Selama di Mesir, kehidupan bangsa Yahudi terus mengalami perkembangan. Berakhirnya generasi-generasi awal keturunan Israel melahirkan Yahudi baru. Mereka dikenal sebagai bangsa yang makmur juga menjadi pemegang roda perekonomian Mesir. Akan tetapi lama-kelamaan benih-benih kebencian mulai muncul dari hati masyarakat Mesir. Hal ini bukanlah tanpa sebab, rakyat Yahudi saat itu terkenal sangat mengucilkan diri dari kehidupan luar. Mereka tidak mau menjalin hubungan dengan orang-orang selain mereka. Selain itu kecerdikan mereka dalam memanipulasi sistem perdagangan membuat perekonomian Mesir melemah.
Kelicikan Yahudi berakhir ketika munculnya pemimpin Mesir yang terkenal diktator dan dzhalim, ia merupakan firaun yang banyak digambarkan dalam Al-Qur'an. Firaun yang bernama Ramzes II ini menjadikan bangsa Yahudi sebagai budak. Setelah mengalami kesengsaraan yang cukup lama, maka diutuslah seorang nabi dari keturunan mereka bernama Moses (Musa as.). Secara garis nasab, Musa merupakan keturunan Yakub as dari anaknya yang bernama Levi. Musa hadir sebagai pelindung orang-orang Yahudi. Setelah berbagai derita yang dialami, Firaun akhirnya memberikan kesempatan bagi rakyat Yahudi untuk keluar dari negeri Mesir.
Bukannya memanfaatkan kesempatan yang diberikan dengan baik, orang-orang Yahudi secara terang-terangan mencuri harta-harta milik perempuan Mesir untuk dibawa kabur. Peristiwa ini kemudian memicu kemarahan Fir'aun sehingga diperintahkanlah bala tentaranya untuk mengejar bangsa Yahudi yang sedang dalam perjalanan. Orang-orang Yahudi berhasil selamat dari kejaran Fir'aun karena bantuan Musa as. Perstiwa ini diabadikan dalam salah satu surat yang ada di dalam Al-Qur'an. Pencurian yang mereka lakukan didasarkan dengan dalih bahwa Tuhanlah yang memerintahkan mereka untuk mencuri harta tersebut. Padahal tidak lain mereka sendiri yang mengarang cerita sedemikian rupa sebagai upaya pembenaran. Peristiwa pelarian ini kemudian mereka jadikan sebagai salah satu nama dalam kitab suci dari Bibel yang bernama eksodus (keluaran).
Selamat dari kejaran Firaun tidak membuat mereka sadar dan bertaubat, ketika perjalanan ke negeri Kan'an mereka mendapati orang-orang yang menyembah berhala. Di dalam hati mereka timbul keinginan untuk menyembah sesembahan yang sama. Mereka kemudian meminta Musa as. untuk dibuatkan sesembahan yang serupa. Hal ini tentu membuat Musa geram dan mengutuk keinginan mereka. Puncaknya tatkala Musa diperintahkan oleh Allah untuk pergi ke Bukit Tursinai untuk mendapatkan wahyu, orang-orang Yahudi  membuat sesembahan berupa sapi betina. Nabi Harun as. yang saat itu diamanahi oleh Musa as. untuk menjaga Yahudi tidak kuasa membendung kesesatan mereka.
Bani Israil dikenal sebagai bangsa yang pengecut, mereka saat itu sangat takut memasuki daerah Palestina (Kan'an) yang diisi oleh bangsa-bangsa yang kuat. Nabi Musa menjanjikan mereka bahwa Allah swt. akan memberikan mereka pertolongan, akan tetapi ketakutan mereka terhadap orang-orang Palestina lebih besar dari iman mereka kepada Allah swt. Maka dari itu di dalam surah Al-Maidah ayat 26 Allah swt. mengharamkan atas mereka tanah Palestina selama 40 tahun. Hal ini kemudian menjadikan mereka sebagai bangsa pengembara yang tidak tahu arah bahkan sampai wafatnya Nabi Musa as. dan Nabi Harun as.
Sebelum meninggal, Musa as. Mengangkat Yusya bin Nun (Nabi Yoshua) menjadi pemimpin orang-orang Yahudi. Di bawah kepemimpinan Nabi Yusya, bangsa Yahudi secara  perlahan akhirnya mulai menaklukkan beberapa wilayah Palestina. Menurut J. Smith, keberhasilan Yahudi ini merupakan langkah perubahan bagi bangsa Yahudi untuk memulai sistem politik. Sistem pemerintahan awal Bangsa Yahudi adalah dengan mengangkat para Hakim. Model pemerintahan ini berlangsung selama 400 tahun, adapun berakhirnya pemerintahan ini tatkala berbagai bangsa luar mulai melakukan perlawanan terhadap Bangsa Yahudi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H