Dari Eiffel Tower, kami ramai-ramai jalan kaki ke Stasiun Dupleix, sebuah stasiun Metro yang bukan di bawah tanah tapi  dilengkapi dengan eskalator. Sekitar setengah jam kami berjalan, padahal jaraknya hanya satu kilometer, paling jauh 1,5 kilo. Namun sebagian besar teman-teman singgah di toko-toko yang berjejer di tepi jalan, walau hanya melihat-lihat dari luar berbagai produk brand terkenal yang terpajang di etalase.
Tujuan sebagian besar kawan-kawan pada waktu itu adalah ke Notre Dome. Butuh waktu sekitar 30 menit naik Metro dari stasiun Dupleix ke  Stasiun  Saint-Michel - Notre Dame. Saya bersama Aidir memilih ke Muse De Louvre ketimbang ikut suara terbanyak ke Notre Dame, biarpun Aidir saat itu untuk yang kedua kalinya ke museum seni terbesar di dunia itu.
Untunglah pemuda yang terjatuh tadi cepat bangkit, sambil berucap memperlihatkan sebungkus rokok di tangannya, "Sori, sori... thankyou!"Â
Awwahh! Ternyata pemuda itu tidak terjatuh, tapi  jongkok untuk mengambil rokoknya yang sengaja ia jatuhkan di ujung eskalator yang sedang bergerak naik.
Tak sampai semenit, kepanikan lain muncul dari seorang teman asal Provinsi Papua. "Saya kecopetan! Dompet saya hilang," ungkapnya lesu. Wajahnya seperti tak dialiri darah. Ia bukan hanya panik, tapi sudah sampai ke level pucat.
Kami saling berpandangan.Â
"Ada Euronya di dalam dompet, Bapak?" tanya saya.
Teman itu mengangguk. "Ada, Pak."sahutnya lemas.
"Berapa?" kejar saya.
"Banyak deh, Pak," jawabnya sudah tak bersemangat.