Mohon tunggu...
Zainal Abidin El Hanifa
Zainal Abidin El Hanifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah Kebudayaan Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

saya saat ini sedang menempuh jenjang perguruan tinggi di Yogyakarta dan sedang mencoba untuk menulis di Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Keruntuhan Dinasti Abbasiyah: Degradasi Moral hingga Serangan Bangsa Mongol

20 Juni 2024   11:19 Diperbarui: 20 Juni 2024   14:36 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi-kondisi semacam ini menyebabkan perekonomian Dinasti Abbasiyah menjadi carut-marut. Instabilitas ekonomi juga mempengarhui situasi politik saat itu. Sehingga dapat dikatakan bahwa kedua hal ini saling berkaitan.

Perang Salib, source: https://id.pinterest.com/pin/15270086222238789/
Perang Salib, source: https://id.pinterest.com/pin/15270086222238789/

Faktor Eksternal

  • Perang Salib

Kemenangan yang diperoleh kaum Muslimin pada perang yang berlangsung di Manzikart tak ayal menanamkan benih kedengkian pada hati kaum Kristen. Kebencian ini semakin bertambah tatkala Dinasti Seljuk membuat kebijakan yang mempersempit gerak orang Kristen yang ingin berziarah ke Yerusalem. Peristiwa ini membuat Paus Urbanus II memerintahkan para penguasa Eropa bersatu untuk melancarkan perang suci (Perang Salib).

Perang yang berlangsung selama 3 periode dan hampir menyentuh 2 abad. Meskipun umat Islam berhasil mempertahankan kekuasaannya, akan tetapi perang yang berlangsung cukup lama menimbulkan kerugian yang tidak sedikit disebabkan karena perang berlangsung di wilayah kaum Muslimin. Peperangan ini juga membuat banyak diantara wilayah Abbasiyah yang memisahkan diri dan mendirikan dinasti baru.

Ketika Abbasiyah dilanda berbagai konflik baik dari luar maupun dalam, bermil-mil jauhnya dari Baghdad tepatnya wilayah Persia terjadi penyerangan dan genosida besar-besaran yang dilakukan oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan. Khalifah Al-Musta'shim yang saat itu dipusingkan dengan pertikaian antara Muslim dan dzimmi, syi'ah dan Sunni, dan pertikaian aliran agama, mengakibatkan ia tidak menghiraukan ancaman yang akan menghantui Baghdad.

Setahun sebelumnya tepatnya di tahun 1257 surat yang dikirimkan oleh Hulagu Khan kepada Khalifah Abbasiyah telah dikirimkan. Surt itu berisi ultimatum kepada penguasa Abbasiyah agar mau memberikan jalan bagi pasukan Tartar untuk melewati jalan di daerah Baghdad. Mengetahui ultimatum tersebut, Al-Mu'tashim bersifat acuh tak acuh dan enggan memberikan jawaban. Pendapat lain meyebutkan bahwa penyerangan Mongol disebabkan oleh keengganan Abbasiyah untuk menerma kerjasama yang ditawarkan Mongol untu melumpuhkan kelompok Assasin yang sering berbuat rusuh di kawasan Mongol. Tawaran yang dikirim dalam bentuk surat itu sialnya diterima oleh wazir al-Qemi yang beraliran Syi'ah. Tidak ingin kerjasam itu terjalin, akhirnya al-Qemi membalas sendiri tawaran Hulagu Khan dengan nada penghinaan dan penolakan. Maka dengan kemarahan yang bergejolak pasukan Mongol bergegas menuju daerah Baghdad dan langsung menggempur benteng-benteng penahan. Melihat gempuran tersebut Khalifah yang ketakutan ditemani ratusan pejabat istana tergopoh-gopoh menyerahkan diri tanpa syarat. Sepuluh hari setelah penyerahan diri mereka akhirnya dibunuh.

Baghdad pada masa itu memasuki masa kelamnya, genosida dan penghancuran tidak henti-hentinya dilakukan oleh pasukan Mongol selama 40 hari. Pembunuhan masal yang terjadi berhari-hari menjadikan kota Baghdad dipenuh bau busuk yang menyengat. Tidak sanggup dengan bau tersebut Hulagu Khan terpaksa menarik mundur sementara pasukan Tartar selama beberapa hari.

Runtuhnya Baghdad menandai berakhirnya pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Keruntuhan ini juga mengakhiri serangkaian problem sosial yang telah lama terjadi di tubuh Abbasiyah. Jika kita melihat luasnya wilayah Abbasiyah serta besarnya sumber daya manusia yang memiliki kemampuan di bidang militer, bisa saja pasukan Mongol dapat dibendung yang notabennya masih menggunakan alat-alat tradisional dalam penyerangannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun