Mohon tunggu...
Zainal Abidin
Zainal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa UIN MALANG

sebagai berikut

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Teknologi AI untuk Diagnosis Kardiocaskular Dini: Inovasi GWKM-NARX

15 September 2024   09:29 Diperbarui: 15 September 2024   09:35 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teknologi AI untuk Diagnosis Kardiovaskular Dini: Inovasi GWLM-NARX

***
Kecerdasan buatan (AI) telah mengalami perkembangan pesat dalam beberapa dekade terakhir, dengan dampak yang signifikan di berbagai sektor, termasuk kesehatan. Salah satu penelitian terbaru yang memanfaatkan AI untuk meningkatkan prediksi penyakit adalah penelitian oleh Sheikh Amir Fayaz, Majid Zaman, Sameer Kaul, dan Waseem Jeelani Bakshi (2023). Mereka memperkenalkan model *Grey Wolf Levenberg-Marquardt Neural Network Autoregressive* (GWLM-NARX) yang mampu meningkatkan akurasi prediksi penyakit kardiovaskular hingga 99,15%. Temuan ini memberikan harapan baru bagi dunia medis, terutama dalam meningkatkan efektivitas diagnosis dini penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian global.

Penyakit kardiovaskular telah lama menjadi momok kesehatan dunia, dengan lebih dari 17,7 juta kematian tercatat pada tahun 2015. Angka ini menekankan urgensi untuk menemukan metode prediksi yang lebih akurat dan andal dalam mendeteksi risiko penyakit ini sejak dini. Selama bertahun-tahun, metode prediksi konvensional, seperti *decision trees* dan *random forests*, telah digunakan, tetapi hasilnya masih terbatas, dengan akurasi yang berkisar antara 66% hingga 90%. Dalam konteks ini, pengembangan model GWLM-NARX menjadi sebuah terobosan besar.

Dengan menggunakan dataset klinis dari Stanford Healthcare, penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi antara model GWLM dan algoritma NARX mampu memberikan hasil yang jauh lebih unggul dibandingkan metode konvensional. Peningkatan akurasi yang signifikan ini tidak hanya memberikan keuntungan dalam hal prediksi, tetapi juga membuka peluang baru untuk penerapan kecerdasan buatan di berbagai bidang medis lainnya.

***
Penggunaan model Grey Wolf Levenberg-Marquardt Neural Network Autoregressive (GWLM-NARX) dalam prediksi penyakit kardiovaskular menawarkan pendekatan yang inovatif dengan menggabungkan dua metode utama: Grey Wolf Optimization (GWO) dan Levenberg-Marquardt. GWO merupakan algoritma optimasi yang didasarkan pada perilaku berburu kawanan serigala abu-abu, sementara Levenberg-Marquardt adalah algoritma optimasi yang menggabungkan metode gradient descent dan Gauss-Newton. Kombinasi ini memungkinkan model untuk belajar dan menyesuaikan bobot jaringan saraf secara lebih efisien, menghasilkan prediksi yang lebih akurat dibandingkan dengan algoritma lain.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fayaz dkk (2023), mereka menguji model ini dengan dataset dari Stanford Healthcare yang mencakup 13 parameter klinis, seperti tekanan darah sistolik, kadar kolesterol LDL, riwayat penyakit jantung keluarga, dan konsumsi tembakau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model GWLM-NARX mampu mencapai akurasi hingga 99,15%, jauh lebih tinggi dibandingkan metode lain seperti decision trees yang hanya mencapai 93,20%, atau random forests dengan akurasi sekitar 78,72%. Hal ini membuktikan bahwa pendekatan berbasis AI yang lebih kompleks dapat memberikan hasil yang lebih akurat dalam diagnosis dini penyakit kardiovaskular.

Selain itu, salah satu kekuatan utama model ini adalah kemampuannya dalam menangkap hubungan non-linear antara berbagai variabel klinis. Dalam banyak kasus, penyakit kardiovaskular tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor risiko, melainkan kombinasi dari berbagai faktor yang saling terkait. Metode konvensional sering kali gagal menangani kompleksitas ini, tetapi model GWLM-NARX mampu mengatasi tantangan tersebut dengan menggabungkan data historis pasien dan faktor eksogen lainnya, seperti gaya hidup dan pola konsumsi. Dengan menggunakan teknik autoregressive, model ini dapat memprediksi risiko di masa depan berdasarkan data dari masa lalu dan faktor yang terlibat saat ini.

Namun, meskipun hasilnya menjanjikan, penting untuk dicatat bahwa penelitian ini dilakukan dalam konteks uji coba laboratorium dengan dataset yang spesifik. Penerapan di dunia nyata memerlukan validasi lebih lanjut dengan dataset yang lebih besar dan beragam untuk memastikan keakuratan prediksi di berbagai populasi. Selain itu, meskipun akurasi mencapai lebih dari 99%, masih ada potensi risiko overfitting, di mana model mungkin terlalu menyesuaikan diri dengan data pelatihan dan kehilangan kemampuan generalisasi pada data baru. Oleh karena itu, pengujian lebih lanjut dengan teknik validasi yang lebih ketat sangat disarankan.

Jika diterapkan dengan benar, model GWLM-NARX dapat membawa revolusi dalam diagnosis dini penyakit kardiovaskular, memungkinkan tenaga medis untuk memberikan intervensi yang lebih cepat dan efektif. Dalam konteks negara berkembang, di mana akses terhadap perawatan medis sering kali terbatas, teknologi ini bisa menjadi solusi untuk mendeteksi penyakit kardiovaskular sebelum mencapai tahap yang lebih parah, sehingga mengurangi angka kematian akibat penyakit ini.

***
Penelitian yang dilakukan oleh Fayaz dkk (2023) menunjukkan potensi besar penggunaan model GWLM-NARX dalam meningkatkan akurasi prediksi penyakit kardiovaskular. Dengan akurasi mencapai 99,15%, model ini menawarkan solusi yang lebih efektif dibandingkan metode konvensional. Terobosan ini tidak hanya relevan bagi dunia medis, tetapi juga menjadi bukti bahwa kecerdasan buatan dapat membawa perubahan signifikan dalam deteksi dini penyakit serius. Untuk masa depan, penting bagi penelitian ini diperluas dengan dataset yang lebih beragam dan pengujian di lapangan guna memastikan penerapannya di berbagai populasi.

Jika diimplementasikan secara luas, teknologi seperti ini dapat membantu mengatasi tantangan diagnosis penyakit di daerah yang kekurangan akses layanan kesehatan, seperti di banyak desa di Indonesia. Teknologi ini berpotensi menjadi alat yang membantu deteksi dini dan perencanaan pengobatan yang lebih baik, sehingga mampu menyelamatkan lebih banyak nyawa serta meningkatkan kualitas hidup banyak orang.

referensi

Fayaz, S. A., Zaman, M., Kaul, S., & Bakshi, W. J. (2023). Optimizing cardiovascular disease prediction: A synergistic approach of Grey Wolf Levenberg model and neural networks. Journal of Information Systems Engineering and Business Intelligence, 9(2), 119-135. https://doi.org/10.20473/jisebi.9.2.119-135

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun