Sebagai sebuah investasi dalam bentuk modal SDM, pendidikan dan pelatihan memerlukan pembiayaan yang besar dan pengelolaannya secara efektif dan efisien. Istilah efektif merujuk pada sasaran atau hasil yang ingin dicapai untuk setiap penggunaan mata anggaran, sedangkan istilah efisien merujuk pada proses pengalokasian dan penggunaan anggaran itu.
Secara konseptual efisiensi pendidikan meliputi efisiensi atau disebut juga keefektifan biaya (cost effectiveness), dan efisiensi eksternal atau disebut manfaat biaya (cost benefit). Cost benefit dikaitkan dengan analisis keuntungan atas investasi pendidikan dari pembentukan kemampuan, sikap dan keterampilan. Dalam perhitungan investasi terdapat dua hal penting yaitu :
1. Investasi hendaknya menghasilkan kemampuan yang memiliki nilai ekonomi di luar nilai instrinsiknya.
2. Nilai guna dari kemampuan. Analisis biaya manfaat (cost benefit analysis) merupakan metodologi yang banyak digunakan dalam melakukan analisis investasi pendidikan.
Metode Analisis biaya manfaat dapat membantu para pengambil keputusan dalam menentukan pilihan diantara alternatif alokasi sumber-sumber pendidikan yang terbatas tetapi memberikan keuntungan yang tinggi.
Investasi dibidang pendidikan perlu untuk merespon kebutuhan ekonomi tenaga kerja menurut jenjang dan jenis pendidikan. Analisis tingkat balik (Rates of Return Analysis) ekonomi dari investasi ini diperoleh dengan membandingkan produktivitas dari tenaga kerja terdidik yang biasanya digambarkan oleh profil upah dengan produktivitas tenaga kerja yang tidak terdidik. Nilai investasi pendidikan dapat berbeda bergantung acuannya, apakah acuannya dari sudut pandang masyarakat atau individu.Tidak semua biaya pendidikan ditanggung oleh individu, tetapi sebagian ditanggung oleh masyarakat melalui subsidi pemerintah.
Perluasan dan pembatasan pendidikan harus diciptakan bersama, dengan ini dilakukan upaya peningkatan investasi dan relevansi pendidikan secara lebih merata dan meluas dalam berbagai jenis, jenjang dan jalur pendidikan. Investasi pendidikan di negara-negara berkembang, dimana kondisi ekonomi sudah relatif maju dengan berbasis perindustrian, maka strategi investasi pendidikan diarahkan untuk memenuhi lapangan dunia kerja. Pengembangan investasi pendidikan perlu dilakukan untuk peningkatan kualitas pendidikan. Inventarisasi kebutuhan tenaga kerja dalam jangka pendek berdasarkan estimasi kebutuhan tenaga kerja dalam perspektif jangka panjang merupakan peluang untuk melakukan investasi pendidikan. (Sofa, 2008)
![Yaumil Aslam, Mahasiswa di Whatcom Community College, Bellingham, Washington AS.(dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/05/02/yaumil-as-5ae93c70ab12ae6f53191ed2.jpg?t=o&v=555)
Apabila hasil investasi itu telah dinikmati oleh si anak, maka barulah secara tidak langsung keluarganya juga akan ikut terangkat derajat dan martabatnya. Jadi, pantaslah bila dikatakan bahwa dengan Anda membayari pendidikan anak Anda, Anda sebetulnya telah melakukan investasi.
Bukan investasi yang menghasilkan uang untuk keluarga, tapi investasi untuk menjadikan hidup anak Anda lebih baik, sehingga nantinya itu juga akan mengangkat derajat dan martabat Anda sebagai orang tuanya. Sehingga penting untuk mempersiapkan biaya pendidikan anak Anda dengan baik sehingga Anda akan selalu punya cukup uang untuk membayari pendidikan anak Anda. (Safir Senduk, 2000)
Nah, sekarang, apakah pendidikan itu mahal? Tergantung Anda yang menilai. Pengalaman saya mengatakan, untuk menyekolahkan anak di Jerman tak lebih dari Rp. 150 juta biaya dibutuhkan pertahun sudah termasuk biaya hidup dan tempat tinggalnya.Â
Namun jika menyekolahkan anak di Amerika itu jauh lebih mahal, bisa sampai Rp. 500 juta per tahun. Ini jika biaya sendiri. Namun bila ditunjang dengan adanya beasiswa, tentu soal biaya tak perlu dipikirkan. Tinggal anaknya, apakah mampu atau tidak sekolah di luar negeri, terutama kemampuan berbahasanya.Â
Ada orang tua yang anaknya mampu dan besar semangatnya sekolah, tapi orang tuanya tak mampu. Ada yang orangtuanya mampu tapi si anak lagi yang pas-pasan. Dan, banyak pula anak yang punya orang tua mampu, tapi si orangtua ini selalu mencari sekolah yang gratisan.