Mohon tunggu...
Zainal Tahir
Zainal Tahir Mohon Tunggu... Freelancer - Politisi

Dulu penulis cerita, kini penulis status yang suka jalan-jalan sambil dagang-dagang. https://www.youtube.com/channel/UCnMLELzSfbk1T7bzX2LHnqA https://www.facebook.com/zainaltahir22 https://zainaltahir.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/zainaltahir/ https://twitter.com/zainaltahir22 https://plus.google.com/u/1/100507531411930192452

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Saham Grup Bakrie Menggeliat?

21 Februari 2018   14:32 Diperbarui: 21 Februari 2018   15:53 1379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dipicu oleh reli emiten PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) --salah satu perusahaan go public yang bernaung dalam Grup Bakrie, hingga mencapai puncak di harga Rp. 296 per lembar saham pada perdagangan tadi pagi (21/2), di benak  saya mulai muncul anggapan bahwasanya saham Grup Bakrie mulai menggeliat lagi. Apalagi dalam perdangan kemarin, ENRG ditutup dengan standar kiri alias auto reject, dengan kenaikan yang luar biasa, mencapai puncak pas market close.

Apakah kesimpulan sementara yang terbersit di benak saya ini bisa dijadikan pegangan untuk berselancar di lautan pasar modal negeri ini, dengan menggunakan perahu motor yang mesinnya sering ngadat, dan malah ada yang mati sama sekali? Perahu motor yang saya maksud adalah kesembilan perusahaaan Grup Bakrie yang bertengger di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kesembilan perusahaan itu adalah sebagai berikut :

1. PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR)
Total utang: Rp 6,39 triliun (2015), turun 8,58% dari R6,99 triliun (2014).
Masih tertambat di pinggir lautan dengan harga saham: Rp 50 per lembar. Ia  terkubur di situ sejak tahun 2012. Hari ini ada upaya untuk mencoba menghidupkan mesinnya, walau rasa-rasanya berat untuk bunyi. Untuk BNBR ini, sebaiknya berburulah di pasar nego, harganya jauh lebih murah.

2. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)
Total utang: Rp 9,61 triliun (2015), naik 39,88% dari Rp 6,87 triliun (2014).
Harga saham BRMS pernah mencapai puncak di Rp. 820 per lembar. Kejadiannya awal Desember 2010 silam. Pergerakannya cukup fluktuatif. 1 Februari 2017 lalu harganya mencapai Rp. 156 per lembar. Pada penutupan sesi pertama hari ini, ditutup di Rp. 84, walau sempat ke Rp. 89. Pergerakannya cukup bagus. Bagi saya, layak ditradingkan.

3. PT Bakrie Telecom Tbk. (BTEL)
Total utang: Rp 5,57 triliun (2015), naik 17,76% dari Rp 4,73 triliun (2014).
Lupakan saham ini. Sejak 1 April 2013, ia mulai tertidur pulas hingga kini di harga saham Rp 50 per lembar. Saya lirik market yang sedang break, ada 4.648.096 lot atau 464.809.000 lembar saham yang ditawarkan pemiliknya di harga gocap. Di pasar nego? Ada tuh 10.000 lot lebih yang mau dilego di harga Rp. 9. per lembar. Tertarik? Kalau saya tak berani. Pertanyaan besarnya, apa sih usaha Bakrie Telecom yang jalan saat ini? Kecuali tiba-tiba ada berita bahwasanya pihak Singtel akan mengakuisisi Bakrie Telecom.

4. PT Bumi Resources Tbk. (BUMI)
Total utang: Rp 62,2 triliun (2015), naik 21,37% dari Rp 51,25 triliun (2014).
BUMI sebenarnya merupakan salah satu anak usaha dari saham BNBR yang merupakan induk kelompok grup Bakrie. BNBR terpaksa melepas seluruh portofolionya di BUMI lantaran sedang dililit utang gadai saham dengan jumlah pokok sebesar Rp 11,51 triliun dan bunga pinjaman sekitar Rp 1,22 triliun. Totalnya sekitar Rp 12,73 triliun.

Untuk membayar utang tersebut, grup Bakrie pun melakukan kontrak kerja sama dengan Vallar Plc dengan cara menjual saham BUMI. Diharapkan dengan melepaskan sebagian kepemilikannya terhadap saham BUMI, dapat memperbaiki harga saham BUMI dan membantu kinerja saham-saham Bakrie lainnya. 

Namun, bukannya membaik, saham BUMI justru terus tergerus akibat keinginan Vallar Plc untuk menguasai seluruh saham BUMI. Awalnya, Nathaniel Rothschild selaku pemilik Vallar Plc membuat perjanjian jual beli saham dengan BNBR. Dalam transaksi tukar saham ini, Grup Bakrie melepaskan 5,2 miliar (25%) saham BUMI di harga Rp 2.500 per saham, senilai Rp 13 triliun kepada Vallar Plc. Selanjutnya, Vallar melepas 90,1 juta saham baru seharga GBP 10 per saham kepada Bakrie. Dengan demikian, Bakrie menguasai 43% saham Vallar Plc, sedangkan Vallar Plc memiliki 25% saham BUMI.

Harga saham Bumi Plc di London Stock Exchange terus tergerus. Kondisi itu dimanfaatkan Nat untuk menguasai Bumi Plc. Itulah yang menjadi alasan Kelompok Bakrie untuk keluar dari kubu Nathaniel Rothschild, dan menjadikan BUMI sebagai titik tolak kebangkitan mereka berkat tingginya prospek yang dimiliki saham tersebut.
Berakhirnya masa stagnan BUMI diawali pada 13 Juni 2016 lalu, yang didukung oleh adanya rencana BUMI untuk melunasi utang-utangnya dengan cara rekonstrukturisasi utang. 

