Bergeser ke sisi kiri Villa Yuliana menyeberang jalan, nampak Masjid Agung Darussalam. Masjid bernuansa putih yang baru selesai pembangunannya setelah puluhan tahun  terkatung-katung itu nampak begitu megah, luas dan cantik.
Yang tak berubah sejak dulu adalah adanya ribuan kelelawar bergelantungan di pohon asam yang ada di pusat kota Watansoppeng, pada siang hari. Ini menjadi keunikan tersendiri yang tiada duanya di dunia, sehingga Soppeng dijuluki Kota Kalong.
Dari cerita teman-teman itupula, Â saya mengetahui bahwa kepemipinan Bupati dan Wakilnya saat ini patut diacungi jempol. Mereka sejalan seiring dalam berupaya membangun Soppeng, menuju daerah yang unggul di Sulawesi Selatan, dan bahkan di negeri ini. Keduanya nampak mesra hingga kini. Tak ada gap di antara mereka berdua, layaknya kepala-kepala daerah lain, yang belum beberapa tahun berkuasa sudah nampak keretakan antara Pak Bupati dan wakilnya.
"Di Soppeng ini, tak pernah terjadi perselisihan antara Bupati dan Wakil Bupati. Dalam segala hal," begitu ungkapan salah satu pengunjung rumah makan yang saya tempati nongkrong di dekat pusat pertokoan yang terletak di pusat kota.
Itu benar, seperti yang telah banyak saya baca di berita-berita.
Supriansa tersenyum. Ia hanya berucap santun, "Saya hanya memdampingi  Pak Bupati. Saya hanya pembantu beliau dalam menakhodai Kabupaten Soppeng,'' gumamnya merendah.
Ia tak tahu saya baru saja menulis tentang dirinya, dan daerah kekuasaannya. Daerah yang terkenal dengan sebutan Bumi Latemmamala.