Teknologi Metaverse
Meningkatkan Efisiensi Desa dengan***
Dalam era transformasi digital, adopsi teknologi baru menjadi kunci bagi lembaga pendidikan untuk menghadapi perubahan zaman. Salah satu teknologi yang semakin mendapat perhatian adalah metaverse, lingkungan virtual yang menawarkan pengalaman interaktif yang lebih mendalam bagi penggunanya. Di kawasan Teluk, institusi pendidikan tinggi mulai mengeksplorasi bagaimana metaverse dapat diterapkan untuk meningkatkan pembelajaran.Â
Artikel ilmiah karya Iman A. Akour, Rana Saeed Al-Maroof, Raghad Alfaisal dkk(2022) meneliti faktor-faktor yang memengaruhi adopsi metaverse di lembaga pendidikan tinggi. Mereka menggunakan pendekatan hybrid yang menggabungkan Structural Equation Modelling (SEM) dan Artificial Neural Networks (ANN), yang memungkinkan analisis yang lebih mendalam tentang faktor-faktor ini.
Fakta menarik yang ditemukan dalam penelitian ini adalah bahwa persepsi pengguna terhadap kegunaan dan kemudahan penggunaan memainkan peran penting dalam adopsi metaverse. Dalam konteks pendidikan, pengguna yang merasa teknologi tersebut bermanfaat dan mudah digunakan cenderung lebih terbuka terhadap inovasi. Data dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor inovasi pribadi, seperti keinginan untuk mencoba teknologi baru, juga memengaruhi tingkat adopsi metaverse. Secara khusus, atribut teknologi seperti *compatibility* dan *relative advantage* memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menentukan apakah sebuah teknologi akan diadopsi oleh institusi.
Adopsi teknologi baru, seperti metaverse, tidak hanya relevan di dunia pendidikan tetapi juga dapat diterapkan dalam konteks pemerintahan desa. Dalam era digitalisasi, pemerintah desa dapat memanfaatkan teknologi untuk memperbaiki tata kelola dan pelayanan publik. Mengadopsi metaverse, misalnya, bisa menjadi alat inovatif untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan.
***
Penggunaan metaverse dalam institusi pendidikan di kawasan Teluk, seperti yang dijelaskan dalam penelitian Akour dkk. (2022), memberikan gambaran jelas mengenai tantangan dan peluang dalam adopsi teknologi baru. Dengan menggunakan model TAM (Technology Acceptance Model), penelitian ini menyoroti bahwa faktor persepsi kegunaan (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan (perceived ease of use) menjadi dua elemen kunci dalam mendorong adopsi metaverse.Â
Data menunjukkan bahwa semakin tinggi persepsi pengguna terhadap manfaat teknologi ini, semakin besar kemungkinan mereka untuk mengadopsinya. Dalam konteks pendidikan, ini sangat penting, karena metaverse mampu menawarkan lingkungan pembelajaran yang lebih interaktif dan imersif, yang dapat memperkaya pengalaman belajar siswa.
Lebih jauh lagi, faktor inovasi pribadi dan atribut teknologi juga berperan besar dalam mempengaruhi adopsi. Inovasi pribadi, atau kecenderungan individu untuk mencoba teknologi baru, terbukti memiliki dampak signifikan dalam mempercepat adopsi metaverse. Institusi yang memiliki anggota yang lebih terbuka terhadap inovasi akan lebih mungkin mengintegrasikan teknologi baru ini ke dalam proses pembelajaran. Selain itu, atribut teknologi seperti compatibility (kesesuaian teknologi dengan sistem yang sudah ada) dan relative advantage (keunggulan relatif dibandingkan teknologi sebelumnya) menunjukkan bahwa adopsi metaverse dapat lebih mudah jika teknologi ini kompatibel dengan infrastruktur yang sudah ada di institusi.
Dalam konteks pemerintahan desa, teknologi metaverse juga memiliki potensi besar. Pemerintah desa dapat memanfaatkan metaverse untuk menciptakan ruang virtual di mana masyarakat dapat terlibat dalam diskusi dan pengambilan keputusan secara lebih interaktif. Misalnya, dalam pembangunan desa, masyarakat dapat menggunakan lingkungan virtual untuk memvisualisasikan proyek-proyek pembangunan dan memberikan masukan secara langsung. Ini dapat meningkatkan keterlibatan warga desa dan mendorong transparansi dalam proses pengambilan keputusan.Â
Berdasarkan survei yang dilakukan pada tahun 2021, sekitar 68% desa di Indonesia telah mengadopsi teknologi informasi dalam tata kelola mereka, namun sebagian besar masih berada pada tahap awal. Dengan adopsi teknologi metaverse, pemerintah desa dapat melangkah lebih jauh dalam meningkatkan partisipasi masyarakat serta meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Selain itu, penggunaan metaverse dapat membantu pemerintah desa mengatasi masalah geografis dan keterbatasan fisik. Misalnya, desa-desa terpencil yang sulit diakses dapat menggunakan ruang virtual untuk mengadakan pertemuan, pelatihan, atau konsultasi secara efisien. Di sinilah pentingnya persepsi kegunaan dan kemudahan penggunaan yang diungkap dalam penelitian Akour dkk. (2022). Untuk memastikan adopsi yang sukses, teknologi ini harus dirancang agar mudah diakses dan bermanfaat secara praktis bagi pemerintah desa dan warganya.
***
Adopsi teknologi metaverse dalam pendidikan dan pemerintahan desa memiliki potensi besar untuk meningkatkan keterlibatan dan efisiensi. Penelitian Akour dkk. (2022) menunjukkan bahwa persepsi kegunaan, kemudahan penggunaan, dan inovasi pribadi adalah faktor kunci yang mempengaruhi adopsi metaverse.Â
Dalam konteks pemerintahan desa, metaverse dapat digunakan untuk memfasilitasi keterlibatan masyarakat dan memperbaiki kualitas pelayanan publik. Dengan pemahaman yang tepat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi, pemerintah desa dapat merencanakan penerapan teknologi ini dengan lebih baik.
K
e depan, pemerintah desa perlu mempertimbangkan metaverse sebagai alat untuk meningkatkan tata kelola, terutama di desa-desa yang sulit dijangkau secara fisik. Dengan memanfaatkan teknologi ini, desa dapat lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat, meningkatkan transparansi, dan mendorong partisipasi yang lebih luas dalam proses pembangunan. Adopsi metaverse tidak hanya menjadi inovasi teknologi, tetapi juga langkah strategis untuk mempercepat transformasi digital di tingkat desa.
referensi :Â
Akour, I. A., Al-Maroof, R. S., Alfaisal, R., & Salloum, S. A. (2022). A conceptual framework for determining metaverse adoption in higher institutions of Gulf area: An empirical study using hybrid SEM-ANN approach. Computers and Education: Artificial Intelligence, 3, 100052. https://doi.org/10.1016/j.caeai.2022.100052
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H