Nyaris saja  ada insiden antara saya dengan seorang Prancis di stasiun Grard de Nerval tadi sewaktu pertama naik Metro. Ceritanya si Prancis itu ngomong terlalu besar di handphone pas di samping saya, membuat saya menoleh sejenak kepadanya. Mendadak ia menarik saya, dan 'mencaci' saya tepat di muka saya dalam bahasa Prancis, yang mana saya tahu artinya? Ia memplototi seperti sedang sangat marah pada saya. Refleks saya menanggapinya dengan memegang kerah jaketnye, lalu saya mendorongnya. Di situ temannya datang.  Dan kedua anaksaya pun lompat ke tengah, melerai pertikaian yang baru akan dimulai.Â
"Jangan dilayani, Ayah! Pencopet itu!" teriak Rifqi, mengundang perhatian dan simpati orang-orang yang sedang lewat.
Saya mundur,dan tak melayaninya,"Sorry yah,"kata saya.Â
Istri dan adik saya pun telah berdiri di samping saya. Keduanya siap melawan!
Si Prancis itu ternyata tersinggung saya menoleh kepadanya. Dan ia memanfaatkan momen itu untuk mengalihkan perhatian saya. Nah, Â di situlah temannya mulai beraksi.
Tapi Rifqi Nafiz,anak saya, tahu betul  modus para pencopet yang banyak berkeliaran di stasiun Metro.Â
Jadi di Paris ini tetap harus menjaga kewaspadaan.
***
Champs-lyses, menyapa kami dengan hembusan udara sepoi yang begitu menggigilkan, terasa hingga tulang persendian. Â Udara dingin 1 derajat Celcius. Langit mendung dan gerimis. Â Dalam sekejap, rinai hujan sudah menempel di jaket tebal yang saya kenakan, hingga saya harus mencari tempat berteduh.Â