Okelah, ia sekarang tak tergantung lagi sama orang tua, terutama jajan dan kebutuhan sehari-harinya. Sudah ada aktifitasnya yang menghasilkan untuk sekadar biaya hidup seorang pemuda 22 tahun, sejak ia kembali dari Amerika awal tahun lalu.
Ia tergabung dalam Tim Media Pak Syaf -- sapaan akrab H Syafruddin, sejak Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia ini menjabat Chef de Mission Tim Indonesia pada  hajatan akbar Asian Games 2018 lalu di Jakarta dan Palembang.
Anak muda berbaju putih yang sedang berupaya mengukir senyum ini duduk santai sembari ngopi bersama saya dan teman-teman sesaat setelah menyaksikan pertandingan final bulutangkis tunggal putera Asian Games 2018 lalu di Jakarta. Ia berada di antara orang yang terpaut jauh usianya.
Ia nampak begitu santai. Teramat santai malah.
Anak muda ini punya pendirian tegas, cuek, sangat rajin, terutama jika ada harapan pendapatan untuk isi dompetnya di sana. Sangat tekun jika ia mengerjakan hal yang ia minati. Ia juga simpel dan cepat bergaul. Cepat paham dan bisa menuntaskan pekerjaan yang diembankan kepadanya.
Kekurangannya, ia belum fokus menurut saya. Perokok dan suka main game. Padahal ia pernah sekolah setahun di New Zaeland dan 2 tahun di Amerika.
Yaumil Aslam, putra kedua saya yang akrab disapa Iyas. Selamat milad, Nak!
Jangan terlalu lama menimbang-nimbang, segara putuskan. Engkau kini sudah 22 tahun. Jangan terlalu santai, Boz.
"Saya mau jadi orang yang kaya raya, Ayah!" tegasnya ketika saya tanya apa impian remaja itu.
Dan bagi saya itu hebat. Tapi untuk menjadi kaya raya itu tak mengenal kata santai.
ZT -Jakarta 5 Oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H