"Saya sudah di kereta, Ayah," ucapnya melalu call line menyentak saya.
"Ok, hati-hati di jalan, Nak," sahut saya, dengan hati berdesir, saya berusaha menahan perasaan. Menetes lagi air bening di kelopak mata ini, jatuh di ubin dan beku.
"Pagi ini juga saya akan ke Frankfurt. Mungkin tiba jam 3 sore. Saya akan istirahat dulu sehari di rumahnya ibu Nur. Besok baru saya langsung ke Wismar. Masih ada tersisa sehari Pass Interrailku," tambahnya.
"Habiskan saja, Nak. Nanti sommer tahun depan beli lagi," janji saya. Sri Nur Indrati Debus yang dipanggil Ibu Nur sama anak saya ini adalah pemilik rumah yang ditempati Rifqi pertama kali tinggal di Frankfurt dua tahun lalu.
"Iya, Ayah. hati-hatiki juga di jalan." tutupnya.
Panggilan bording dari petugas Turkish Airlines pun terdengar. Saya memberi isyarat kepada Amoez Thene, Asmah Tahir dan Yafi agar segera bangkit.
Saya memasuki antrian menuju garbarata dengan perasaan seperti menanti sommer tahun depan.
ZT - Istanbul, 13 Januari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H