Sekitas pukul sebelas siang, kami sudah turun di Stasiun Bruxelles Midi. Koper besar yang masing-masing kami seret, atau kami dorong, begitu berat. Merepotkan juga kalau terus begitu, sementara kami harus jalan-jalan di kota Brussel seharian ini, sembari menunggu kereta cepat --masih menggunakan Thalys, yang akan membawa kami ke Amsterdam malam nanti.Â
Saya buka jadwal kereta ke Amsterdam di aplikasi Rail Planner, lalu saya cocokkan dengan jadwalnya di tiket yang telah kami reservasi. Kami akan berangkat ke Amsterdam pada pukul 19.52 nanti malam. Masih panjang waktu untuk sekadar jalan-jalam di sekitar Stasiun Bruxelles Midi, bahkan ke pusat kota mengunjungi tempat-tempat menarik seperti Stade Roi Baudouin. Yah, Stadion Bola yang terkenal itu tak sampai setengah jam  naik kereta dari Bruxelles Midi.
"Lebih baik cari dulu loker untuk penitipan koper ini," kata saya kepada anak saya, Rifqi Nafis.
"Iya, ada loker penitipan barang di setiap stasiun besar di negara-negara Eropa,'' sahut Rifqi, seraya langsung bertanya kepada polisi Belgia yang setiap saat lalu lalang di stasiun. "Di sana lokernya, di dekat pusat perbelanjaaan,'' tunjuknya.
Loker besar bertarif 6 Euro, untung masih banyak loker yang tersedia. Jadi amanlah koper-koper besar yang berjumlah 5 biji itu.
Setelah itu, saya mengusulkan untuk mencari tempat makan siang diluar stasiun, sambil jalan.
Keluar dari Stasiun Bruxelles Midi, kemudian menyeberangi jalan raya yang lebar namun tidak terlalu padat, lalu belok kiri menyusuri trotoar yang bersih, maka ketemulah kami dengan sebuah restoran bernama Lunch Factory. Restoran yang dikelola oleh muslim asal Marokko ini hanya berjarak sekitar 350 meter dari pintu utama stasiun, dan free wifi. Di pintunya tertera label halal food.
Seperti kata pepatah, Pucuk Dicinta Ulam Tiba, begitu kira-kira perasaan kami, terutama adik saya, Asmah. Sudah berhari-hari ia tidak makan nasi, sejak berada di Swiss minggu lalu. Tiap hari hanya menyantap chicken, kentang, roti, keju dan kebab. Dan ia merasa tidak makan kalau bukan nasi.
Maka tak pelak lagi, begitu ketemu nasi di Brussel ini, ia langsung memesan dua porsi besar.