Pagi-pagi, saat Yafi mencium tangan saya hendak pamitan ke sekolah, saya tawarkan kepadanya sebuah motor baru, untuk digunakan ke sekolah.
Sekolahnya di Jubilee School International hanya berjarak 1,7 kilo dari rumah. Di situ ada TK hingga SMU. Jalan kaki, kejauhan dan kelamaan. Bisa habiskan waktu sekitar 20 menit. Antar pakai mobil, tanggung. Apalagi trafic light di depan sekolahnya menyuguhkan kemacetan setiap saat. Dan naik mobil, jauh mutarnya.
Yang praktis tentu saja naik motor. Walau Yafi belum genap 16 tahun, naik motor bisa lewat jalan-jalan tikus. Terkadang ia pesan Gojek. Mau tahu, berapa tarif Gojek ke sekolanya Yafi? Cuma dua ribu rupiah. Paling sering gratis!
Begitu saya tawarkan motor Scoopy yang baru, Yafi langsung menolaknya. Tak ada minat sama sekali. Saya berpikir, ia menolak dibelikan motor baru lantaran ia baru dua atau tiga bulan terakhir ini, pintar bawa motor. Ternyata tidak juga.
"Kau ndak mau motor baru? Scoopy bagus. Enak dipakai. Unik juga modelnya," bujuk saya.
"Nggak usah, Ayah!" tegas Yafi.
Hmmm... saya menganggap anak ini serius tak tertarik. Beda sama beberapa sepupunya di kampung saya di Kabupaten Gowa sana. Baru SMP sudah merengek-rengek memaksa bapaknya belikan motor baru. Atau, sama anaknya teman saya di Makassar, belum tamat SD sudah gila naik motor. Setiap lihat motor terparkir di rumahnya, anak itu langsung lompat!
"Jadi gimana, Yafi?" ulang saya.
"Saya nggak butuh motor baru. Lebih baik belikan saja saya komputer baru," jawabnya serius. Lalu ia merogoh rangselnya. Mengeluarkan selembar proposal berisi piranti komputer, yang sungguh saya tak faham.
"Budgetnya sekitar tujuh belas juta. Nanti saya rakit sendiri," urainya menambahkan.
"Kan kamu sudah punya laptop. Mahal lho itu laptopmu," tanggap saya.
"Sudah ketinggalan spesifikasinya, dan terbatas kemampuannya. Dan banyak yang saya mau lakukan dengan komputer ini," jawabnya.
"Oh, begitu?" Saya ingat, laptop itu saya belikan tahun lalu, hampir sepuluh juta rupiah harganya. Yang terbagus tipenya di merek itu.
Tapi baiklah. Saya mengangguk, dan tersenyum.
Yafi sudah berada di lift.
ZT - Kemayoran, 13 Desember 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H