Mohon tunggu...
Zainal Tahir
Zainal Tahir Mohon Tunggu... Freelancer - Politisi

Dulu penulis cerita, kini penulis status yang suka jalan-jalan sambil dagang-dagang. https://www.youtube.com/channel/UCnMLELzSfbk1T7bzX2LHnqA https://www.facebook.com/zainaltahir22 https://zainaltahir.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/zainaltahir/ https://twitter.com/zainaltahir22 https://plus.google.com/u/1/100507531411930192452

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Status Perjalanan (16), Sensasi Tembok Berlin?

15 April 2018   23:06 Diperbarui: 15 April 2018   23:22 1806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi Asmah Tahir, adik bontot saya, jauh-jauh ke Berlin hanya satu impiannya; ingin menikmati sensasi Tembok Berlin.

Sensasi Tembok Berlin?

Begitu saya bilang kunjungan kita hari ini ke Berlin, ia langsung berkemas. Walau di luar masih gelap pukul 7 dan dingin 3 C.

Dari Wismar ke Berlin ditempuh tiga jam lebih menggunakan kereta RB, berlantai dua, ekslusif tapi sebentar-sebentar berhenti. Ada 22 titik stops. Namun perjalanan mengasyikkan karena cuaca cerah, bisa lihat matahari. Keretanya pun nyaris tak bergetar dan sama sekali tak bising. Bunyi rel tak sampai di telinga.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Tiba di Berlin Hbf, salah satu dari 10 stasiun terbesar di dunia, yang tampil kayak mal-mal mewah dengan hiruk-pikuk begitu banyak orang dari berbagai penjuru Eropa.

"Mana Tembok Berlin?" Pertanyaan ini yang langsung terlontar dari adik saya. "Lebih baik kita langsung ke sana sebelum gelap," desaknya.

Maka setelah makan siang di McD Berlin Hbf, anak saya langsung beli tiket dalam kota. 4 Euro per orang sudah bisa keliling Berlin, naik tram, bus dan metro. "Tiket ini kita bisa pakai sampai jam 3 dini hari. Sampai tak ada bus lagi yang jalan di kota Berlin ini," kata Rifqi menjelaskan.

Sampai di tujuan utama Tembok Berlin ini, Asmah bertanya lagi, "Mana Tembok Berlinnya?"

"Sudah runtuh!" jawab Rifqi.

"Yang tersisa hanya puing-puing. Hahaha," sela saya.

"Oh, cuma begini saja kah?" Asmah nampak kecewa. "Saya kira Tembok Berlin itu tinggi, panjang berbelok-belok dan banyak tangganya."

"Itu Tembok Besar Cina, Tante!" Kali ini Yafi yang menyela.

"Itu sisa-sisa temboknya bisa kamu foto di situ. Bisa juga kamu beli batunya yang asli dari sisa Tembok Berlin sebagai cinderamata. Cuma 5 Euro sebiji kecil," ujar saya.

"Buat apa? Hanya batu biasa diberi warna-warna." Adik saya itu tak berminat. Ekspektasinya soal Tembok Berlin sejak berangkat dari tanah air, jauh dari kenyataannya.

Belajar sejarah, Dek!

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Berliner Mauer bahasa Jermannya, adalah sebuah tembok pembatas terbuat dari beton yang dibangun oleh Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur) yang memisahkan Berlin Barat dan Berlin Timur serta daerah Jerman Timur lainnya sehingga membuat Berlin Barat sebuah enklave.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Pembangunan Tembok Berlin pada 13 Agustus 1961 dibarengi dengan pendirian menara penjaga yang dibangun sepanjang tembok ini. Sebuah daerah terlarang yang berisis ranjau anti kendaraan pun diciptakan. Blok Timur menyatakan bahwa tembok ini dibangun untuk melindungi para warganya dari elemen-elemen fasis yang dapat memicu gerakan-gerakan besar, sehingga mereka dapat membentuk pemerintahan komunis di Jerman Timur. Meski begitu, dalam praktiknya, ternyata tembok ini digunakan untuk mencegah semakin besar larinya penduduk Berlin Timur ke wilayah Berlin Barat, yang berada dalam wilayah Jerman Barat.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Otoritas Jerman Timur menyatakan Tembok Berlin sebagai benteng proteksi ant fasis, yang menyatakan bahwa negara Jerman Barat belum sepenuhnya dide-nazifikasi. Namun Walikota Pemerintah Kota Jerman Barat, Willy Brandt, mencetuskan Tembok Berlin sebagai tembok memalukan. Ia mengutuk tembok ini karena membatasi kebebasan bergerak. 

Cap yang sama juga pada Tembok Pembatas Antar Jerman yang memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur. Selama Perang Dingin,  Kedua tembok ini menjadi simbol "Tirai Besi" yang memisahkan Eropa Barat dengan Blok Timur.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Sekitar 3,5 juta warga Jerman Timur yang bermigrasi dan membelot ke barat, sebelum pembangunan Tembok Berlin. Salah satunya dengan melewati perbatasan Jerman Timur dan Jerman Barat, lalu kemudian mereka pun bisa pergi ke negara Eropa Barat lainnya. Migrasi itu dapat dicegah setelah adanya Tembok Berlin hingga tahun 1989. Namun ada sekitar 5.000 orang yang mencoba kabur dalam rentang waktu sekitar tahun, dan 100 hingga 200 orang yang tertembak mati.

Memasuki Blok Timur nampak foto serdadu Uni Soviet. (dokpri)
Memasuki Blok Timur nampak foto serdadu Uni Soviet. (dokpri)
Masuk ke wilayah Blok Barat nampak foto tentara Amerika.(dokpri)
Masuk ke wilayah Blok Barat nampak foto tentara Amerika.(dokpri)
Munculnya liberalisasi sistem otoritas di Blok Timur dan berkurangnya pengaruh Uni Soviet di negara-negara seperti Polandia dan Hungaria, membuat perubahan politik secara radikal di kawasan Blok Timur pada tahun 1989. Disusul kerusuhan sipil selama beberapa minggu, membuat Pemerintah Jerman Timur mengumumkan tanggal 9 November 1989 bahwa rakyat Jerman Timur boleh pergi ke Jerman Barat dan Berlin Barat. Maka, kerumunan orang Jerman Timur pun menyeberangi dan memanjat tembok itu, diikuti pula dengan warga Jerman Barat di sisi lain untuk merayakan atmosfer kebebasan.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Euforia publik dan pemburu souvenir akhirnya meretakkan bagian-bagian Tembok Berlin beberapa minggu setelahnya. Selanjutnya, dengan alat berat pemerintah menghancurkan sebagian besar Tembok Berlin. 

Reunifikasi Jerman pada 3 Oktober 1990, dipantik oleh kejatuhan Tembok Berlin.

ZT-Berlin, 7 Januari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun