Petersburg benar-benar hidup berkat budaya dan sejarahnya.  Kami menyusuri Nevsky Prospekt terasa seperti memasuki sebuah novel Rusia abad ke 19, dalam selimut salju putih segar.

Isteri saya pun merasa terkagum-kagum di hari lahirnya itu. Ia nampak menikmati Hermitage Museum, Istana Musim Dingin, tempat di mana keluarga kerajaan tinggal selama bulan-bulan musim dingin. Hermitage adalah  gedung besar yang merupakan salah satu bangunan paling menakjubkan di Rusia. Hebatnya lagi, Hermitage ini terlihat kemegahannya saat ditutupi lapisan salju. Gedung megah bernama Hermitage ini adalah rumah bagi keluarga Tsar atau Tsarina selama masa pemerintahannya. Di sinilah tamu-tamu penting  akan dihibur dengan berbagai kemewahan dan penghormatan.

Di bagian dalam Hermitage nampak begitu memukau. Terdapat banyak ballroom, ruang negara dan ruang ganti yang banyak menarik perhatian. Palace Square, alun-alun utama Saint Petersburg, selalu jadi daya tarik orang-orang yang ingin melihat sekilas rumah mistik penguasa Rusia terbesar itu. Meski warnanya cerah, istana ini menjadi latar belakang banyak kejadian gelap dalam sejarah negara tersebut.

Pembantaian Bloody Sunday pada bulan Januari 1905, menjadi salah satu sejarah yang paling gelap.  Kejadian ketika 100.000 pekerja tidak bersenjata mendekati istana tersebut dengan harapan dapat mengajukan petisi kepada Tsar Nicholas II, meminta reformasi politik dan pemerintahan. Sayangnya, para pekerja ini tidak tahu bahwa Tsar tinggal di Istana Alexander di kota Tsarskoe Selo, dan saat mereka mendekati gerbang istana, lebih dari 1000 pria, wanita dan anak-anak ditembak jatuh oleh pasukan Imperial. 

Rezim Tsar di Rusia tumbang lantaran pembantaian ini menjadi salah satu katalisatornya.

Salah satu sudut Hermitage. (dokpri)
Salah satu sudut Hermitage. (dokpri)
Menjelang Sore kami baru bisa berada di tepi Sungai Neva. Langit St Petersburg sudah mulai kelam. Begitu banyak kanal yang kami jumpai di pusat kota. Nyaris setiap  beberapa menit perjalananan kami di St Petersburg selalu ketemu kanal. Itulah sebabnya pada masa Imperial sebagian besar perjalanan kota berlangsung di jalur air, dan akses ke Laut Baltik menjadikannya pelabuhan perdagangan yang penting.  Walau kanal-kanal di St Petersbur kebanyakan membeku, tak  seperti kanal-kanal di Amsterdam, namun inilah yang mengilhami  Peter the Great untuk membangun St Petersburg.

Suatu hal yang menarik, pada abad ke-20, trem listrik melintasi sungai yang membeku, tapi sebagian besar digunakan untuk skating. Hari ini, Neva yang beku tidak lebih dari sekedar pemberhentian foto, tapi ini adalah salah satu sudut St Petersburg yang paling indah!

Besoknya, kami ke Colonnade Katedral Saint Isaac, katedral Ortodok Rusia terbesar di St Petersburg, serta basilika Ortodoks terbesar dan katedral terbesar keempat di dunia. Tsar Alexander I butuh waktu 40 tahun untuk menyelesaikannya.

Ketika melewati patung Penunggang Kuda Perunggu, saya langsung bertanya kepada kawan warga negara Indonesia asal Ambon yang menemani kami. Ia sedang studi S2 di St Petersburg. 

Sayangnya, namanya saya sudah lupa. kontaknya pun sudah hilang. Namun ia dengan fasih menjelaskan bahwa patung Bronze Horseman Peter the Great adalah salah satu simbol St Petersburg yang paling dikenal. 

Patung ini dibangun oleh Catherine the Great, namanya berasal dari sebuah puisi dengan nama yang sama oleh Alexander Pushkin, penyair terbesar Rusia. Patung itu  berdiri di batu terbesar yang pernah digerakkan oleh manusia, dengan berat sekitar 1.250 ton bernama Thunder Stone. Jika musim dingin dan salju meliputi patung ini beserta ukirannya yang rumit, maka nampaklah kemegahan Bronze Horseman Peter The Great.

Patun di atas batu itu selalu tertutupi salju. Di situ pendiri kota  St Petersburg  digambarkan dengan tangan kanannya ke Barat,  karena reformasinya bertujuan untuk melintangkan Rusia dan membawa negara ini keluar dari abad pertengahan. Dalam argumen penguasa Rusia terbesar, Peterselalu dianggap hebat karena reformasinya mendorong Rusia masuk ke dalam cara hidup yang lebih modern di Eropa.

Selama Penunggang Kuda Perunggu berdiri di St Petersburg, menurutlegenda kota ini tidak akan pernah tertangkap. Patung itu sangat dilindungi selama Pengepungan Leningrad (seperti yang disebut St Petersburg pada masa Soviet) dalam Perang Dunia Kedua, dan bertahan selama hampir 900 hari pengeboman, kota ini tidak pernah jatuh.

Selanjutnya, kami  mendatangi Taman di Istana Catherine dan Pavlovsk yang memiliki taman yang indah, di musim dingin, dengan salju menempel di pohon dan manusia salju di setiap sudut, berjalan di taman istana adalah kegiatan yang menyenangkan, serta mengasyikkan.

Tak lupa saya mengunjungi Masjid Biru, Sholat Mahgrib sekalian Isya di sana. Konon, ada campur tangan Presiden Soekarno dalam pembangunan masjid ini.

ZT -Jakarta, 26 November 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun