Â
Latar Belakang Revolusi Rusia
   Revolusi Rusia berawal dari tuntutan kaum petani yang merasa dirugikan akibat kekangan yang mereka terima dari pemerintahan Uni Soviet. Pergerakan awal yang dilakukan yaitu dengan melakukan mogok kerja sebagai tuntutan perbaikan sistem tata kerja yang dinilai buruk. Seiring persebaran industrialisasi, kaum petani beralih menjadi buruh pekerja di pabrik-pabrik dan pertambangan. Di tahun 1905, para buruh melakukan pemberontakan menuntut penyamarataan hak serta mengganti ideologi Komunis ke ideologi Liberal. Di tengah kekacauan, Tsar Nicholas II memutuskan penjaminan kebabasan hak dan berserikat serta pembentukan parlemen. Akan tetapi pembentukan parlemen ini justru menimbulkan permasalahan baru dengan pertentangan yang terjadi antara kaum sosialis dan liberalis. Pada akhirnya Tsar II memutuskan untuk memihak kepada kaum sosialis dan langsung membubarkan Parlemen.
   Sejak kalahnya Uni Soviet dalam  perang melawan Jepang, isu revolusi di pemerintahan Uni Soviet semakin marak digaungkan. Berbagai gerakan muncul dari rakyat yang berusaha mendapatkan persamaan hak dan perlakuan yang manusiawi dari pemerintah. Meskipun sering dipukul mundur oleh aparat, namun semangat rakyat ini tidak  bisa dibendung sehingga revolusi benar-benar terjadi. Revolusi ala Uni Soviet menghadapi masalah dari peperangan yang diikuti.
Proses Terjadinya Revolusi Rusia
Kepemimpinan Tsar Nicolas II yang dirasa terlalu mengekang dan otoriter membuat rakyat menyimpan kemarahan di hati mereka. Kemarahan ini semakin bergejolak tatkala krisis ekonomi yang disebabkan oleh kekalahan Uni Soviet dalam Perang Dunia I. Puncaknya adalah ketika terjadi pemogokan kerja serta kerusuhan masal yang dilakukan oleh para pekerja sebagai bentuk kekesalan. Meski telah menerjunkan aparat, akan tetapi kerusuhan tidak kunjung reda bahkan sebagian aparat membelot ke para pekerja. Merasa tidak ada dukungan lagi dari rakyat, Tsar II akhirnya memutuskan untuk membubarkan kekaisaran pada tahun 1918.
Setelah kekaisaran dibubarkan, pemerintahan koalisi sementara yang terdiri atas koalisi komunis dan liberalis (Bolshevik) didirikan. Akan tetapi, pada waktu ini pemerintahan masih dipegang oleh kaki tangan kekaisaran. Mereka pada akhirnya tetap melanjutkan ekspansi ke wilayah Eropa Timur. Pembentukan koalisi baru ternyata bertujuan untuk melanjutkan kiprah Rusia dalam Perang Dunia I. Akan tetapi tujuan ini ditentang oleh kelompok Komunis Ekstrimis. Kelompok ini sangat ingin Rusia berhenti ikut campur dalam peperangan yang berlangsung. Keinginan Komunis Ekstrimis ternyata tidak ditanggapi serius oleh kaum Bolsevik, mereka tetap bersikukuh ingin melanjutkan kiprah Rusia di Perang Dunia I.
Serangan pertama dilancarkan ke Eropa Timur pada bulan April 1917. Sayangnya serangan ini justru berbuntut kekalahan diakibatkan desersi masal yang dilakukan para tentara sosialis yang terdiri atas kaum buruh dan petani. Akhirnya Jerman saat itu berhasil menahan serangan dari Rusia. Di lain sisi, pemerintahan lama ternyata mulai menghimpun kekuatan untuk menumbangkan rezim baru (Bolshevik). Mereka mendapat dukuang dari simpatisan yang pro-kekaisaran dan tuan tanah yang menentang nasionalisasi komunis. Kehadiran kelompok anti-bolshevik inilah yang memicu perang saudara di tubuh Rusia.
Salah satu kelompok anti Bolshevik yang terkenal adalah orang-orang Cossacck yang pro terhadap kekasiaran. Mereka yang disebut sebagai Tentara Putih terkenal dengan orang yang ahli berperang. Pada perkembangannya, kelompok anti-Bolshevik semakin meluas dan melakukan penyerangan terhadap pemerintahan Bolshevik. Mereka menyerang dari arah timur (Siberia), barat (Ukraina), dan selatan (Asia Tengah).
Di tengah perang saudara yang berkecamuk, orang-orang Bolshevik ternyata telah membuat perjanjian dengan Jerman dan sekutunya untuk memperoleh keamanan. Permintaan ini tentu disambut baik oleh Jerman karena dinilai menguntungkan kepentingan mereka dalam Perang Dunia I. Pada akhirnya Rusia diberikan wilayah Polandia dan Baltik dengan imbalan Jerman tidak akan mengusik Rusia. Perjanjian ini dikenal dengan nama Traktat Brest-Litovsk dan disahkan pada bulan Maret 1918.
Pengesahan traktat ini ternyata dikecam oleh kelompok nasionalis yang pro kekaisaran. Mereka beranggapan dengan disahkannya traktat ini, sama saja dengan mempercundangi Rusia dalam keikutsertaannya pada Perang Dunia I. Pada akhirnya dengan bantuan negara-negara Blok Poros, Kelompok putih melancarkan berbagai pemberontakan.
Perang saudara akhirnya terjadi di hampir seluruh wilayah di Rusia. Dengan bantuan dari negara Triple Entente, kelompk putih pada akhirnya berhasil menekan kelompok merah (Bolshevik) sebagai pemegang pemerintahan yang baru. Kekalahan demi kekalahan membuat Bolshevik melakukan perubahan besar-besaran. Pasukan Tentara Merah mulai diperketat dan secara intens dengan adanya pendidikan militer. Kebijakan ini akhirnya berbuah manis dengan dipukul mundurnya tentara Putih  sampai ke wilayah Estonia. Tidak hanya itu, wilayah yang sebelumnya diduduki Jerman secara perlahan mulai direbut kembali. Akan tetapi beberapa wilayah tersebut enggan untuk bergabung kembali ke pangkuan Rusia. Mereka lebih memilih melakukan kontak peperangan dengan pasukan Merah sebagai upaya memperoleh kemerdekaan.
Dari tahun 1919-1921 peperangan antara Prajurit Merah dengan Prajurit Putih semakin gencar terjadi. Secara bergilir peperangan dimenangkan oleh keuda belah pihak. Akan tetapi dari beberapa kemenangan dapat terlihat bahwa Prajurit Merah mendominasi setiap peperangan. Pada akhirnya, Pasukan Putih dengan terpaksa mundur dan menyerah pada tahun 1921. Sejak saat ini, Pasukan Merah mulai mengincar negara sekitar dalam upaya mereka menyebarkan ideologi Kumunis yang mereka anut. Hal ini menandakan kemenangan mereka serta berakhirnya perang sipil yang terjadi di tubuh Rusia.
Dampak Revolusi Rusia
Revolusi Rusia yang terjadi pada kisaran tahun 1917 sampai 1922 memberikan dampak yang cukup signifikan di berbagai bidang, misalnya politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Revolusi yang dimenangkan oleh kubu komunis ini pada akhirnya menyebabkan ideologi mereka tersebar ke beberapa negara di dunia. Terlebih pada negara yang kalangan bawahnya tertindas oleh kelompok feodal.Â
Tidak hanya pada aspek politik, akan tetapi revolusi ini juga berdampak pada lahirnya revolusi Industri dan revolusi Hijau (Agraria). Karena dilanda krisis ekonomi pasca peperangan, maka revolusi dilakukan dengan memusatkan bidang perindustrian sebagai upaya membangkitkan perekonomian. Tidak hanya itu, banyaknya kerusakan lahan yang berfungsi sebagai tempat menjalankan perekonomian akhirnya diatasi dengan merancang terobosan baru yang disebut dengan Revolusi Agraria.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H