Mohon tunggu...
M. Zainal Abidin
M. Zainal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Setiap pencapaian dimulai dengan keputusan untuk berani mencoba

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Transformasi sholawat: Dari Ritual Keagamaan ke Musik Hiburan di Zaman Modern

17 Desember 2024   11:45 Diperbarui: 17 Desember 2024   11:39 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sholawat pada dasarnya sholawat merupakan sebuah do'a supaya Allah selalu melimpahkan rahmat, kemuliaan dan ampunan terhadap Rasulullah beserta keluarganya. Sholawat yang dihaturkan oleh orang-orang mukmin bertujuan untuk mendo'akan Rasulullah beserta keluarganya. Sholawat merupakan salah satu tradisi umat Islam, telah lama menjadi bagian penting dari kehidupan spiritual umat Muslim, yang mana sholawat dipandang sebagai bentuk penghormatan dan cinta kepada Nabi Muhammad SAW sekaligus sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT  (Mauliddiyah. 2022). Secara tradisional, sholawat biasa dilantunkan dalam ritual keagamaan, seperti pengajian, peringatan hari besar Islam, atau acara-acara keagamaan lainnya. Lantunan sholawat biasanya dilakukan secara sederhana, tanpa adanya alat musik, dan lebih menonjolkan aspek kesakralan.

Namun, di tengah modernisasi yang pesat, sholawat mengalami transformasi besar, dari yang awalnya hanya menjadi bagian dari ritual keagamaan, kini sholawat hadir sebagai musik yang menarik dan menghibur, transformasi ini mencerminkan dua hal penting, yang pertama yaitu menunjukkan kemampuan agama, khususnya Islam, untuk beradaptasi dengan perubahan zaman. Kedua, yaitu menjadi bukti bahwa nilai-nilai spiritual keagamaan dapat disampaikan melalui media hiburan tanpa kehilangan esensinya.

Transformasi sholawat dari ritual keagamaan menjadi musik hiburan adalah bentuk adaptasi agama terhadap perkembangan dunia modern yang serba cepat dan digital. Di tengah masyarakat yang semakin berkembang dengan adanya perkembangan teknologi, penyampaian pesan keagamaan perlu juga dilakukan dengan cara yang relevan dan menarik. Musik sholawat atau biasa dikenal sebagai sholawatan dikemas dengan aransemen modern menjadi salah satu solusi yang efektif. Sholawatan ini mulai berkembang sedemikian pesat semenjak masa reformasi di Indonesia.(Bart Barendregt, Wim van Zanten. 2002). Namun, belum ada sejarah yang jelas mengenai asal usul shalawatan di Indonesia, namun akarnya bisa diketahui pada perkembangan musik Islam di Indonesia. Sebagaimana diketahui, musik telah lama digunakan di berbagai komunitas kebudayaan. Musik diciptakan untuk mengekspresikan emosi terdalam manusia mengenai kehidupan, merasakan kehadiran keilahian, merayakan berbagai ritus sosial, menidurkan anak, dan lainnya.(Suci. 2020).

Pada awalnya musik sholawat sempat menuai banyak kecaman dari para masyarakat dan para Ulama di  Indonesia. Alasan dari kecaman tersebut yaitu berkaitan dengan keharam-an dalam penggunaan sebuah ibadah untuk tujuan hiburan. Kebanyakan orang beranggapan, bahwa menggunakan shalawat untuk suatu hiburan adalah sebuah kesalahan dan dilarang oleh agama. (Mauliddiyah 2021). Di Indonesia ada beberapa beberapa grup majelis sholawat yang terkenal yaitu seperti, Syubanul Muslimin grup asal Probolinggo, Ahbabul Mustofa grup yang dipimpin oleh Habib Syech Assegaf, dan Az-zahir grup asal Pekalongan yang dipimpin oleh Habib Bidin Asegaf. Grup grup sholawat tersebut memiliki banyak penggemar yang mana setiap acara majelis sholawat selalu mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat dan selalu di hadiri oleh banyak masyarakat, acara ini banyak di dominasi oleh pemuda dari pada orang tua, kedatangan masyarakat ke sana bukan hanya untuk berhura-hura, tetapi sekaligus untuk mengisi dan menyetrum ulang kepekaan rohani atau rasa keagamaan. Mereka yang datang kesana bisa mendapat kegembiraan dan ketenangan hati, bukan sekadar menyanyi dan berjingkrak-jingkak tak karuan seperti yang sering terlihat dalam pertunjukan musik atau orkes-orkes biasa.

Dahulu, sholawat dikenal sebagai ritual keagamaan yang khusyuk, ditujukan untuk memuji dan mendoakan Nabi Muhammad SAW. Pada mulanya, tradisi pembacaan shalawat hanya disajikan dalam bentuk yang begitu sederhana. Shalawat hanya disajikan pada acara-acara tertentu tanpa alunan musik atau bahkan hanya menggunakan tepukan tangan saja. Namun, seiring berjalannya waktu, sholawat telah mengalami transformasi, baik dalam cara penyampaian maupun fungsinya di tengah masyarakat. Saat ini, sholawat tidak lagi terbatas sebagai ritual keagamaan semata. Ia telah menjadi bagian dari budaya populer yang mampu menjangkau berbagai lapisan masyarakat, bahkan di luar konteks ibadah. Berbagai grup musik religi dan penyanyi seperti Sabyan Gambus, Haddad Alwi, hingga Habib Syech telah membawa sholawat ke panggung hiburan modern.

Musik sholawat modern sering kali menggabungkan unsur tradisional dengan genre musik populer, seperti pop, jazz, atau elektronik. Contohnya, lagu-lagu Sabyan Gambus seperti Ya Habibal Qolbi mampu menarik perhatian generasi muda karena irama musiknya yang ringan, tetapi tetap menyampaikan pesan cinta kepada Rasulullah SAW. Dalam hal ini, sholawat tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga media dakwah yang efektif. Sholawat menjadi bagian penting dari berbagai kegiatan ibadah seperti pengajian, maulid Nabi, dan doa bersama. Suaranya yang indah dan maknanya yang mendalam mengajak umat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menumbuhkan kecintaan kepada Rasulullah. Dalam konteks ini, sholawat merupakan ekspresi spiritual yang sakral, penuh kekhidmatan, dan jauh dari unsur hiburan. Selain itu, musik sholawat memberikan pengalaman spiritual yang lebih inklusif. Dalam format modernnya, sholawat tidak lagi hanya terbatas pada ruang-ruang ritual keagamaan. Ia kini hadir di konser, acara televisi, hingga playlist musik pribadi. Hal ini memungkinkan sholawat menjangkau audiens yang lebih luas, termasuk mereka yang mungkin jarang terlibat dalam aktivitas keagamaan formal.

Di sisi lain, keberhasilan sholawat sebagai musik hiburan juga menunjukkan bahwa agama tetap relevan di dunia modern. Meskipun gaya hidup modern cenderung individualistik, musik sholawat membuktikan bahwa nilai-nilai kolektif seperti cinta kepada Nabi Muhammad SAW dan penguatan iman tetap dapat diterima, bahkan diapresiasi. Sholawatan tidak hanya menjadi ritual keagamaan semata, akan tetapi terdapat proses pendidikan berbasis masyarakat didalamnya karena sholawatan menjadi aktivitas keagamaan yang dilaksanakan secara di ruang publik, sholawatan merupakan ritual keagamaan yang dilakukan secara berjamaah. Aktivitas ini merupakan bentuk ibadah yang dilakukan dengan pembacaan sholawat serta kalimat-kalimat toyyibah. Dari sisi akhlak, sholawat selalu mengacu pada Rasulullah serta dibareng dengan upaya mengikuti sunnah-sunnah. (Mohammad Ra'uf. 2016). Namun, ada beberapa tantangan yang muncul. Ketika sholawat menjadi bagian dari industri hiburan, ada risiko terjadinya komersialisasi yang dapat mengaburkan nilai-nilai spiritualnya. Fokus pada popularitas atau keuntungan finansial dapat membuat sholawat kehilangan esensi religiusnya. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan antara fungsi hiburan dan tujuan spiritual yang sebenarnya dari sholawat tersebut.

Sholawat sebagai musik hiburan adalah wujud dinamis dari bagaimana agama dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman. Transformasi ini tidak hanya memperluas jangkauan sholawat, tetapi juga memperlihatkan fleksibilitas Islam dalam menjawab kebutuhan spiritual masyarakat modern. Meskipun tantangan seperti komersialisasi perlu diwaspadai, sholawat tetap memiliki potensi besar untuk menjadi jembatan antara tradisi dan modernitas, antara ritual keagamaan dan hiburan. Di tengah dunia yang serba modern, musik sholawat membuktikan bahwa agama tetap relevan, menyentuh, dan mampu menghadirkan kedamaian dalam berbagai format.


DAFTAR PUSTAKA


Mauliddiyah, Nurul L. 2021. FENOMENA MARAKNYA MUSIK SHALAWAT: KAJIAN SEJARAH, PERKEMBANGAN DAN TRADISI BUDAYA DI KECAMATAN PETERONGAN, JOMBANG, JAWA TIMUR. Universitas Islam Negeri (Uin) Sunan Ampel Surabaya.

Dan, Seni, and Pendidikan Agama. 2016. "Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Sholawat , Seni Dan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan," 3.

Setiyani, Rona. 2022. "Dampak Penggunaan Gadget Terhadap Keharmonisan Keluarga (Studi Kasus Di Desa Karanggude Kulon Kec. Karanglewas Kab. Banyumas)." Universitas Islam Negeri Purwokerto 5 (3): 248--53.

Studi, Program, Tasawuf Dan, Fakultas Ushuluddin, D A N Filsafat, Universitas Islam, Negeri Sunan, and Ampel Surabaya. 2022. "TRADISI SHOLAWATAN DALAM MEMBENTUK AKHLAK REMAJA PERKOTAAN: ( Studi Kasus Pada Organisasi Remaja Masjid Fathul Huda Wonokromo Surabaya )."

Suci, Dari Genealogi, Media Baru, Musikalitas Religi, Syamsul Rijal, and Pasca Soeharto. 2020. "MAJELIS SHALAWAT: Pendahuluan" 1 (1): 1--12.

Barendregt, B., & Zanten, W. V. (2002). "Popular Music in Indonesia since 1998, in Particular                     Fusion, Indie, and Islamic Music on VideoCompact Discs and the Internet." Yearbook for             Traditional Music, 34, 67-113.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun