Â
Hanya 3 hari 2 malam saya berada di St Petersburg, Rusia. Rasanya terlalu kurang waktunya. Tak mungkin bisa mendatangi semua obyek yang menarik di kota itu.
Tiba di Sant Petersburg, sekitar pukul sembilan pagi waktu setempat. Di atas Sapsan hangat, tapi begitu turun dingin dan bersalju. Tapi masih gelap. Yang pertama saya cari adalah makanan umum, dan tentu saja halal. Maka pilihan jatuh pada Mc Donals. Chicken nuget dan kentang, saya pikir tak perlu lagi khawatir soal halal haram. Hanya ini yang masuk akal.
 Tepat hari ini pada tujuh tahun lalu saya berada di St Petersburg, Di awal musim dingin di kota itu bertepatan hari ulang tahun isteri saya yang ke-36. Saya menghadiahinya sebuah kecupan di depan Hermitage yang lapang.
 Musim dingin di St Petersburg gelap dan bersalju, namun saya  bisa merasakan keindahan unik di sini. Ada nuansa yang berbeda bagi kota selama musim dingin. Budaya dan sejarah yang membentuk inti kota benar-benar menjadi hidup. Berjalan menyusuri Nevsky Prospekt terasa seperti memasuki sebuah novel Rusia abad ke-19 dalam selimut salju putih segar.
 Isteri saya pun merasa terkagum-kagum di hari lahirnya itu. Ia nampak menikmati Hermitage Museum, Istana Musim Dingin, tempat di mana keluarga kerajaan tinggal selama bulan-bulan musim dingin, Gedung besar yang merupakan salah satu bangunan paling menakjubkan di Rusia  ini, terlihat paling bagus saat ditutupi lapisan salju. Ini adalah rumah bagi keluarga Tsar atau Tsarina selama masa pemerintahannya, dan juga lokasi utama untuk menghibur tamu penting.
 Sementara bagian dalamnya nampak sangat memukau.  Ada banyak ballroom, ruang negara dan ruang ganti yang banyak menarik perhatian. Palace Square, alun-alun utama Saint Petersburg, selalu jadi daya tarik orang-orang yang ingin melihat sekilas rumah mistik penguasa Rusia terbesar itu. Meski warnanya cerah, istana ini menjadi latar belakang banyak kejadian gelap dalam sejarah negara tersebut.
 Salah satu yang paling gelap adalah pembantaian Bloody Sunday pada bulan Januari 1905, ketika 100.000 pekerja tidak bersenjata mendekati istana tersebut dengan harapan dapat mengajukan petisi kepada Tsar Nicholas II, meminta reformasi politik dan pemerintahan.
 Sayangnya, para pekerja ini tidak tahu bahwa Tsar tinggal di Istana Alexander di kota Tsarskoe Selo, dan saat mereka mendekati gerbang istana, lebih dari 1000 pria, wanita dan anak-anak ditembak jatuh oleh pasukan Imperial. Pembantaian ini adalah salah satu katalisator bagi jatuhnya rezim Tsar di Rusia.
 Menjelang Sore kami baru bisa berada di tepi Sungai Neva. Langit St Petersburg sudah mulai kelam.Â
 Sepanjang pusat kota, hampir tidak mungkin berjalan lebih dari beberapa menit tanpa melintasi kanal. Selama masa Imperial, sebagian besar perjalanan kota berlangsung di jalur air, dan akses ke Laut Baltik menjadikannya pelabuhan perdagangan yang penting. Namun, tidak seperti kanal-kanal di Amsterdam, di kota yang mengilhami Peter the Great untuk membangun St Petersburg, kanal-kanal tersebut secara teratur membeku.
 Menariknya, pada abad ke-20, trem listrik melintasi sungai yang membeku, tapi sebagian besar digunakan untuk skating. Hari ini, Neva yang beku tidak lebih dari sekedar pemberhentian foto, tapi ini adalah salah satu sudut St Petersburg yang paling indah!
 Besoknya, kami ke Colonnade Katedral Saint Isaac. ini adalah katedral Ortodok Rusia terbesar di St Petersburg, serta basilika Ortodoks terbesar dan katedral terbesar keempat di dunia. Tsar Alexander I butuh waktu 40 tahun untuk menyelesaikannya.Â
 Ketika melewati patung Penunggang Kuda Perunggu, saya langsung bertanya kepada kawan warga negara Indonesia asal Ambon yang menemani kami. Ia sedang studi S2 di St Petersburg. Sayangnya, namanya saya sudah lupa. kontaknya pun sudah hilang. Namun ia dengan fasih menjelaskan bahwa patung Bronze Horseman Peter the Great adalah salah satu simbol St Petersburg yang paling dikenal. Dibangun oleh Catherine the Great, namanya berasal dari sebuah puisi dengan nama yang sama oleh Alexander Pushkin, penyair terbesar Rusia. Patung itu berdiri di Thunder Stone, batu terbesar yang pernah digerakkan oleh manusia, dengan berat sekitar 1.250 ton. Ukirannya yang rumit menjadikannya tempat yang tepat bagi salju untuk beristirahat dan memberi patung itu tampilan yang baru terlihat musim dingin.
 Namun, meski dengan batu dan patung ditutupi salju, tidak mungkin mengincar rider untuk orang lain selain pendiri kota tersebut. Peter digambarkan dengan tangan kanannya ke Barat, karena reformasinya bertujuan untuk melintangkan Rusia dan membawa negara ini keluar dari abad pertengahan. Dia selalu disebutkan dalam argumen penguasa Rusia terbesar, karena reformasinya mendorong Rusia masuk ke dalam cara hidup yang lebih modern dan Eropa, dan negara ini menjadi salah satu negara yang paling berkuasa di bawah pemerintahannya.
 Legenda mengatakan bahwa selama Penunggang Kuda Perunggu berdiri di St Petersburg, kota ini tidak akan pernah tertangkap. Patung itu sangat dilindungi selama Pengepungan Leningrad (seperti yang disebut St Petersburg pada masa Soviet) dalam Perang Dunia Kedua, dan bertahan selama hampir 900 hari pengeboman. Seperti yang dikatakan legenda, kota ini tidak pernah tertangkap.
 Selanjutnya, mendatangi Taman di Istana Catherine dan Pavlovsk.yang memiliki taman yang indah, di musim dingin, dengan salju menempel di pohon dan manusia salju di setiap sudut, berjalan di taman istana adalah kegiatan yang menyenangkan,serta mengasyikkan.Â
 Tak lupa saya mengunjungi Masjid Biru, Sholat Mahgrib sekalian Isya di sana. Konon, ada campur tangan Presiden Soekarno dalam pembangunan masjid ini.
ZT -Jakarta, 26 November 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H