Sentimen itu membuat saham BUMI langsung melonjak dari Rp 50 hingga Rp 67 dan berlanjut hingga 3 hari, yang membuat saham BUMI sempat menyentuh level Rp 90 namun akhirnya masuk dalam daftar unusual market activity (UMA) dan kembali melemah akibat pergerakannya yang tidak wajar.

Setelah disuspensi beberapa waktu, kembali terdengar isu bahwa BUMI akan melakukan konversi utang menjadi saham. Mendengar hal itu, para investor langsung berlomba membeli BUMI, yang mengakibatkan saham BUMI beberapa kali harus disuspen hingga akhirnya menguat lebih dari 1.000% di level Rp 500.  BUMI ini paling asyik ditradingkan berhubung saham ini terkenal dengan sebutan saham sejuta umat. Saya yakin masih banyak investor yang menyimpannya di harga-harga tinggi, dan selalu berharap BUMI kembali ke harga di tahun 2007 - 2008 sebelum krisis global melanda dunia.  Saya setiap hari mengamati pergerakan BUMI. Ketika harganya jatuh hingga 5% dan berlangsung berhari-hari, minimal 3 hari, maka saya anjurkan untuk siap-siap entry buy. Lalu, cepat jual ketika sudah untung 3% hingga 5%. Trading di BUMI bagi saya sangat mengasyikkan.

Kini, harga BUMI bertengger di Rp. 334 per lembar. Dua bulan perdagangan terakhir, secara teknikal, pergerakan BUMI cukup bagus.

5. PT Darma Henwa Tbk. (DEWA)
Total utang: Rp 0,73 triliun (2015), turun 25,51% dari Rp 0,98 triliun (2014).
Pergerkah harga saham DEWA mengekor pada BUMI. Saham Grup Bakrie yang cepat ambil sikap latah yah, si DEWA ini. Lihat saja, sudah berhari-hari tes-tes vokal untuk siap-siap naik ke pentas. Dan, hari ini ternyata DEWA sudah mulai manggung lagi. Ia per saat ini pukul 13.50, di harga Rp. 62 per lembar. Telah naik sebeasar 24% sejak pagi. Saya ingatkan di saham DEWA ini, kalau sudah untung cepat take! Dan, hindari lompat kodok, jika mikrolet sedang lari kencang. Jangan sampai begitu masuk di harga puncak, DEWA terjerembab lagi ke gocap.

6. PT Bakrieland Development Tbk. (ELTY)
Total utang: Rp 4,9 triliun (2015), naik 17,51% dari Rp 4,17 triliun (2014).
Setali tiga uang dengan BTEL, cuma ELTY lebih ada harapan karena masih nampak ada pekerjaaannya yang bergerak dan menghasilkan. Sabar saja menunggu ELTY siuman dan bergerak meninggalkan zona gocap. Saya termasuk pemegang saham ini dalam jumlah sedikit saja. Harganya Rp 50 per lembar.

7. PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG)
Total utang: Rp 6,19 triliun (2015), turun 2,98% dari Rp 6,38 triliun (2014).
Harga saham hari ini sudah mencapai  Rp. 296 per lembar. Kemarin auto rejection, dan hari ini tetap hijau lumut. Kenaikannya cukup signifikan, walau begitu sebagai trader yang kebanyakan menganut aliran teknikalis musti waspada terhadap kemungkinan saham ini koreksi. Sesunggahnya ENRG harganya belumlah ideal saat ini lantaran tahun lalu ada aksi reverse stock (8 : 1). Saya membeli saham ini seharga Rp. 50 per lembar sebanyak 100.000 lembar sebelum aksi korporasi tersebut. Kini saya masih rugi sekitar 44% lebih, dan jumlah saham saya sisa 12.500 lembar. saya akan untung jika harga ENRG di atas Rp. 500. Entah kapan?

8. PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk. (UNSP)
Total utang: Rp 10,54 triliun (2015), naik 2,13% dari Rp 10,32 triliun (2014).
Ini saham perkebunan dan CPO milik Grup Bakrie. Goyangannya mirip ENRG, walau cenderung agak lambat. Ia juga telah selesai melewati aksi reverse stock (10 : 1). Anda tinggal pilih, mau trading ENRG atau UNSP? Bagi saya, daripada menanggung resiko yang cukup mendebarkan, mending trading di saham yang lain saja di sektor ini. Masih ada AALI dan LSIP, yang relatif lebih aman.

9. PT Capitalinc Investment Tbk. (MTFN)
Total utang: Rp 470 milliar (2015), turun 346% dari Rp 1,629 triliun (2014).
Saham Grup Bakrie yang satu ini tertidur pulas. Tak ada tanda-tanda bangun. Mungkin ia sudah terbang ke alam mimpi dan lupa terjaga. Nasibnya, lebih parah dari BTEL, BNBR dan ELTY. Kerugian tahun lalu saja mencapa Rp. 1,2 triliun. Harga saham Rp 50 per lembar.

Jadi, saran saya, jika ingin trading di saham Grup Bakrie yang sembilan perusahaan itu, jangan lebih dari 10% dana yang dialokasikan di situ. Jika punya Rp. 100.000.000, maka Rp. 10 juta saja buat keluar masuk di saham-saham tersebut. 

Ini agar fortofolio kita nampak sehat.

ZT - Kemayoran, 21 Februari 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun