Mohon tunggu...
Zainal Abidin El Hanifa
Zainal Abidin El Hanifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah Kebudayaan Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

saya saat ini sedang menempuh jenjang perguruan tinggi di Yogyakarta dan sedang mencoba untuk menulis di Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Politik

Revolusi Iran: Ketika Ulama dan Rakyat Bersatu Meruntuhkan Monarki

9 Februari 2024   13:02 Diperbarui: 30 Maret 2024   14:10 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Khomeni beertemu para simpatisan: https://id.pinterest.com/pin/604960162474014841/

Latar Belakang Revolusi Iran

Setelah pemerintahan dipegang oleh Rezim Qajar, keadaan Iran berada pada periode lemah. Terbukti dengan beberapa provinsi yang mulai memutuskan untuk berpisah dari bendera Iran. Perpecahan ini berbuntut dari fanatisme kesukuan yang selalu digemborkan oleh tokoh-tokoh kesukuan mereka. Tidak seperti pada masa Syafawiyah memimpin, rezim Qajar tidak dapat memegang kepemerintahan secara berdaulat. Hal ini membuat rakyat merasa tidak puas dengan pemerintahan.

Pada akhirnya gerakan masapun tidak dapat dihindarkan. Hal ini dipicu oleh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Iran yang justru membuat kekecewaan kembali muncul di hati rakyat Iran. Kebijakan yang dikeluarkan salah satunya yakni pemberian konsesi kepada perusahan tembakau asal Inggris sehingga terkesan mendewakan dominasi asing atas ekonomi di Iran. Salah satu tuntutan yang dilontarkan rakyat Iran yaitu reformasi konstitusional yang isinya membatasi pengekangan kerajaan atas rakyat. Setelah berjuang cukup lama, pada akhirnya konstitusi yang baru pun resmi disahkan pada tahun 1906.

Kehadiran konstitusi baru justru menjadi dalang terjadinya konflik berkepanjangan Iran. Konstitusi yang diinginkan kelompok ulama, pedagang, dan yang lainnya ternyata mendapat perlawanan dari kubu  Syah, ulama konservatif, dan para tuan tanah. Konflik terus berlangsung selama kurun waktu 1911-1925. Di tahun 1925, Dinasti Qajar akhirnya berhasil digulingkan oleh rezim Pahlevi dan didirikannya Dinasti Pahlevi yang bercorak monarki.

Rezim Pahlevi lahir dari ideologi nasionalis namun pada kenyataannya memerintah secara otoriter. Rezim yang saat itu diperintah oleh Reza Khan memberlakukan program modernisme ekonomi dan westernisasi kultural secara gigih. Pemerintahan yang dijalankan secara otoriter pada akhirnya dapat menyatukan kembali perpecahan di kalangan rakyat Iran. Akan tetapi pada tahun 1944, Reza Khan meninggal dunia sehingga digantikan oleh anaknya yang bernama Mohammad Reza Syah yang saat itu masih berumur 20 tahun. Penobatan ini ditunjuk langsung oleh pemerintahan Inggris dan Rusia.

Proses Terjadinya Revolusi Iran

Mohammad Reza Syah, sourch: https://www.factinate.com/people/facts-reza-khan-shah
Mohammad Reza Syah, sourch: https://www.factinate.com/people/facts-reza-khan-shah

Pada mulanya pemerintahan Mohammad Reza Syah mendapat dukungan dari kalangan ulama. Akan tetapi memasuki tahun ke 60-70'an para ulama mulai mengadakan perlawanan kepada kubu pemerintah diakibatkan kebijakan rezim Pahlevi yang dianggap mulai mengusik lembaga keagamaan serta hak-hak hidup para ulama. Perlu kita ketahui bahwa setelah Perang Dunia II, Iran telah mendapatkan "paman" baru yakni Amerika sehingga segala gerak-gerik Iran selalu berdasarkan keputusannya .

Maka sejak tahun 1962 para ulama yang saat itu dipimpin oleh Ayatullah Khomeni dengan gencar memompa semangat rakyat Iran untuk mengadakan pemberontakan ke pemerintah atas program modernisasi yang dilancarkan. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah akhirnya menangkap dan mengasingkan Khomeni ke luar negeri yang dimulai dari Turki, Irak, kemudian ke Prancis. Walaupun diasingkan, akan tetapi Khomeini tetap dapat berorasi menggalangkan semangat para demonstran melalui kaset-kaset yang dikirim ke Iran oleh agen Khomeini sendiri.

Di era 70'an, rezim Pahlevi semakin represif terhadap gerakan-gerakan dari para ulama dan demonstran yang dianggap mengganggu stabilitas pemerintah. Tidak jarang terjadi penindasan, penganiayaan bahkan pembunuhan oleh para aprat kepada mereka yang menentang kebijakan yang dibuat Syah. Akan tetapi semenjak isu HAM mulai digaungkan oleh Amerika sendiri, tanda-tanda kejatuhan Dinasti Pahlevi mulai terlihat. Berbagai tindak pelanggaran HAM oleh Syah dan kaki tangannya yaitu Savak mulai disorot untuk dilakukan investigasi dari beberapa pengacara Iran.

Simpatisan Khomeni: https://id.pinterest.com/pin/193021534021585464/
Simpatisan Khomeni: https://id.pinterest.com/pin/193021534021585464/

Puncaknya tatkala Mustofa yang merupakan anak dari Khomeini tewas secara misterius di tempat tidurnya pada tahun 1977. Hal ini menimbulkan demonstrasi dari kalangan yang saat itu berjumlah 4 ribu massa. Akan tetapi mereka justru dipukul mundur oleh para aparat, sedikitnya 70 orang dinyatakan meninggal dalam demonstrasi itu. Kejadian ini tak ayal menimbulkan demonstrasi yang lebih besar lagi. Puncaknya tatkala peringatan meninggalnya Husein yang dirayakan tanggal 1 Desember (10 Muharam) dirayakan sembari melakukan demonstrasi ke Pemerintah. Demonstrasi yng diikuti ratusan ribu orang ini berakhir ricuh dan memakan korban sampai 4000 orang lebih.

Sejak tahun 1978-1979 demonstrasi hampir setiap hari terjadi. Kelompok sekuler dan kelompok Islamis yang terdiri oleh para mahasiswa, buruh, dan pegawai akhirnya kompak bersatu melawan Syah. Tidak henti-hentinya semangat terus digemborkan oleh Khomeini dari jauh kepada para demonstran. Secara perlahan Syah mulai kehilangan kekuatan terlebih setelah sebagian tentara mulai membelot mendukung kelompok opsisi.

Pada detik-detik terakhir kepemimpinannya, Syah beberapa kali melakukan manuver politik sebagai upaya untuk bertahan di tubuh politik pemerintahan Iran. Manuver politik yang dilakukan misalnya dengan mengangkat Syahpur Bakhtiar sebagai perdana menteri serta pembentukan dewan negara dan menyusupi orang-orangnya di sana. Akan tetapi kebijakan ini justru semakin menyulut demonstran untuk menggulingkan kekuasaanya. Akhirnya di bulan Januari tahun 1979 Syah beserta istrinya melarikan diri ke Los Angels dan meninggalkan Iran dengan Syahpur sebagai perdana menteri.

https://id.pinterest.com/pin/398216792065806921/
https://id.pinterest.com/pin/398216792065806921/

Di bulan yang sama para demonstran turun ke jalan untuk menuntut mundur kepada perdana menteri tersebut. Di bulan februari, Khomeini akhirnya pulang ke Iran dan mendampingi para demonstran untuk menggulingkan secara utuh rezim Pahlevi dari pemerintahan Iran. Di hadapan publik, Khomeini mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi seekaligus meminta Syahpur untuk mundur dari jabatannya. Maka sejak saat itu, rezim Pahlevi yang berdiri sejak tahun 1925 pun berakhir. Hal ini menandai pula tamatnya sistem monarki di pemerintahan Iran yang telah eksis selama 2500 tahun lamanya.

  

Dampak Revolusi Iran

Teknologi nuklir yang dikembangkan Iran, sourch: https://aceh.tribunnews.com/2023/02/18/saking-takutnya-menhan-israel-akan-cegah-iran-punya-senjata-
Teknologi nuklir yang dikembangkan Iran, sourch: https://aceh.tribunnews.com/2023/02/18/saking-takutnya-menhan-israel-akan-cegah-iran-punya-senjata-

Revolusi Iran memberikan dampak yang besar bagi eksistensi Iran sebagai sebuah negara yang berdaulat seutuhnya. Keberhasilan Khomeini menggulingkan kediktatoran Syah menjadi bukti bahwa dalam sejarah, kalangan agamawan juga dapat mengobarkan semangat untuk meruntuhkan rezim pemerintah. Selepas Iran mengalami revolusi, sistem pemerintahan diubah menjadi sistem republik dengan kekuasaan tertinggi berada di bawah seorang ulama. Ulama berperan sebagai pengawas dan pembimbing jalannya pemerintahan.

Selain itu, di bidang ekonomi Iran mulai tidak bergantung lagi kepada negara asing. Meskipun mendapat embargo dari negara-negara barat, akan tetapi Iran tetap semangat dalam meningkatkan taraf hidup rakyat dengan konsep kemandirian. Adanya ancaman dari Amerika dan pemberontakan rezim Ba'ats menyadarkan Iran untuk menguatkan sistem pertahanan dan keamanan negaranya. Akhirnya secara pasti Iran mulai mengembangkan industri militernya hingga mampu menarik negara lain untuk menjalin kerjasama.

Di bidang pendidikan, Iran mulai gencar menggalangkan upaya pemberantasa buta huruf dan mengupayakan setiap lapisan masyarakat mendapatkan pendidikan formal yang layak. Dengan mayoritas mahasiswa diisi oleh kaum perempuan membuktikan bahwa pendidikan diberikan kepada semua pihak. Pada perkembangannya pendidikan yang maju akhirnya melahirkan pula ilmuan dan pakar sains dan teknologi Iran. Mereka berhasil mengembangkan teknologi nuklir sebagai sumber daya pembangkit listrik serta teknologi nano sebagai bagian dari penemuan yang menakjubkan di era itu. Teknologi lain yang berkembang saat itu adalah pembangunan sistem antariksa dan peluncuran roket pembawa satelit Safir ke luar angkasa. Seluruh keberhasilan tersebut merupakan bukti dari kesuksesan pemimpin Islam menggelorakan revolusi atas negara Iran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun