Kenangan pada masa kecil takkan pernah terlupakan. Hari-hari dan waktu yang ku lewati saat masih anak-anak akan selalu membekas di hati. Masing-masing dari kita pun pasti punya kisah atau cerita paling membekas soal masa kecil itu, seperti kenangan masa kecilku saat mengaji di surau.
Melewati fase demi fase kehidupan adalah hal yang selalu aku syukuri, termasuk fase menjadi seorang anak. Banyak orang bilang masa kecil adalah masa yang paling indah, masa yang penuh canda dan tawa, masa berekspresi dan bereksplorasi tanpa mengenal kata malu dan suatu masa yang tak akan pernah terulang lagi dalam hidup ini. Rasanya ingin sekali kembali ke masa itu bagai tiada beban yang ada hanya keceriaan.
Setiap orang mempunyai masa kecil yang berbeda-beda seperti halnya aku yang memiliki masa kecil yang sedikit berbeda dengan orang lain. Di mana masa kecilku selalu ada ayah dan ibu menemani, melakukan banyak hal baru dengan cinta dan kasih mereka namun semenjak aku bayi, mengaji ke surau bersama teman-teman masa kecilku itu sungguh sangat menyenangkan.
Bercerita tentang mengaji di surau, di waktu aku kecil pergi jalan kaki bersama teman-teman ke surau untuk mengaji di waktu sore. Aku dan teman-teman di ajarkan oleh Buya Hasan. Iya adalah sosok yang penyabar dalam mengajari kami. Ia juga merupakan Buya yang mengajari kakak-kakak dan abang-abang kami mengaji dahulu di masa kecilnya.
Aku tidak ingat di usia berapa aku mulai mengaji dengan beliau, yang jelas itu masih sangat aku kecil mungkin aku belum masuk sekolah dasar (SD). Pertama diajarkan beliau, beliau mengajari aku dan teman-teman huruf hijaiyah yang 29. Ia menulis di papan tulis hitam dengan kapur putih, lalu kami menulisnya, mengejanya, dan menghafalkannya. Sebelum beliau mengajari aku huruf hijaiyah sebelumnya aku sudah hafal huruf hijaiyah tersebut yang pertama kali umi yang mengajari ku terlebih dahulu sebelum aku mulai mengaji di surau.
Waktu masih dikelas 2 SD aku sudah menyelesaikan mengaji Iqro' dan lanjut ke Al-Qur'an, aku adalah orang yang berbeda dari teman-teman se-usiaku  mereka masih di Iqro'. Bukan suatu hal kesombongan bagi aku sendiri tapi sebenarnya itu dapat digapai karena semangat dari diri kita sendiri untuk belajar. Aku terkadang merasa tinggi hati karena atas pencapaian ku diatas teman-teman se-usia ku. Ya mungkin itu terjadi ya namanya anak-anak. Tapi tinggi hatiku tidak aku praktikkan kepada teman-teman. Aku juga mengajari teman-teman yang belum bisa mengaji Iqro' jika Buya tidak hadir di surau.
Mengaji dengan beliau sangat menyenangkan, ada canda dan tawa nya, dan tentu ada seriusnya juga. Setelah mengaji aku dan teman-teman sering lari-lari di dalam surau bermain kejar-kejaran, apalagi jika Buya tidak hadir suatu kebanggaan bagi kami untuk bermain-bermain, kejar-kejaran di dalam surau dan diluar surau. Ini adalah suatu hal yang sulit untuk dilupakan. Mengingat masa-masa itu terasa ingin kembali ke masa itu.
Bermain kejar-kejaran hingga bermain petak umpet memanglah dikala itu tetaplah asyik dan nggak ada bosan-bosannya, meski siangnya sudah bermain hal yang sama. Namun tidak membuat kami bosan.
Canda tawa dengan lantang. Yang menjadikan suasana malam menjadi ramai, sampai-sampai tetangga surau pun ikut keluar rumah, sambil marah-marah dan nyuruh kami untuk pulang dan barulah dikala itu kami pulang. Hehehehe
Cerita tentang Buya Hasan yang mengajari ku mengaji dari awal aku belajar Iqro' hingga aku bisa lancar dalam membaca Al-Quran, syukur alhamdulillah saat ini beliau masih sehat-sehat alhamdulillah ya walaupun usia nya semakin bertambah, rambutnya yang putih tertutup uban, wajah dan tangannya yang mengendur akibat dimakan usia. Walaupun tak lagi muda, semangat nya mengajarkan Al-Qur'an patut di acungi jempol.
Ketika pulang mengaji aku dan teman-temanku sering sekali melewati sawah sebagai jalan pintas menuju ke rumah masing-masing. Tidak heran sepulang dari sawah bajuku kotor dan dilumuri lumpur sawah karena lari-lari dan lalu kecebur kedalam sawah, namun aku bahagia sekali karena disawah selalu punya kenangan indah masa kecilku, udaranya yang sejuk, padi yang begitu hijau dan burung-burung yang begitu riang bermain di sawah seperti halnya aku dan teman-teman.
Walau sederhana dan tidak seperti masa kecil orang lain. Masa kecil adalah dimana masa yang dapat tertawa dengan lepas. Menari-nari. Merentangkan tangan. Tertawa bebas tanpa memikirkan beban sedikitpun.
Kita semua pasti jelasnya memiliki cerita masa kecil yang berbeda-beda. Tapi yang pasti masa kecil adalah masa-masa dimana kita dapat bermain sesuka hati kita, tanpa memiliki beban, jikapun ada palingan ya hanya tidak memiliki mainan impian saja, iya kan. Hehehehe
Dulu masa dimana aku, kamu, dan kita semua belum mengenal rasa malu. Masa dimana masih menjadi seorang yang polos, lugu dan tak banyak malu juga tidak banyak tahu dan kalau berkata apa adanya. Nah, itulah masa kecil kita semua.
Ketika kecil hari-hari hanya di isi dengan tidur, bangun tidur, sarapan, sekolah, pulang sekolah, main, mandi, mengaji, lalu belajar saat malam. Yang ada saat itu hanya belajar, mengaji, dan bermain- main saja, betapa rindunya disaat itu.
Mungkin kalian juga rindu bukan. Apalagi bagi kalian yang masih ingat momentum masa-masa kecil yang penuh kebahagiaan itu. Pastinya dong rasanya ingin kembali ke masa kecil lagi. Hehehehe
Terimakasih teman-teman sudah mau mampir dicerita masa kecil aku kali ini, Yuk selanjutnya bagikan cerita kecilmu aku pingin tahu nihhh gimanaaaa ceritamu hehehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H