Mohon tunggu...
Zainal Tahir
Zainal Tahir Mohon Tunggu... Freelancer - Politisi

Dulu penulis cerita, kini penulis status yang suka jalan-jalan sambil dagang-dagang. https://www.youtube.com/channel/UCnMLELzSfbk1T7bzX2LHnqA https://www.facebook.com/zainaltahir22 https://zainaltahir.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/zainaltahir/ https://twitter.com/zainaltahir22 https://plus.google.com/u/1/100507531411930192452

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Status Perjalanan (10), Paris

31 Maret 2018   10:50 Diperbarui: 1 April 2018   13:20 1051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari Eiffel Tower, kami ramai-ramai jalan kaki ke Stasiun Dupleix, sebuah stasiun Metro yang bukan di bawah tanah tapi  dilengkapi dengan eskalator. Sekitar setengah jam kami berjalan, padahal jaraknya hanya satu kilometer, paling jauh 1,5 kilo. Namun sebagian besar teman-teman singgah di toko-toko yang berjejer di tepi jalan, walau hanya melihat-lihat dari luar berbagai produk brand terkenal yang terpajang di etalase.

Tujuan sebagian besar kawan-kawan pada waktu itu adalah ke Notre Dome. Butuh waktu sekitar 30 menit naik Metro dari stasiun Dupleix ke  Stasiun  Saint-Michel - Notre Dame. Saya bersama Aidir memilih ke Muse De Louvre ketimbang ikut suara terbanyak ke Notre Dame, biarpun Aidir saat itu untuk yang kedua kalinya ke museum seni terbesar di dunia itu.

Suatu sore bersama Aidir Amin Daud di atas kapal yang mengitari Sungai Seine, Paris. (Dokpri)
Suatu sore bersama Aidir Amin Daud di atas kapal yang mengitari Sungai Seine, Paris. (Dokpri)
Di stasiun Dupleix, ketika kami berada di ujung atas eskalator, tiba-tiba terjadi kepanikan. Seorang pemuda yang berada paling depan terjatuh, membuat rombongan kami di belakangnya terdorong ke depan dan tertahan pada pemuda yang jatuh barusan. Kepala  saya membentur di punggung Aidir,  dan Aidir menambrak orang yang berada di depannya. Saya merasakan benturan agak keras dari belakang, disertai terikan kepanikan. Yang menabrak saya adalah teman juga. Begitu seterusnya ke belakang. Dan kami semua tersungkur karena tangga tetap berjalan. Bahkan ada teman yang terbentur kepalanya di dinding tangga jalan itu. 

Untunglah pemuda yang terjatuh tadi cepat bangkit, sambil berucap memperlihatkan sebungkus rokok di tangannya, "Sori, sori... thankyou!" 

Awwahh! Ternyata pemuda itu tidak terjatuh, tapi  jongkok untuk mengambil rokoknya yang sengaja ia jatuhkan di ujung eskalator yang sedang bergerak naik.

Tak sampai semenit, kepanikan lain muncul dari seorang teman asal Provinsi Papua. "Saya kecopetan! Dompet saya hilang," ungkapnya lesu. Wajahnya seperti tak dialiri darah. Ia bukan hanya panik, tapi sudah sampai ke level pucat.

Kami saling berpandangan. 

"Ada Euronya di dalam dompet, Bapak?" tanya saya.

Teman itu mengangguk. "Ada, Pak."sahutnya lemas.

"Berapa?" kejar saya.

"Banyak deh, Pak," jawabnya sudah tak bersemangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun