Setiap saya ke kampung halaman, selalu saja saya menyempatkan diri menikmati ikan bakar di Warung Pangkep Haji Saing, Jalan Andalas Makassar. Selalu saja seakan tak sah kedatangan saya, tanpa makan di sana, entah makan siang atau makan sore.
Kesempatan kali ini makan malam. Bersama teman, seorang pensiunan PNS yang kini jadi pebisnis, bangun jual rumah. Sekitar tujuh tahun lalu, kawan yang selalu ceria bersahaja tersebut, menikahi gadis 19-an yang baru tamat SMU, setelah isterinya meninggal dunia. Kini ia sudah dikaruniai 2 orang anak, dan mengaku ia masih sanggup melayani isteri mudanya yang terpaut 46 tahun dengannya. Di sini, saya mengakuinya hehehe...
Kembali ke Warung Pangkep. Yang membuat saya begitu berselera di situ adalah ikan bakar bolu segar. Ikan itu dipotong dua. Ada bagian kepala ada bagian ekor. Ada juga ikan cepa, cumi-cumi dan juku eja. Saya selalu memilih 2 potong kepala dan 2 piring nasi.
Sebagai pelengkap dan daya tariknya, semangkuk sop saudara yang selalu tanggung disajikan. Tanggung lantaran hanya 3 potong daging, 2 potong paru ditembah bihun. Disajikan dalam keadaan panas, mengepul, enak dihirup-hirup setelah ditetesi jeruk nipis dan kecap manis. Belum paham saya, kenapa disebut sop saudara?
Yang bikin keringat bercucuran adalah sambal kacang yang gurih dengan potongan-potongan mentimun. Tak begitu pedas. Makan di sini, kelar hidup kalian!
Makassar memang top ikanG bakarnya.
ZT -Phoenam Gondangdia, 10 Oktober 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H