Mohon tunggu...
Zainal Abidin El Hanifa
Zainal Abidin El Hanifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah Kebudayaan Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

saya saat ini sedang menempuh jenjang perguruan tinggi di Yogyakarta dan sedang mencoba untuk menulis di Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bangsa Akkadia: Orang-Orang Semit Penguasa Mesopotamia

10 Juli 2023   07:31 Diperbarui: 10 Juli 2023   09:00 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada sekitaran tahun 2500 SM, bangsa semit dari Akkadia mulai menguasai Mesopotamia selama dua abad. Bangsa Akkadia sejatinya bukan merupakan penduduk asli Mesopotamia. Mereka adalah penduduk yang bermigrasi dari wilayah padang pasir ke dataran Mesopotamia Tengah dan Utara. Di abad ke 24 SM, penguasa Akkadia saat itu berhasil menyatukan kekuatan negara-negara kota di Mesopotamia Utara untuk kemudian bersama-sama melakukan penyerangan ke wilayah Mesopotamia bagian Selatan. Wilayah selatan yang saat itu dihuni oleh Bangsa Sumeria akhirnya berhasil ditaklukkan di masa kekuasaan Raja Sargon.

Topeng Raja Sargon, sourch: https://id.pinterest.com/pin/355151120630663455/
Topeng Raja Sargon, sourch: https://id.pinterest.com/pin/355151120630663455/

Pada masa kejayaannya, Akkadia mampu menguasai kota-kota yang sempat diduduki oleh kerajaan Sumeria. Walaupun menggeser eksistensi dari Sumeria, akan tetapi Akkadia tetap mengambil kemajuan-kemajuan peradaban Sumeria. Orang-orang Akkadia mengadopsi sistem penulisan, penanggalan, dan perekonomian masyarakat Sumeria sehingga dalam prosesnya terjadi akulturasi dan asimilasi budaya. Maka dari itu, peradaban yang muncul di Akkadia adalah karena adanya proses inovasi, adopsi, dan modifikasi dari peradaban sebelumnya.

Dalam bidang politik, Akkadia mampu menyatukan kekuasaan di wilayah Mesopotamia dan luar wilayah Mesopotamia. Setiap negara kota menerapkan sistem pemerintahan feodal yang dipimpin oleh raja. Raja-raja mereka memiliki semangat ekspansif, sehingga kala itu Akkadia bisa diserbut sebagai sebuah imperium raksasa. Ekspansi banyak dilakukan ke wilayah Asia Kecil (Turki sekarang) bagian Timur.

Orang-orang Akkadia menganut sistem kepercayaan Politeisme dengan banyak menyembah dewa-dewa yang ditiru dari peradaban Sumeria. Beberapa nama dewa tersebut kemudian disesuaikan dengan dialek bahasa mereka yakni bahasa semitik. Setiap dewa dan dewi yang mereka sembah memiliki status dan tugas masing-masing dalam hierarki para dewa. Pada perkembangan selanjutnya, dewa-dewi tersebut  diberikan bentuk fisik serta emosi layaknya manusia. 

Ilustrasi sistem irigasi masyarakat Akkadia, sourch: https://id.pinterest.com/pin/827466131549999103/
Ilustrasi sistem irigasi masyarakat Akkadia, sourch: https://id.pinterest.com/pin/827466131549999103/

Perekonomian bertumpu pada pertanian dan industri (kerajianan tangan). Dalam menjalankan pertanian sendiri, mereka memiliki metode yang berbeda antara wilayah Utara dengan Selatan. Bagian Utara menggunakan sistem pertanian hujan musiman sedangkan untuk bagian Selatan menggunakan sistem pertanian irigasi. Dari pemaparan ini,  dapat disimpulkan bahwa kerajaan Akkadia bukanlah kerajaan yang inovatif, akan tetapi lebih kepada ekspansif dan kemiliteran. Asimilasi yang terjadi di Akkadia merupakan pengadopsian budaya-budaya dan bidang-bidang lain dari Sumeria.

Kerajaan Akkadia memasuki fase kemunduran di akhir masa kepemimpinan Naram-Sin. Sekelompok suku yang bernama orang-orang Guti melakukan penyerangan ke wilayah kekuasaan Akkadia. Dalam beberapa tulisan kronik peninggalan Akkadia, disebutkan bahwa orang-orang Guti digambarkan sebagai segerombolan perusuh yang memorak-porandakan tatanan kehidupan. Kekuatan Akkadia semakin melemah di masa pemerintahan Shar-Kali-Sharri (anak Naram-Sin). Beberapa negara kota seperti Amor dan Elam memanfaatkan kondisi demikian untuk melancarkan pemberontakan.

Patung orang Guti, sourch:https://en.wikipedia.org/wiki/Statues_of_Gudea
Patung orang Guti, sourch:https://en.wikipedia.org/wiki/Statues_of_Gudea

Di masa pemerintahan Shar-Kali-Sharri orang-orang Guti berhasil menguasai separuh dari kekuasaan Akkadia. Upaya mereka melemahkan kekuatan Akkadia yakni menutup akses perdagangan ke wilayah Akkadia. Hal ini membuat perekonomian Akkadia menjadi terhenti. Selain itu kemarau panjang pada masa itu turut memunculkan bencana kelaparan dan semakin merontokkan kekuatan Akkadia. Akhirnya di tahun 2115 SM Kerajaan Akkadia benar-benar runtuh setelah sebagian besar wilayahnya dikuasai oleh orang-orang Guti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun